Mata Lokal Desa

Mengenal Larung Telaga, Tradisi Warga Sugihwaras Musi Rawas, Digelar di Muharram di Danau Gegas

Tradisi tersebut saat ini masih dilestarikan dengan apik oleh warga Desa Sugihwaras Kecamatan Sukakarya Kabupaten Musi Rawas. 

Penulis: Eko Mustiawan | Editor: Slamet Teguh
Dokumen Yamadi
LARUNG TELAGA - Suasana saat berlangsung tradisi Larung Telaga yang dilaksanakan oleh warga Desa Sugihwaras Kecamatan Sukakarya, Musi Rawas di Danau Gegas beberapa waktu lalu. 

"Keduanya memiliki makna yang sama, hanya tempatnya saja yang berbeda," ucapnya.

Dijelaskan Yamadi, untuk kegiatannya sendiri, sebelum pelaksanaan, persiapan-persiapan tentu akan dilakukan oleh masyarakat, mulai dari mendata dan membersihkan hal yang tidak enak dipandang di seputaran Danau Gegas. 

Kemudian, masyarakat secara bersama-sama akan membuat sesaji yang berisikan seperti ayam panggang, ayam hidup warna hitam, bumbu dapur yang komplit ditempatkan di 1 tempat dan lainnya. 

"Ditambah lagi dengan uang tunai," ungkapnya.

Sebelum semua sesaji ini dilepas atau dihanyutkan di Danau Gegas, ada upacara yang akan dilaksanakan oleh masyarakat.

Upacara tersebut, merupakan penyampaian rasa syukur kepada Allah dan rasa terimakasih selama 1 tahun terlewati tanpa halangan yang mencari nafkah di Danau Gegas dan menghormati lingkungan agar tidak menganggu warga sekitar.

"Penyampaian rasa syukur Itu disampaikan dalam bentuk bahasa Jawa," ucapnya.

Yamadi juga mengatakan, bahwa tradisi Larung Telaga ini sebenarnya juga baru 9 tahun terkahir ini dilestarikan oleh masyarakat Desa Sugihwaras Kecamatan Sukakarya, Musi Rawas. 

"Karena pada era sebelumnya, pejabat Kepala Desa di Sugihwaras ini ada yang asli Pribumi, sehingga tidak kenal dengan budaya ini," ungkapnya. 

Selain melestarikan adat, budaya dan tradisi, tujuannya juga untuk mempromosikan Danau Gegas ini sebagai Icon nya Des Sugihwaras dan sebagai objek wisata.

"Pelaksanaan tradisi ini juga bisa dibesarkan, seperti di Jawa itu, misalnya membuat hasil panen petani seperti gundukan atau tumpeng dan menjadi rebutan. Itu akan lebih menarik untuk wisatawan," jelasnya.

"Namun, untuk di Desa kami ini, kami lakukan secara sederhana saja, karena keterbatasan anggaran," imbuhnya. 

Dikatakan Yamadi, tradisi Larung Telaga ini dilaksanakan setiap tahun di bulan Muharram atau bulan Suro di kalender Jawa. 

"Untuk tanggalnya relatif, nanti di dimusyawarahkan di Desa, yang penting pelaksanannya masih bulan Muharram," tutupnya.

 

 

 

 

Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News

Ikuti dan bergabung dalam saluran whatsapp Tribunsumsel.com

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved