Diplomat Kemenlu Tewas di Menteng

Apsifor Sebut Ada Dinamika Komplek Terkait Kondisi Mental Diplomat Arya Daru Sebelum Ditemukan Tewas

Ahli Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) mengungkap kondisi psikologis diplomat Kemenlu RI Arya Daru mengalami burnout (kelelahan mental)

|
Penulis: Aggi Suzatri | Editor: Kharisma Tri Saputra
ig/ddaru_chee
JEJAK TERAKHIR KORBAN- Diplomat Arya Daru sempat naik ke rooftop kantor Kemlu dengan membawa tas gendong dan kantong belanja, namun keduanya tak lagi terlihat saat ia turun 

TRIBUNSUMSEL.COM - Disebut dilatarbelakangi karena mengidap penyakit mental, kematian Arya Daru Pangayunan diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI.

Tim yang terdiri dari tujuh psikolog berpengalaman dengan pendekatan otopsi psikologis telah melakukan pemeriksaan terhadap Arya Daru.

Penyelidikan digital forensik menemukan Arya Daru mengirim email ke salah satu badan amal yang menyediakan layanan dukungan terhadap orang yang memiliki emosional dan perasaan tertekan dan putus asa, termasuk yang merasa ingin akhiri diri dari hasil rilis Polda Metro Jaya.

Baca juga: Reaksi Keluarga Tak Percaya Penyebab Arya Daru Tewas, Minta Masyarakat Kawal Kasus: Dia Baik

ARYA DARU -  Tim Forensik Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta Pusat mengungkapkan  penyebab luka memar di beberapa bagian tubuh Arya Daru Pangayunan, diplomat muda yang ditemukan tewas di kamar kosan pada Selasa (8/7/2025).
ARYA DARU - Tim Forensik Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta Pusat mengungkapkan penyebab luka memar di beberapa bagian tubuh Arya Daru Pangayunan, diplomat muda yang ditemukan tewas di kamar kosan pada Selasa (8/7/2025). (Tangkapan layar Youtube Kompas TV)

Melansir dari Tribunnews.com, Rabu, (30/7/2025), Ahli Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Nathanael E. J. Sumampouw mengungkap kondisi psikologis diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arya Daru Pangayunan.

Nathanael menyebut dalam proses pengungkapan pihaknya mewawancarai keluarga, rekan kerja, atasan, dan orang-orang yang mengenal almarhum.  

Selain itu pihaknya juga mempelajari dokumen dan informasi dari kehidupan pribadi, pekerjaan, serta data dari kepolisian untuk memahami kondisi psikologis.

Dari hasil pemeriksaan mendalam terungkap bahwa almarhum memiliki riwayat untuk mengakses layanan kesehatan mental secara daring. 

Data yang dihimpun, upaya itu pertama kali tercatat pada tahun 2013 dan terakhir kali terpantau pada tahun 2021.

Menurutnya, almarhum menjalankan tugas sangat mulia yakni memberikan perlindungan kepada Warga Negara Indonesia (WNI) di luar negeri. 

Nathanael mengungkap Arya Daru seorang pekerja kemanusiaan yang memikul berbagai tanggung jawab, pelindung, pendengar, dan penyelamat (rescuer) bagi WNI yang terjebak dalam situasi krisis. 

Hal itu menuntut empati yang tinggi, kepekaan emosional yang mendalam, ketahanan psikologis, dan sensitivitas sosial. 

Baca juga: Inilah 8 Poin Penting Soal Kematian Arya Daru Diungkap Polda Metro Jaya, Gejala Depresi Berat

Dalam bahasa psikologis, almarhum mengalami burnout (kelelahan mental), compassion fatigue (kelelahan karena kepedulian), serta terpapar penderitaan dan trauma. 

"Memang di situasi terakhir kehidupannya yang bersangkutan mengalami tekanan psikologis. Lalu kaitan perilaku self harm memang itu sesuatu yang umumnya pada beberapa kasus dilakukan pada individu," kata Natanael, 

Namun permasalahan yang dialami almarhum ini tidak terdeteksi orang-orang di sekitar, termasuk keluarga almarhum.

Natanael membantah jika almarhum tertekan karena menjadi korban bullying.

Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved