Arti Bahasa Arab

Arti Man Qara'a Suratal Kahfi Fi Yaumil Jumati, Hadits tentang Dahsyatnya Membaca Surat Al Kahfi

Ulama Syafiiyah menyunnahkan lebih banyak membaca surah Al-Kahfi pada malam Jumat dan hari Jumat, dibanding hari-hari lainnya. 

Penulis: Lisma Noviani | Editor: Lisma Noviani
Tribun
MEMBACA SURAT AL KAHFI -- Ilustrasi Surat Al Kahfi, berikut Arti Man Qara'a Suratal Kahfi Fi Yaumil Jumati, Hadits tentang Dahsyatnya Membaca Surat Al Kahfi terutama di hari Jumat. 

TRIBUNSUMSEL.COM -- Lafal Man qara'a Sūratul Kahfi fī yaumil jum‘ati aḍā`a lahu minan nūri mā bainan jum‘ataini, adalah bunyi hadits berkaitan dengan keutamaan membaca surat Al Kahfi di hari Jumat.

Berikut bacaan hadits lengkap, tulisan Arab, latin Arab dan terjemahan.

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ فِى يَوْمِ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ


Arab latin:
Man qara'a Sūratul Kahfi fī yaumil jum‘ati aḍā`a lahu minan nūri mā bainan jum‘ataini

Artinya:

“Barang siapa yang membaca surah Al-Kahfi pada hari Jumat, dia akan disinari cahaya di antara dua Jumat.” (HR. An-Nasa’i dan Al-Baihaqi)

Dikutip dari rumaysho.com,  Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini SAHIH sebagaimana dalam Shahih At-Targhib, no. 736)

Ulama Syafiiyah menyunnahkan lebih banyak membaca surah Al-Kahfi pada malam Jumat dan hari Jumat, dibanding hari-hari lainnya. 

Masih dikutip dari laman yang sama, Al-Imam Zainuddin Al-Malibari rahimahullah berkata,

“Membaca surah Al-Kahfi pada hari Jumat dan malam Jumat adalah disunnahkan karena berbagai hadits mendukung hal ini. Membaca surah Al-Kahfi pada hari Jumat lebih afdal, lebih-lebih lagi pada Shubuh hari Jumat. Karena membacanya pada waktu Shubuh berarti bersegera dalam kebaikan. Hendaklah membaca surah Al-Kahfi dan surah lainnya dari Al-Qur’an pada malam dan hari Jumat.

Membaca surah Al-Kahfi dan surah lainnya secara jaher (keras) itu makruh bila sampai mengganggu orang yang shalat dan orang yang tidur. 

Hal ini ditegaskan oleh Imam Nawawi dalam berbagai kitabnya.” (Fathul Mu’iin bi Syarh Qurroh Al-‘Aini bi Muhimmaati Ad-Diin, hlm. 232)

Kandungan Surat Al Kahfi

Mengutip dari laman wahdah.or.id tulisan artikel Samsul Basri, S.Si, M.E.I bahwa Surat al-Kahfi terdiri 110 ayat.

 Di dalamnya terdapat 4 kisah yang penuh hikmah bagi umat yang mempelajari dan mau mengambil hikmahnya.

Kisah pertama, adalah kisah Ashabul Kahfi yang berarti para penghuni gua. Kisah ini dimulai pada ayat ke-9 sampai ke-26. Akan tetapi inti kisah ini terdapat di ayat 13 dan 14 yang artinya,

نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُمْ بِالْحَقِّ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى. وَرَبَطْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ إِذْ قَامُوا فَقَالُوا رَبُّنَا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ لَنْ نَدْعُوَ مِنْ دُونِهِ إِلَهًا لَقَدْ قُلْنَا إِذًا شَطَطًا.

“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk. Dan Kami meneguhkan hati mereka diwaktu mereka berdiri, lalu mereka pun berkata, “Tuhan Kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; Kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, Sesungguhnya Kami kalau demikian telah mengucapkan Perkataan yang Amat jauh dari kebenaran.” (QS. Al-Kahfi : 13-14)

Mereka adalah para pemuda yang beriman. Yang teramat sadar bahwa masa muda adalah masa berkumpulnya dua kekuatan, kekuatan fikriyah (pemikiran) dan jasadiyah (fisik). Sehingga alangka naif dan bodohnya bila dua potensi ini diabaikan dan dibiarkan berlalu tanpa makna berarti. Lihatlah ashhaabul kahfi, sebelum mereka mengasingkan diri ke gua demi menjaga dan mempertahankan aqidahnya, mereka dengan dua kekuatan itu, digunakan untuk menyuarakan kebenaran dan menegakkan kalimat tauhid sekalipun konsekuensinya harus berhadapan dengan kelaliman penguasa. Ringkasnya, pelajaran penting dari kisah ini adalah Pemuda dan Iman. Karena kepemudaan akan menjadi sia-sia, tak berarti, tanpa adanya iman yang membingkai dua kekuatan yang ada padanya.

Kisah kedua, mengenai Shaahibul Jannatain (Pemilik dua kebun). Kisahnya dimulai dari ayat ke- 32 sampai ayat ke-44. Inti sarinya terdapat di ayat ke-35 dan ke-36,

وَدَخَلَ جَنَّتَهُ وَهُوَ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ قَالَ مَا أَظُنُّ أَنْ تَبِيدَ هَذِهِ أَبَدًا. وَمَا أَظُنُّ السَّاعَةَ قَائِمَةً وَلَئِنْ رُدِدْتُ إِلَى رَبِّي لأجِدَنَّ خَيْرًا مِنْهَا مُنْقَلَبًا.

“Dan dia memasuki kebunnya sedang dia zalim terhadap dirinya sendiri, ia berkata: “Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku kembali kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu”. (QS. Al-Kahfi : 35-36)

Maksudnya, pemilik dua kebun itu jatuh pada kekafiran karena keingkarannya akan nikmat Allah atasnya, dan tidak beriman kepada hari kiamat. Tak heran bila ia merendahkan saudara muslim yang menasehatinya agar bertaubat, kembali kepada Allah penguasa tunggal atas segala sesuatu.

Kisah ini mengajarkan kepada kita pentingnya Harta dan Iman. Betapa harta akan menjadi musibah, malapetaka yang menghinakan pemiliknya di dunia dan di akhirat bila iman tidak mewarnai visi dan misi mencari harta.

Kisah ketiga, adalah Musa alaihihissalam menuntut ilmu kepada Haidir ‘alaihissalam. Tepatnya adalah perjalanan Nabi Musa a.s dalam mencari hakikat ilmu dan berguru kepada Haidir a.s yang dimulai dari ayat ke- 60 sampai ayat ke- 82. Inti dari kisah ini bahwa ilmu itu milik Allah.

Dan Allah memberi ilmu dan memuliakan manusia dengan ilmu bagi siapa yang Ia kehendaki. Kiarena itulah, betapa tidak layaknya setiap yang diberi ilmu merasa sombong, merasa dirinya lebih hebat, lebih pintar, lebih berilmu dari yang lain.

Keempat,  adalah kisah Dzul Qarnain yang berarti pemilik dua tanduk. Kisahnya dimulai dari ayat ke- 83 sampai ayat ke- 98. Intisari kisahnya adalah di ayat 86 s.d. 88,

حَتَّى إِذَا بَلَغَ مَغْرِبَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا تَغْرُبُ فِي عَيْنٍ حَمِئَةٍ وَوَجَدَ عِنْدَهَا قَوْمًا قُلْنَا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِمَّا أَنْ تُعَذِّبَ وَإِمَّا أَنْ تَتَّخِذَ فِيهِمْ حُسْنًا. قَالَ أَمَّا مَنْ ظَلَمَ فَسَوْفَ نُعَذِّبُهُ ثُمَّ يُرَدُّ إِلَى رَبِّهِ فَيُعَذِّبُهُ عَذَابًا نُكْرًا. وَأَمَّا مَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُ جَزَاءً الْحُسْنَى وَسَنَقُولُ لَهُ مِنْ أَمْرِنَا يُسْرًا.

“… Kami berfirman: “Hai Dzulkarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka dengan mengajak mereka pada iman. Berkata Dzulkarnain: “Adapun orang yang dhzalim, Maka Kami kelak akan mengazabnya, kemudian dia akan dikembalikan kepada Tuhannya, lalu Tuhan mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya.

Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah kami”. (QS. Al-Kahfi : 86-88)

Pelajaran yang bisa digali dari kisah Dzul Qarnain adalah pentingnya kekuasaan dipegang oleh orang yang bertauhid, yang memiliki kesadaran penuh bahwa kedudukan dan kekuasaan adalah amanah yang kelak akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah.

Itulah Arti Man Qara'a Suratal Kahfi Fi Yaumil Jumati, Hadits tentang Dahsyatnya Membaca Surat Al Kahfi terutama di hari Jumat. Semoga bermanfaat. (lis/berbagai sumber)

 

Baca juga: Arti Man Lam Yaskurinnasa Lam Yaskurillah, Hadits Tentang Pentingnya Mensyukuri Kebaikan Orang

Baca juga: Arti Al Ummu Madrasatul Ula Iza Adadtaha Adadta Syaban Thayyibal Araq, Ibu Sekolah Pertama Anaknya

Baca juga: Kumpulan Doa untuk Anak Momen Peringatan Hari Anak Nasional Mohon Keberkahan Hidup dan Perlindungan

Baca juga: 3 Bacaan Doa Islam Orangtua untuk Anak yang Sudah Menikah, Lengkap Tulisan Arab Latin dan Arti

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved