Febri mengatakan, itu merupakan hal yang wajar, karena memang mahasiswa berusaha menunjukkan aksi solidaritasnya.
"Ini wajar, membentuk solidaritas sesama mahasiswa. Tidak pantas juga pihak rektorat memblokir sistem akademi mahasiswanya secara sepihak," ungkapnya.
Menurut Febri, bukan suatu yang wajar juga, bila pihak rektorat melaporkan mahasiswanya ke polisi lantaran kasus seperti ini.
Febri menjelaskan, ini merupakan masalah internal yang mana jika anak didiknya salah sebaiknya harus diluruskan.
"Seperti orang tua dan anak, kalau salah ya ditegor, tidak mesti dilaporkan," katanya.
Disinggung penyebab utama demo ini adalah masalah UKT.
Menurut data yang dimilikinya, UKT ini memang sering menjadi masalah dibeberapa Perguruan Tinggi Negeri (PTN).
Febripun menganggap permintaan mahasiswa semester 9 yang meminta UKTnya di turunkan sebesar 50 persen merupakan hal yang wajar, karena dibeberapa PTN memang menerapkan hal tersebut.
"Coba cek saja ya. Seperti di Unila, anak-anak di semester sembilannya memang UKTnya dipotong 50 persen. Harusnya Unsri juga berkaca, kenapa yang lain bisa, Unsri tidak bisa, dan tetap bersikukuh," tegasnya.