Berita Viral

Kisah Keponakan Dedi Mulyadi 15 Tahun Jadi Pegawai Honorer Digaji Rp2 Juta, Nyambi Jual Gorengan

Di balik besarnya nama Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, ternyata ada sang keponakan yang berusaha banting tulang demi mencukupi kebutuhan hidupnya.

Penulis: Aggi Suzatri | Editor: Kharisma Tri Saputra
Youtube KANG DEDI MULYADI CHANNEL/Tangkapan layar video dokumentasi Siti Wulan
KISAH KEPONAKAN KDM- ((KIRI) Tempat berjualan gorengan keponakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi di Lembur Pakuan, Subang, Jawa Barat. KANAN) Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi saat mendengar pengakuan seorang bocah usia 13 tahun terlibat kasus kejahatan, nasib orangtunya sampai pilu. Di balik besarnya nama Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, ternyata ada sang keponakan yang berusaha banting tulang demi mencukupi kebutuhan hidupnya. 

TRIBUNSUMSEL.COM - Di balik besarnya nama Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, ternyata ada sang keponakan yang berusaha banting tulang demi mencukupi kebutuhan hidupnya.

Sebelumnya, Dedi Mulyadi menceritakan bahwa keponakannya bernama Siti Wulan Rosdiani Nurfalah (35) hanya mendapat gaji Rp2 juta sebulan.

Padahal keponakan sudah mengabdi selama 15 tahun sebagai pegawai honorer.

Baca juga: Dedi Mulyadi Turun Tangan Bantu Bocah 12 Tahun di Indramayu yang Digugat Kakek Soal Warisan Ayahnya

Tempat berjualan gorengan keponakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi di Lembur Pakua
KEPONAKAN DEDI MULYADI JUALAN- Tempat berjualan gorengan keponakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi di Lembur Pakuan, Subang, Jawa Barat.

Demi mencukupi kebutuhan, keponakan Dedi Mulyadi itu terpaksa nyambi jualan bala-bala gorengan.

Sosok keponakan Dedi Mulyadi itu kini sedang bekerja sebagai tenaga honorer di Pemda Purwakarta.

Gaji yang diterimanya setiap bulan hanya Rp2 juta dan tak mampu menutupi biaya hidup.

Potret miris itu disebut Dedi Mulyadi sebagai gambaran kondisi honorer di wilayah Jawa Barat sangat memprihatinkan.

Tanpa diduga, penghasilan daru berjualan bala-bala malah lebih besar.

Ia menyebut dalam berjualan bisa mengumpulkan uang sebanyak Rp3 juta.

“Setiap minggu dia jualan bala-bala, sekali jual bisa dapat Rp3 juta. Jadi, dalam seminggu saja, pendapatan dari jualan makanan kecil itu bisa lebih besar daripada gaji bulanannya di Pemda,” ujar Dedi Mulyadi dikutip dari Tribunnews, Sabtu (5/7/2025).

lebih Lanjut, Dedi menyoroti ketimpangan antara upah tenaga honorer dan potensi penghasilan di sektor informal, terutama kuliner UMKM.

Ia menyebut, penghasilan keponakannya dari berjualan gorengan tradisional bisa menembus Rp12 juta per bulan, enam kali lipat dari gaji honorer.

Baca juga: Respon Dedi Mulyadi Tahu Ada Anak Pemulung di Bekasi Gagal Masuk SMP Negeri, Langsung WA Walikota

Pernyataan Dedi ini menjadi sorotan karena menunjukkan realita pahit sebagian besar tenaga honorer di Jawa Barat.

Data Badan Kepegawaian Negara (BKN) per Januari 2024 mencatat masih ada lebih dari 2,3 juta tenaga honorer aktif secara nasional, dengan mayoritas bergaji di bawah UMR.

Dedi juga menyinggung masalah pengangguran terselubung di Jabar yang terjadi karena masyarakat masih terpaku pada anggapan bekerja itu identik dengan masuk pabrik atau kantor, bukan bertani atau berwirausaha.

