Berita OKU Timur

Di Balik Janji Pembangunan, Reses DPRD Ungkap Derita Infrastruktur di Pedalaman OKU Timur

Saat masa reses tiba, Wakil Ketua DPRD OKU Timur, H. Beni Defitson SIP MM, turun langsung menyambangi masyarakat di beberapa desa.

|
TRIBUNSUMSEL.COM/CHOIRUL ROHMAN
HARAPAN PEMBANGUNAN DI DESA -- Wakil Ketua DPRD OKU Timur, H. Beni Defitson SIP MM, mendengarkan langsung keluhan warga saat reses di Desa Pandan Agung, Rabu (21/05/2025). Aspirasi warga soal irigasi dan jalan rusak menjadi sorotan utama. 

TRIBUNSUMSEL.COM, MARTAPURA – Puluhan tahun berlalu, tapi geliat pembangunan di sejumlah desa di Kecamatan Madang Suku II, Kabupaten OKU Timur, masih terasa timpang.

Bukan hanya jalan rusak dan irigasi tak berfungsi, tetapi juga sinyal internet yang tak kunjung aktif menjadi potret ketimpangan infrastruktur yang dirasakan masyarakat.

Saat masa reses tiba, Wakil Ketua DPRD OKU Timur, H. Beni Defitson SIP MM, turun langsung menyambangi masyarakat di beberapa desa.

Bukan sekadar silaturahmi, kehadiran Beni justru membuka tabir panjangnya penderitaan masyarakat yang menantikan perubahan.

Di Desa Pandan Agung, suara masyarakat mengalir deras. Mereka berharap rehabilitasi berat jalan kabupaten segera direalisasikan.

Terutama ruas jalan cor beton sepanjang dua kilometer yang menghubungkan Desa Pandan Agung menuju Desa Margotani.

Jalan itu kini hanya menyisakan kerikil dan lubang setiap musim hujan, berubah jadi kubangan.

“Kalau musim hujan, anak-anak kami susah ke sekolah. Motor sering mogok karena lumpur tebal. Rasanya seperti hidup di tempat yang dilupakan,” ujar warga setempat dengan nada lirih, Rabu (21/05/2025).

Baca juga: Sawah Tumpang Sari, Strategi Petani di Desa Mulyasari OKU Timur Menjawab Tantangan Pangan

Tak hanya itu, kondisi saluran irigasi juga dikeluhkan. Saluran tersier Irigasi Uper Komering yang membentang dari Muncak Kabau, Buay Pemuka Bangsa Raja hingga ke Madang Suku I dan II, sudah lama rusak. Padahal, irigasi adalah nadi pertanian mereka.

“Padi tidak bisa panen maksimal, karena air tidak mengalir dengan baik. Kami petani, tapi seperti disuruh bertani tanpa alat,” kata petani di daerah tersebut yang menggantungkan hidup dari sawahnya yang kini mulai mengering.

Selain itu, warga juga menaruh harapan besar pada optimalisasi lahan tidur seluas 25 hektar serta cetak sawah baru.

Mereka percaya, dengan dukungan pemerintah, ketahanan pangan lokal bisa diwujudkan.

Keluhan lain datang dari warga pesisir Komering yang menginginkan jaringan internet diaktifkan. Infrastruktur sudah dipasang, tapi hingga kini belum bisa dimanfaatkan.

“Anak saya belajar daring kadang harus naik ke pohon cari sinyal. Padahal tiang internet sudah ada, tapi tidak nyala. Ironis sekali,” keluh Oman (38), warga Desa di Madang Suku II.

Di Desa Harjomulyo, kegetiran terasa lebih dalam. Jalan penghubung ke Desa Jaya Bakti belum pernah tersentuh pembangunan sejak program transmigrasi dimulai 51 tahun silam. Jalan itu kini lebih mirip jalur off-road daripada akses antar desa.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved