Berita Lubuklinggau

Sudah Capai 20 Persen, Bulog Lubuklinggau Ungkap Kendala Menyerap Gabah Petani

Di awal panen perdana 2025 Kantor Bulog Lubuklinggau telah menyerap beras sebanyak 225 Ton dan 3.000 ton gabah kering petani (GKP) atau 20 persen.

Penulis: Eko Hepronis | Editor: Shinta Dwi Anggraini
TRIBUNSUMSEL.COM/EKO HEPRONIS
SERAPAN GABAH -- Kepala Kantor Bulog Cabang Lubuklinggau, Muklis Afandi memberikan keterangan pers, Rabu (21/5/2025). Muklis menyebut saat ini pihaknya telah menyerap beras sebanyak 225 Ton dan 3000 ton gabah kering petani (GKP) atau sudah 20 persen selama panen raya pertama di tahun ini. 

Laporan wartawan Tribunsumsel.com, Eko Hepronis 


TRIBUNSUMSEL.COM, LUBUKLINGGAU -- Di awal panen perdana 2025 Kantor Bulog Lubuklinggau meyebut telah menyerap beras sebanyak 225 Ton dan 3.000 ton gabah kering petani (GKP) atau sudah 20 persen.

Kepala Kantor Bulog Cabang Lubuklinggau, Muklis Afandi mengaku pihaknya optimis bakal melampaui target yang telah ditetapkan hingga akhir Mei 2025 ini.

"Target beras kita setahun itu 10 ribu ton kalau dipisah 4.200 GKP dan 8.000 ton beras. Realisasi kita saat ini sudah diangka GKP sebanyak 3.000 lebih atau 52 persen, kalau beras 225 ton atau 18 persen bila ditotal secara seluruh kita sudah tercapai 20 persen," kata Muklis pada wartawan.

Menurut Muklis belum signifikannya capaian saat ini karena para petani menganggap harga Rp. 12.000 beras itu belum cukup sebanding bila dijual di pasaran.

"Sementara untuk GKP cukup tinggi karena tahun ini Lubuklinggau baru perdana dan angka Rp.6.500 itu bagi petani yang tidak mau ribet cukup sebanding," ungkapnya.

Kata Muklis panen raya pertama sudah lewat, namun  karena sistem irigasi yang memungkinkan bisa langsung tanam sehingga bisa langsung tanam lagi.

"Rata-rata serapan kita bisa 30-50 ton perhari, mingguan kita masih diangka 200 ton perhari.Bila dilihat diluar panen raya intensitas penyerapannya masih tinggi, karena bulan Juni masih ada lagi," ungkapnya.

Di wilayah kerja Bulog Lubuklinggau 80 persen hasil panen berasal dari Kabupaten Musi Rawas dan sisanya baru Lubuklinggau dan Muratara.

Kendalanya penyerapan selama ini lebih kepada kerjasama penggilingan dengan Bulog, jadi memang MLM ini tidak banyak penggilingan yang besar misal tidak punya vertikal dryer dan cendrung masih manual.

"Kedua panen masih pakai manual jadi masih banyak sampahnya, pengeringan dan pembersihan lama karena rata-rata penggilingan di Linggau ini paling banyak 3 ton perhari," ujarnya.

 

Baca artikel menarik lainnya di Google News

Ikuti dan bergabung di saluran WhatsApp Tribunsumsel

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved