Seputar Islam

Maksud Didiklah Anakmu Sesuai dengan Zamannya, Pepatah Arab atau Hadits? Berikut Penjelasannya

Nasihat atau kutipan jangan didik anakmu seperti di zamanmu, perkataan ini boleh diambil maknanya dalam urusan kebiasaan, perangai, tradisi manusia

Penulis: Lisma Noviani | Editor: Lisma Noviani
tribunsumsel/lisma
MENDIDIK ANAK -- Ilustrasi anak laki-laki dan perempuan, berikut maksud kutipan Arab "Didiklah Anakmu Sesuai dengan Zamannya" 

“Janganlah kalian mendidik anak-anak kalian sebagaimana bapak-bapak kalian mendidik kalian, karena mereka (anak kalian) diciptakan bukan di zaman kalian”


Masih kata Ustadz Abu, semuanya ini, disandarkan kepada ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu.

 Adapula yang menyandarkan kepada ‘Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu. Tidak ditemukan kutipan tersebut dari Rasulullah SAW, karena tidak ada sanadnya.

Di sisi lain, bisa jadi kutipan ini berasal dari para Filsuf Yunani seperti Socrates ataupun Plato, dengan lafazh

لا تكرهوا أولادكم على آثاركم ، فإنهم مخلوقون لزمان غير زمانكم

Arab latin:

Laa tukrihuu auladakum 'ala aathaarikum, fa-innahum makhluqun lizamanin ghayri zamanikum.

Artinya:

"Jangan paksa anak-anakmu mengikuti jejakmu, karena mereka diciptakan untuk zaman yang berbeda dengan zamanmu."

Maksud Didiklah Anakmu Sesuai dengan Zamannya


Dari kutipan-kutipan tersebut, kita harus bijak memaknainya.
Bukan berarti didikan di zaman dulu salah atau tidak benar. Bukan pula berarti didikan di zaman sekarang tidak dapat mewarisi didikan masa lampau. Tidak.

Yang perlu kita catat, bahwa didikan-didikan yang buruk di masa lalu tidak perlu diteruskan di masa sekarang.
Contoh didikan buruk antara lain: mendidik anak dengan emosi, marah, menghukum anak hingga trauma. Ini perlu ditinggalkan.

Contoh lagi: mendidik dengan cara memukul, terlalu keras, memaksakan kehendak tanpa berdiskusi atau meminta pendapat anak-anak kita, ini juga tak perlu diterapkan lagi di masa sekarang.


Nasihat atau kutipan jangan didik anakmu seperti di zamanmu, perkataan ini boleh diambil maknanya di dalam urusan kebiasaan, perangai, tradisi manusia. Karena ini perkara yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan waktu dan tempat.

Dalam hal ini sepatutnya seorang pendidik tidak memaksa anaknya dengan kebiasaan atau tradisi yang berbeda dengan zamannya selama tidak menyelisihi hukum syari atau dalam perkara duniawi bukan agama.

Adapun adab dan akhlak yang syar’i, baik itu terhadap Allah dengan cara mentauhidkan-Nya. Meneladani Nabi Muhammad SAW ini adalah pendidikan yang kekal sepanjang masa.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved