Mata Lokad Desa
Mengenal Desa Karang Sari OKU Timur, Dari Hutan Belantara Menuju Desa Mandiri di Tanah Transmigran
Desa Karang Sari Kabupaten OKU Timur yang kini berusia lebih dari 60 tahun ini, dulunya hanyalah hutan belantara, semak dan alang-alang.
Penulis: CHOIRUL RAHMAN | Editor: Shinta Dwi Anggraini
TRIBUNSUMSEL.COM, MARTAPURA - Tak banyak yang tahu, di balik hamparan sawah dan pemukiman di Desa Karang Sari, Kecamatan Belitang III, Kabupaten OKU Timur tersimpan kisah perjuangan panjang dari tanah tak bertuan menjadi desa yang terus menatap masa depan.
Desa Karang Sari di Kabupaten OKU Timur bukanlah desa yang lahir dari tanah subur dan infrastruktur lengkap. Sebaliknya, desa ini bermula dari hutan bercampur alang-alang.
Desa yang kini berusia lebih dari 60 tahun ini, dulunya hanyalah hutan belantara, semak dan alang-alang.
Semua bermula pada tahun 1953. Rombongan transmigran yang kini dikenal sebagai angkatan trans, membuka lahan seadanya setengah bau pekarangan dan dua bau sawah.
Tanah yang mereka terima bukanlah lahan siap tanam, melainkan hutan liar yang dipenuhi semak dan alang-alang. Perlahan namun pasti, mereka mulai menanami ubi dan jagung.
Ubi dipanen setiap enam bulan, jagung setiap tiga bulan. Proses pengolahan sawah dimulai satu tahun kemudian, meski dengan keterbatasan tenaga kerja.
Baca juga: Desa Nusa Maju OKU Timur,Keseriusan Masyarakat Transmigran dalam Mewujudkan Desa Sehat dan Maju
Namun perlahan, lahan yang sebelumnya liar mulai berubah. Setahun berselang, mereka mulai mengerjakan sawah. Sebuah langkah kecil, namun berarti besar.
Tepat pada 13 November 1964, Desa Karang Sari resmi berdiri. Masyarakatnya beragam, hasil persatuan kelompok-kelompok dari Ponorogo, Bumi Ayu, Tulung Agung, Yogyakarta, hingga Pekalongan.
Ada pula penduduk asli dari tanah Sumatra. Mereka hidup berdampingan, membentuk satu kesatuan sosial baru yang tak mengenal sekat etnis.
Karang Sari tumbuh bukan tanpa dinamika. Dari masa Orde Lama hingga Era Reformasi, estafet kepemimpinan desa terus berlanjut mulai dari Kamri, Karto Katijo, hingga Zaidun, S.E., yang saat ini memimpin dengan semangat pembangunan dan pendekatan kepada pemerintah di semua level.
Sejak berdiri, kepemimpinan desa mengalami estafet dari masa ke masa. Masa Orde Lama Kamri, Karto Katijo, Solikin, Dasir. Masa Orde Baru Sarju, Sri Pranoto, Kemis, Galung Sukijo, Adi Kromo.
Era Reformasi Supriyo, Tubiran, Wartawan, Mahnuri, S.P. Saat ini Zaidun, S.E., yang menjabat dan aktif memperjuangkan pembangunan desa melalui pendekatan ke DPRD dan DPR RI.
Kini, Karang Sari terbagi menjadi lima kadus, masing-masing dengan keunikan budaya dan komposisi masyarakatnya.
Kadus 1 hingga Kadus 5 dihuni oleh berbagai kelompok: dari warga Ponorogo, Yogyakarta, Kediri, hingga masyarakat lokal seperti Komering dan Bumi Ayu.
Di tengah keberagaman ini, semangat gotong royong dan kesatuan menjadi perekat utama.
Mengenal Kerajinan Tangan Tanaman Purun, Ditekuni Emak-emak di Desa Lebuh Rarak OKI |
![]() |
---|
Sosok Zaipul Basri, Kades Muara Beliti Baru Musi Rawas, Buka Program Restorasi Justice Bagi Warga |
![]() |
---|
Dedikasi Kades Pelaju Romsan, Ubah Pola Hidup Masyarakat Jadi Lebih Sehat |
![]() |
---|
Koperasi Desa Merah Putih Suka Maju PALI Resmi Dibentuk, Siap Perkuat Ekonomi Masyarakat Desa |
![]() |
---|
Sejarah dan Asal-Usul Nama Tanjung Batu di Ogan Ilir, Pertama Kali Dihuni Keturunan Thailand Selatan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.