Hardiknas 2025

Hardiknas, Guru Senior di Banyuasin Sebut Minat Baca dan Belajar Siswa Kini Menurun Dibanding Dulu

Wanita kelahiran Madiun, 15 Mei 1965 ini, sudah menjadi seorang guru sejak 1 April 1988 di SDN Air Gading.

Penulis: M. Ardiansyah | Editor: Slamet Teguh
Kolase Tribunsumsel.com
HARDIKNAS - Damiati, guru yang ada di Kecamatan Muara Padang Banyuasin sudah mengabdikan dirinya sejak tahun 1988 beberapa waktu yang lalu. 

TRIBUNSUMSEL.COM, BANYUASIN - Hari Pendidikan Nasional yang jatuh setiap tanggal 2 Mei, selalu diperingati seorang guru senior di Banyuasin bernama Damiati Spd, SD.

Wanita kelahiran Madiun, 15 Mei 1965 ini, sudah menjadi seorang guru sejak 1 April 1988 di SDN Air Gading.

Dengan perjalanan sangat panjang, pastinya selama mengabdikan diri menjadi seorang guru, Damiati memiliki suka dan duka. 

Tinggal di Desa Tirto Raharjo, kondisi saat itu menjadi pendatang dan bukan dari warga transmigrasi.

Ketika itu, ia merasakan bagaimana rasanya untuk berangkat ke sekolah guna mengajar siswa.  

Ia harus melewati jalan setapak berlumpur jika hujan, belum lagi bertemu binatang buas seperti babi, ular , gajah dan lainnya.

"Saat itu, pergi mengajar menggunakan sepeda ontel ke sekolah. Jarak tempuh dari rumah ke sekolah sejauh 3 kilometer. Bila hujan pasti banjir dan jalan licin, pastinya harus waspada dengan binatang buas," ceritanya, Jumat (2/5/2025).

Setidaknya, Damiati harus menempuh satu jam untuk sampai ke sekolah.

Selain itu, Damiati juga sering terjatuh dari sepeda bersama anak pertamanya lantaran jalan yang licin.

Masa itu daerahnya masih tergolong pedalaman dengan hutan belantara mengelilingi daerah pemukiman penduduk.

Akses jalan darat, yang masih sangat jauh dari sempurna.

Begitu pula dengan jalan utama masih memanfaatkan sungai dengan kendaraan menggunakan perahu getek atau speedboat.

"Senangnya saya, meski dalam kondisi yang serba kurang dari perkotaan, saya bisa memberikan tenaga saya menjadi seorang pendidik yang akan memberikan ilmu pengetahuan. Karena bisa memberantas kebodohan dari sisa penjajahan di daerah yang sangat miskin ilmu, miskin harta ketika waktu itu," ungkapnya.

Baca juga: Pemkab Banyuasin Rancang Jalan Poros Muara Sugihan, Bakal Dibangun Mulai Tahun Depan

Baca juga: Pemilik Sumur Minyak Ilegal yang Meledak di Keluang Musi Banyuasin Kini Ditangkap

Damiati sudah mulai mengajar saat alat tulis menggunakan kapur tulis, spidol hingga era digital sekarang ini.

Ia sangat memahami, kala itu banyak murid-murid baru bisa sekolah ketika usia sudah diatas 8 tahun bahkan 9 tahun. 

Meski saat masih serba kekurangan dan jauh tertinggal dari kota, namun Damiati mengaku niat belajar anak-anak sangat tinggi.

Selain niat belajar yang tinggi, murid kala itu sangat rajin belajar dan membaca.

"Masa itu, buku dan alat peraga seadanya. Tetapi, dengan buku dan alat seadanya banyak murid saya yang sukses. Ada yang menjadi pegawai pajak, kepala desa, menjadi guru, menjadi bidan dan profesi lainnya. Itulah kebanggaan saya menjadi seorang guru," ceritanya.

Namun seiring berjalannya waktu, hingga pembelajaran era digital saat ini yang mengalami kemajuan pesat, namun menurut Damiati merasa menjadi guru diakhir masa purnabaktinya, ia menilai minta baca dan belajar dari murid sangat jauh menurun. 

"Saya pensiun tinggal menghitung hari. Pada 15 Mei 2025 ini, saya pensiun dan menyelesaikan tugas saya sebagai tenaga pendidik. Namun saya menyoroti, saat ini minat baca, minat belajar para siswa sangat rendah. Kemungkianan disebebakan karena pengaruh sosial media, permainan game yang luar biasa menggempur saat ini, sehingga membuat minat belajar siswa siswi sekarang sangat rendah dibandingkan dahulu," ungkapnya.

Ia menyoroti, di wilayahnya anak-anaknya belum siap untuk terkena pengaruh era digital kecanggihan teknologi masa kini, yang terlalu bebas menggunakan ponsel.

Guru saat ini, menurut Damiati memiliki tantangan yang sangat berat.  

Ditengah gempuran teknologi, tetapi seorang guru dituntut bagaimana bisa menumbuhkan niat belajar siswa dengan kemajuan teknologi saat ini.

"Harapan saya diakhir masa tugas saya ini, saya ingin menyampaikan bahwa guru harus menjadi garda terdepan untuk kemajuan pendidikan di setiap wilayah, lingkungan kerja masing-masing guru, walaupun di daerah maju, sedang hingga terpencil. Peran serta guru untuk memajukan bangsa dan juga dukungan orangtua, harus sejalan sehingga bisa tercipta generasi yang membawa bangsa bersaing dengan bangsa lain," ungkapnya.

Damiati sendiri, selama 14 tahun mengabdikan dirinya di SDN 5 Air Gading Kecamatan Muara Padang.

Lalu, diangkat menjadi kepala sekolah di SDN 22 Desa Tirto Raharjo selama 10 tahun.

Terakhir, ia kembali lagi menjadi guru biasa di SDN 18 Kecamatan Muara Padang hingga saat ini.

Memang, bukan masa yang singkat bagi Daniati mengabdikan diri untuk mendidik generasi muda untuk maju dan sukses.

Damiati berharap, peran serta guru, orangtua bahkan pemerintah untuk membuat dunia pendidikan Indonesia bisa maju.

Jangan sampai, ketika adanya pergantian menteri muncul pula kurikulum yang baru hingga membuat anak-anak menjadi kesulitan untuk beradaptasi, terlebih di wilayah pedesaan. 

 

 

 

 

 

Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News

Ikuti dan bergabung dalam saluran whatsapp Tribunsumsel.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved