Berita Travel
Bendung Perjaya OKU Timur Jadi Tumpuan Pedagang Ikan Hasil Tangkapan dari Sungai Komering
Bendung Perjaya bukan lagi sekadar struktur beton besar penyalur air ke persawahan, tapi juga menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat sekitar.
Penulis: CHOIRUL RAHMAN | Editor: Shinta Dwi Anggraini
TRIBUNSUMSEL.COM, MARTAPURA – Saat mentari mulai condong ke barat, kesibukan di sekitar Bendung Perjaya masih tampak menggeliat.
Di salah satu sudutnya, tampak seorang pria paruh baya sedang membereskan lapak jualan ikannya.
Dialah Mbai Halom, warga lokal yang telah enam tahun terakhir menggantungkan hidupnya dari menjual ikan hasil tangkapan dari Sungai Komering.
Bendung Perjaya bukan lagi sekadar struktur beton besar penyalur air ke persawahan, tapi juga menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat sekitar, salah satunya melalui aktivitas jual beli ikan sungai.
“Kalau pagi sampai siang kadang ramai, kadang juga sepi. Tapi alhamdulillah tetap ada yang beli,” kata Mbai Halom saat ditemui di lapaknya, Kamis (26/06/2025).
Lapaknya sederhana, hanya meja kayu panjang dengan ember-ember besar berisi aneka ikan air tawar segar.
Ada patin, culing, dalom, umbut, dan nilam ikan-ikan khas perairan Komering yang ditangkap langsung oleh warga dengan cara tradisional, tanpa alat berat atau racun.
“Ikan-ikan ini kami dapat dari tangkapan langsung di sungai Komering. Kami jaga kualitasnya, tidak dicampur ikan kolam,” ujarnya.
Harga ikan bervariasi, mulai dari Rp20.000 per kilogram untuk ikan kecil hingga Rp50.000-an untuk jenis patin atau dalom ukuran besar.
Dalam sehari, Mbai Halom bisa menjual rata-rata setengah pikul atau sekitar 50 kilogram ikan, tergantung ramai tidaknya pembeli.
Menurutnya, ikan sungai lebih disukai pembeli karena memiliki rasa yang lebih gurih dan alami dibanding ikan hasil budidaya kolam.
“Kalau ikan kolam biasanya makan pur, kadang berbau amis. Tapi kalau ikan sungai, makanannya alami dari alam. Rasanya juga lebih enak,” tuturnya sambil tersenyum.
Bendung Perjaya sendiri merupakan bendungan besar yang membendung aliran Sungai Komering.
Dibangun pada era Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan selesai pada 1995.
Bendung Perjaya ini menjadi jantung dari jaringan irigasi Komering yang mengairi ribuan hektare sawah di Sumatera Selatan dan sebagian Lampung.
Bendung Perjaya mengalirkan air ke berbagai daerah seperti Komering, Macak, Belitang, Bahuga, Muncak Kabau hingga Tulang Bawang.
Peranannya sangat vital, khususnya bagi daerah agraris seperti OKU Timur dan sekitarnya.
Namun, dalam dua dekade terakhir, bendung ini mulai memiliki fungsi sosial-ekonomi yang lebih luas.
Selain sebagai prasarana irigasi, kawasan sekitar bendungan berkembang menjadi lokasi favorit masyarakat untuk rekreasi lokal dan sumber penghasilan alternatif.
Setiap akhir pekan, warga dari Martapura, Belitang, hingga dari luar daerah seperti Way Kanan dan OKI datang untuk menikmati suasana dan membeli hasil tangkapan ikan segar.
“Biasanya kalau Sabtu-Minggu lebih ramai, banyak yang piknik sekalian beli ikan segar buat dibakar di sini atau dibawa pulang,” ujar Mbai Halom.
Keberadaan para pedagang ikan seperti Mbai Halom menunjukkan adanya potensi besar pengembangan ekonomi lokal di kawasan Bendung Perjaya.
Tidak hanya sektor pertanian yang diuntungkan dari aliran air, tetapi juga sektor perikanan rakyat dan wisata kuliner berbasis ikan air tawar.
Menurut masyarakat lokal, potensi ini seharusnya dapat dikembangkan lebih serius oleh pemerintah daerah maupun provinsi.
“Bayangkan jika ada sentra pasar ikan sungai yang tertata, plus fasilitas wisata seperti dermaga, tempat makan, atau tempat olahan hasil tangkapan, tentu dampaknya bisa sangat luas,” kata Iwan, salah satu masyarakat yang tinggal di pinggir Sungai Komering di OKU Timur.
Selain itu, kebersihan dan konservasi lingkungan sungai juga menjadi isu penting agar potensi ini tidak hanya dinikmati sesaat, tapi berkelanjutan untuk generasi mendatang.
“Sungai Komering ini kaya. Tapi kalau tidak dijaga, kalau limbah masuk seenaknya, populasi ikan akan menurun, dan warga yang menggantungkan hidup dari sini juga akan kena dampaknya,” imbuhnya.
Kini, Bendung Perjaya tak lagi hanya dikenal sebagai pintu irigasi. Ia adalah simbol dari sinergi antara alam, infrastruktur, dan masyarakat.
Ia tidak hanya mengalirkan air untuk menyuburkan sawah, tapi juga memberi kehidupan melalui aliran rezeki dari ikan-ikan sungai yang dijual tiap hari.
Bagi Mbai Halom dan puluhan warga lain yang mengandalkan hasil tangkapan Sungai Komering, Bendung Perjaya adalah sumber harapan. Tempat mereka bergantung, berjuang, dan beradaptasi di tengah tantangan zaman.
“Kalau bisa tetap bersih dan ramai, kami bisa terus jualan di sini. Rezeki kami dari sini,” pungkas Mbai Halom, sembari menatap arus sungai yang tak henti mengalir.
Baca artikel menarik lainnya di Google News
Ikuti dan bergabung di saluran WhatsApp Tribunsumsel
Kafe Apung Kopi AD, Sensasi Ngopi Sambil Menikmati Jembatan Ampera di Sungai Musi Palembang |
![]() |
---|
Green Paradise Pagar Alam Jadi Surga Tersembunyi di Kaki Gunung Dempo, Top 10 Tempat Wisata Sumsel |
![]() |
---|
Mengenal 'Mengantar Petulung' Budaya OKU Selatan yang Kini Banyak Dimodifikasi , Tergerus Zaman |
![]() |
---|
Nikmati Madu Trigona Langsung Dari Sarang, LBC Bee Breending Center Musi Rawas Jadi Wisata Edukasi |
![]() |
---|
Wisata Petik Melon Premium di Musi Rawas, Pengunjung Bebas Pilih Hingga Petik Sendiri |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.