“Ini yang perlu kita ubah. Kita harus punya orientasi baru bahwa pertanian dan usaha mandiri adalah solusi nyata, bukan pelarian,” kata Dedi.

Dedi mendorong pemanfaatan sumber daya alam seperti lahan pertanian, sawah dan perkebunan yang masih belum tergarap maksimal di Jawa Barat.

Menurutnya, daerahnya punya potensi besar untuk mengembangkan ekonomi berbasis pariwisata dan pertanian, terutama bagi anak muda.

“Pertanian harus kita optimalkan. Sekarang sudah mulai kelihatan hasilnya, tapi masih banyak yang harus dikejar,” ujarnya.

Ia berharap langkah ini bisa jadi solusi untuk mengatasi tingginya angka pengangguran dan kemiskinan struktural, sekaligus memperkuat kemandirian ekonomi masyarakat desa.

Kisah itu dibenarkan langsung oleh Siti Wulan Rosdiani Nurfalah (35), keponakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.

Wulan, yang juga merupakan tenaga honorer di Pemerintah Kabupaten Purwakarta, mengaku berhasil meraih pendapatan lebih dari Rp 2 juta per hari dari usaha kulinernya.
 
Setiap hari Minggu, Wulan menjajakan aneka gorengan, minuman, dan nasi timbel di Lembur Pakuan, Subang, Jawa Barat.

Ia telah menjadi tenaga honorer sejak 2011, awalnya bekerja sebagai perawat di RSUD Bayuasih hingga 2016, dan kemudian ditugaskan di puskesmas sejak 2017.

Gaji honorer pertamanya adalah Rp 1.200.000, dan mulai 2024, gajinya meningkat menjadi Rp 2.000.000 per bulan.

Untuk menambah penghasilan, Wulan memanfaatkan hobinya memasak dengan menjual makanan dan minuman yang sedang tren di kalangan rekan-rekannya.

"Saya bawa jualan itu ke tempat kerja dan alhamdulillah teman-teman pada suka," ujar Wulan saat diwawancarai Kompas.com via telepon, Selasa (8/7/2025).

Menyadari potensi pengunjung di Lembur Pakuan yang semakin meningkat, Wulan memutuskan untuk berjualan di lokasi tersebut setiap hari Minggu.

Orang tuanya memiliki saung di sekitar sawah yang kini sedang populer, yang ia namai Saung Solokan.

Wulan berjualan mulai pukul 06.00 WIB hingga dagangannya habis, biasanya hingga pukul 12.00 WIB, dengan mayoritas pembeli adalah wisatawan atau pengunjung dari luar daerah.

"Untuk omzet jualan seminggu Rp 2 juta lebih, karena saya tidak hanya jualan bala-bala, tapi juga ada minuman seperti kopi gula aren dan lain-lain. Ada paket nasi timbel ayam goreng juga," jelas Wulan.

Meskipun sibuk berjualan, Wulan tetap bertahan bekerja di puskesmas karena merasa telah menjiwai bidang kerjanya sebagai perawat.

Ia juga merasa ini adalah bentuk pengabdiannya kepada masyarakat Purwakarta.

Wulan mengungkapkan telah mendaftar sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) dan terdaftar dalam sistem Badan Kepegawaian Negara (BKN).

Namun, ia mengaku belum mendapatkan kepastian mengenai pengangkatannya.

Ia juga menilai gaji pegawai honorer saat ini masih belum mencukupi.

"Dari hal itu, saya berharap pemerintah mengkaji ulang kebijakan agar tenaga honorer yang sudah lama bekerja diprioritaskan untuk diangkat secara otomatis dan tanpa tes," tutup Wulan.

Ia berharap agar pemerintah lebih memperhatikan kesejahteraan dan perlindungan bagi tenaga perawat yang selama ini kurang mendapatkan perhatian.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Gaji Honorer Tak Cukup, Keponakan Dedi Mulyadi Jualan Gorengan hingga Raup Rp 2 Juta Sehari"

(*)

Baca berita lainnya di google news

Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved