TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG- Suara jeritan tangis kesakitan terdengar di halaman Masjid Al Amin di kawasan rumah susun 24 ilir yang sedang dilakukan khitanan massal oleh yang digelar oleh
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Sumsel dan Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR).
Puluhan anak-anak lelaki mulai usia 5 hingga 10 tahun pun nampak mengantri menunggu giliran untuk dikhitan.Ada juga yang merasa takut melihat dan mendengar jeritan kawan-kawan yang sudah dilakukan khitanan.
Sebanyak kurang lebih 40 anak mengikuti khitanan massal yang mendapatkan antusias warga sekitar.
Ketua Dewan Penasehat MKGR Sumsel Sarofi mengatakan kegiatan ini digelar sebagai kegiatan sosial dari MKGR dan juga PKBI.
"Ini kegiatan yang kita lakukan untuk membantu kaum duafa dan anak kurang mampu dilingkungan ini untuk dapat mengikuti kegiatan sunatan massal ini," kata dia,Kamis (28/7).
Ia berharap dengan adanya kegiatan ini mampu memberikan dan menanamkan jiwa sosial bagi masyarakat dan anak-anak sejak dini.
Lanjutnya, para waria yang tergabung dalam MKGR ini berusaha membuat program sosial ini agar lebih peduli kepada masyarakat.
"Kita ingin waria ini jangan hanya dipandang sebelag mata saja.Namun salah satu kegiatan ini sebagai bukti bahwa waria pun peduli dengan masyarakat," kata dia.
Dirinya mengatakan kegiatan sosial lainnya pun banyak dilakukan oleh waria ini.
Direktur Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Sumsel Amir Husni mengatakan kegiatan ini digelar kerjasama PKBI Sumsel dan MKGR Sumsel yang melakukan khitanan massal.
"Kita sangat apresiasi kegiatan yang dilakukan oleh waria ini dengan melakukan khitanan massal kepada kaum kurang mampu dan dhuafa," kata dia.
Ia berharap kegiatan ini akan terus dilakukan agar stigma negatif masyarakat terhadap waria bisa berubah.
"Kita terus dorong waria ini untuk dapat melakukan kegiatan positif seperti ini," tegas dia.
Sementara itu, Ketua MKGR Sumsel Ismail Effendi mengatakan sebanyak 40an anak yang mengikuti kegiatan khitanan massal ini.
"Ini menjadi kegiatan tahunan kita dan kita berharap ini akan dapat berlanjut dengan kegiatan sosial lainnya," tegas dia.
Hal ini dilakukan juga sebagai upaya pihaknya untuk menghapus stigma negatif terhadap waria.
"Kami tak ingin dipandang sebelah mata karena kami pun peduli kepada masyarakat," ungkap dia (Sri)