Harga Karet Hari Ini

Harga Karet di PALI Bertahan Rp 10 Ribu per Kg, Petani Kian Terjepit Imbas Hasil Produksi Merosot

Berdasarkan pantauan di Desa Bumiayu, Kecamatan Tanah Abang PALI, harga mingguan karet bertahan di Rp 10.000/ kg dua bulan terakhir,

SRIPOKU/Apriansyah Iskandar
HARGA KARET -- Petani karet di Kecamatan Talang Ubi saat menjual hasil karet dari kebunnya, Sabtu (2/8/2025), Meski harga terpantau masih stabil Produksi getah menurun drastis imbas cuaca ekstrem dan perawatan kebun yang tidak maksimal karena tak mampu beli pupuk. 

Keluhan serupa juga disampaikan Mardi, petani lainnya di Desa Bumiayu. Ia bahkan mengaku terpaksa mengurangi frekuensi penyadapan karena hasilnya tidak sepadan dengan tenaga dan biaya operasional.

“Pupuk itu kunci kesehatan pohon. Kalau enggak dipupuk, lama-lama pohon bisa rusak. Tapi kami bingung, mau rawat pakai apa? Mau nyicil pupuk, uang dari mana?” ujar Mardi.

Keluhan tak hanya datang dari Kecamatan Tanah Abang. Di Kecamatan Talang Ubi, petani karet juga mengeluhkan hal serupa. Produksi turun, pupuk tak terjangkau, dan subsidi yang dinanti-nanti tak pernah di dapat.

“Produksi kami juga turun lebih dari separuh. Biasanya dari satu kebun bisa dapat 50 kg getah per minggu, sekarang cuma 20-an kilo. Padahal harga karet masih Rp 10 ribuan, tapi tetap tekor karena ongkos kebun enggak turun,” keluh Darlis, petani di Desa Talang Akar Kecamatan Talang Ubi.

Ia juga menyebut, perubahan cuaca mendadak menyebabkan pohon-pohon karet melemah.

Banyak daun kering dan rontok sebelum waktunya. Tapi yang paling menyulitkan, menurutnya, adalah keterbatasan akses terhadap pupuk.

“Pupuk subsidi itu sebenarnya harapan kami, tapi entah kenapa sulit mendapatkannya,” ujarnya kesal.

Darlis mengaku kini hanya mampu membeli pupuk dalam jumlah sangat terbatas.

Akibatnya, perawatan kebun tak bisa maksimal, dan pohon karet semakin melemah.

Meski harga karet kering bulanan saat ini masih berada di kisaran Rp 14.000/kg, kondisi itu tetap belum mampu menutup kerugian akibat rendahnya volume hasil sadapan.

Banyak petani kini harus mencari cara lain untuk bertahan, termasuk mengerjakan pekerjaan serabutan atau menjual hasil tanaman lain dari kebun campuran mereka.

“Kalau pohon sehat dan pupuk cukup, harga segitu lumayan. Tapi kalau produksinya tinggal setengah, mau berapa pun harganya, juga tidak bisa membuat petani legah,” tutur Darlis.

 

 

Baca artikel menarik lainnya di Google News

Ikuti dan bergabung di saluran WhatsApp Tribunsumsel

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved