Motor Guru di Sumenep Dibakar

Sosok Ahmad Nurdin, Guru Honer di Sumenep Tinggal di Gubuk Tanpa Kamar Mandi, Pilu Motor Dibakar

Mengenal sosok Ahmad Nurdin (50), guru honorer di Sumenep, Madura tinggal di gubuk hingga jatuh sakit usai sepeda motornya dibakar orang.

|
Penulis: Laily Fajrianty | Editor: Weni Wahyuny
(KOMPAS.com/Nur Khalis)
Kondisi di dalam gubuk yang ditempati pak guru Ahmad Nurdin yang sempat diancam dengan pedang dan motornya dibakar pada Senin (13/1/2025). 

TRIBUNSUMSEL.COM - Mengenal sosok Ahmad Nurdin (50), guru honorer di Sumenep, Jawa Timur yang tinggal di gubuk hingga jatuh sakit usai sepeda motornya dibakar orang.

Ahmad Nurdin mengajar di SMA Putra Bangsa Kabupaten Sumenep, Jawa Timur sejak tahun 1990.

Ia mengajar Fisika dan Biologi.

Meskipun berprofesi sebagai guru, Pak Nurdin bukanlah orang yang hidup serba berkecukupan. 

Selama ini, dia hanya menggantungkan hidupnya dari upah menjadi guru yang jumlahnya tidak seberapa.

Adapun gajinya perbulan hanya Rp1 juta.

Motor guru honorer, Ahmad Nurdin (50) dibakar siswa AQ (19) di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, pada Senin (13/1/2025).
Motor guru honorer, Ahmad Nurdin (50) dibakar siswa AQ (19) di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, pada Senin (13/1/2025). ((KOMPAS.com/Nur Khalis))

Selama bertahun-tahun, Pak Nurdin hanya mendiami gubuk yang terbuat dari gedek (bambu) berukuran dua meter persegi. 

Kondisi gubuknya sudah nyaris reot dan suatu ketika terancam ambruk. Tempat tidur, dapur dan ruang tamu menjadi satu.  

Baca juga: Duduk Perkara Motor Pak Nurdin, Guru di Sumenep Dibakar Gegara Pidato, Kini Jatuh Sakit

Ketika memasuki musim penghujan dan dilanda hujan deras serta angin kencang, Pak Nurdin tetap bertahan di dalam gubuk satu-satunya itu. 

Dia hanya bisa menambal kebocoran dari genteng menggunakan terpal bekas. 

Pak Nurdin juga tidak memiliki kamar mandi di gubuk kecilnya itu.

Pak guru Ahmad Nurdin ketika ditemui Kompas.com di kediamannya. Ia sempat diancam dengan pedang dan motornya dibakar pada Senin (13/1/2025).
Pak guru Ahmad Nurdin ketika ditemui Kompas.com di kediamannya. Ia sempat diancam dengan pedang dan motornya dibakar pada Senin (13/1/2025). (KOMPAS.com/Nur Khalis)

Untuk bisa mandi, dia terpaksa numpang ke kamar mandi masjid, yang letaknya tidak jauh dari rumahnya. 

"Setiap hari ya begitu Mas," ujarnya. 

Hingga hari ini, gubuk milik Pak Nurdin tidak pernah tersentuh bantuan dari pemerintah.

Baca juga: Kisah Pilu Ahmad Nurdin, Guru di Sumenep : Motor Dibakar Orang, Tinggal di Gubuk dan Kini Sakit

Sebagai guru yang hidup seorang diri dan penuh kekurangan, Pak Nurdin juga tidak pernah menerima bantuan sosial dari pemerintah.  

"Saya hanya satu kali mendapatkan bantuan BLT senilai Rp 300.000. Itu beberapa tahun yang lalu," ingatnya. 

Kini Nurdin sudah tidak mengajar lagi setelah peristiwa motornya dibakar orang.

Ia tidak memiliki kendaraan untuk berangkat dan pulang dari sekolah SMA Putra Bangsa, yang jaraknya sekitar tiga kilometer dari rumahnya. Apalagi kebugaran tubuhnya tidak seperti dulu. 

Di samping itu, Pak Nurdin masih berusaha menyembuhkan trauma yang menghantuinya. Selama menjalani hidup, dia tidak pernah diancam dengan pedang dan motornya dibakar.

Peristiwa pengancaman dan pembakaran motor guru honorer itu terjadi di Dusun Bugis Desa Pajanangger, Kecamatan Arjasa Kabupaten Sumenep pada hari Senin (13/1/2025) lalu.

Bahkan Nurdin pun jatuh sakit terserang batuk, demam dan meriang setelah kejadian yang menimpanya.

"Saya hanya bisa beraktivitas di dalam rumah (gubuk) Mas," kata Pak Nurdin kepada Kompas.com, Jumat (17/1/2025). 

Duduk Perkara Motor Dibakar

Duduk perkara motor guru honorer, Ahmad Nurdin (50) dibakar AQ (19) di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, pada Senin (13/1/2025).

Selain motor dibakar, guru honorer ini juga sempat diancam akan dibunuh AQ tersebut.

Hal itu karena pelaku tak terima terkait isi sambutan korban saat upacara, dari teman-temannya.

Untuk diketahui, pelaku sebenarnya bukanlah murid di SMA Putra Bangsa Sumenep.

Namun pelaku diduga mendapatkan informasi terkait isi sambutan guru tersebut.

Saat upacara, Ahmad Nurdin menyampaikan pesan kepada murid-muridnya untuk menghormati orang tua dan tidak melakukan tindakan yang membahayakan mereka, termasuk ancaman membunuh.

Pelaku yang mendengar ucapan guru itu lewat teman-temannya, lantas merasa tersinggung dan tersulut emosi.

Ahmad Nurdin bercerita bahwa pelaku merupakan tamatan SMA di luar kota yang merupakan pemuda di desa setempat.

"Kejadiannya itu sepulang saya dari sekolah. Sekitar pukul 14.00 WIB," kata Ahmad Nurdin saat dikonfirmasi, Selasa (14/1/2025) dilansir dari TribunJatim.com. 

Sepulang dari mengajar, kata Ahmad Nurdin, pelaku tiba-tiba mencegatnya tepat di akses jalan Dusun Bugis Desa Pajanannger.

"Saat itu kata pelaku tersinggung dengan pernyataan saya saat menjadi pembina upacara di sekolah," ungkapnya.

Ahmad Nurdin mengaku tidak tahu dari mana pelaku mendengar pernyataan korban saat menjadi pembina upacara di sekolah.

Pasalnya, Ahmad Nurdin merasa tidak menyinggung siapa pun dan tidak menyebut nama siapa pun saat memberikan nasehat dalam upacara.

"Sambutan saya saat upacara adalah global, kepada semua siswa dan tidak menyebutkan siapapun," jelasnya.

Sebagai guru, Ahmad Nurdin juga berharap jangan sampai para siswa berani kepada orang tua, apalagi bahkan mengancam untuk membunuhnya.

Sebab ilmunya tidak akan berkah ketika sudah di tengah-tengah masyarakat.

"Saya tidak spesifik menyebut siapapun," ujarnya.

Menurut korban, pelaku beranggapan bahwa pernyataan tersebut ditujukan kepada dirinya.

"Setelah mencegat saya, pelaku bertanya dengan nada tinggi dan bahkan marah-marah," jelasnya.

Tidak lama kemudian, pelaku mengeluarkan sebilah parang dan dihunuskan kepada korban.

Pedang tersebut sempat ditempelkan ke kepala dan pipi sang guru.

"Kedua pipi saya sempat diiris dengan pedangnya, untung tidak luka," ucapnya.

Korban melihat pelaku tampak emosi tidak terkendali dan korban turun menjauh dari motornya sekitar 15 meter.

Dari kejauhan, pelaku terlihat beberapa kali menebas motor korban dengan pedangnya. 

Warga dan sejumlah siswa di tempat korban mengajar, sempat berada di lokasi kejadian. Tetapi mereka tidak bisa berbuat apapun. 

"Setelah itu saya menuju ke rumah kepala desa. Tapi kades tidak ada, katanya sedang berobat. Saya hanya ditemui tukang masaknya (kades)," katanya.

Karena tidak bertemu dengan kepala desa, korban pun berinisiatif untuk pulang dan menenangkan diri.

Beberapa saat setelah tiba di rumah, korban mendapatkan kabar bahwa motornya sudah hangus terbakar. 

"Ada voice note yang diterima oleh kerabat dan juga beredar video motor (saya) sudah bakar oleh pelaku," sebutnya.

Pelaku Terancam 10 Tahun Penjara

Sementara itu, Plt. Kasi Humas Polres Sumenep AKP Widiarti Sutioningtyas mengungkapkan bahwa pelaku AQ kini telah ditangkap aparat kepolisian untuk ditindak lebih lanjut.

"Pelaku AQ (Ahmad Qurtubi) sudah diamankan karena diduga melakukan pengancaman membunuh dengan senjata tajam dan melakukan pengrusakan sepeda motor milik seorang guru," ujar Widiarti, Selasa.

Baca juga berita lainnya di Google News

Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kegetiran Hidup Pak Guru di Sumenep yang Motornya Dibakar, Tinggal di Gubuk dan Kini Sakit", 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved