Motor Guru di Sumenep Dibakar

Isi Pidato Pak Nurdin, Guru di Sumenep diduga Picu AQ Ancam Membunuh hingga Motornya Dibakar

Pengancaman dan tindakan membakar motor Ahmad Nurdin dipicu diduga pelaku tak terima dengan isi pidato yang disampaikan korban saat upacara di sekolah

|
Penulis: Aggi Suzatri | Editor: Kharisma Tri Saputra
KOMPAS.com/Nur Khalis/Youtube SCTV
(KIRI) Ahmad Nurdin, guru SMA Putra Bangsa di Desa Pajanangger jadi korban Pengancaman, (kanan) AQ, saat diamankan warga. Diketahui tindakan membakar motor Ahmad Nurdin dipicu diduga pelaku tak terima dengan isi pidato yang disampaikan korban saat upacara di sekolah 

Guru swasta asal desa Pajanannger, Kecamatan Arjasa pulau Kangean, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur ini, sudah tidak mengajar setelah peristiwa mencekam itu terjadi. 

Dia tidak memiliki kendaraan untuk berangkat dan pulang dari sekolah SMA Putra Bangsa, yang jaraknya sekitar tiga kilometer dari rumahnya. Apalagi kebugaran tubuhnya tidak seperti dulu. 

Di samping itu, Pak Nurdin masih berusaha menyembuhkan trauma yang menghantuinya. 

Selama menjalani hidup, dia tidak pernah diancam dengan pedang dan motornya dibakar. 

Meskipun berprofesi sebagai guru, Pak Nurdin bukanlah orang yang hidup serba berkecukupan. Selama ini, dia hanya menggantungkan hidupnya dari upah menjadi guru yang jumlahnya tidak seberapa.

"Tidak sampai 1 juta per bulan Mas," ujarnya.  

Selama bertahun-tahun, Pak Nurdin hanya mendiami gubuk yang terbuat dari gedek (bambu) berukuran dua meter persegi. 

Kondisi gubuknya sudah nyaris reot dan suatu ketika terancam ambruk. Tempat tidur, dapur dan ruang tamu menjadi satu.  

Ketika memasuki musim penghujan dan dilanda hujan deras serta angin kencang, Pak Nurdin tetap bertahan di dalam gubuk satu-satunya itu. 

Dia hanya bisa menambal kebocoran dari genteng menggunakan terpal bekas. 

Pak Nurdin juga tidak memiliki kamar mandi di gubuk kecilnya itu. Untuk bisa mandi, dia terpaksa numpang ke kamar mandi masjid, yang letaknya tidak jauh dari rumahnya. 

"Setiap hari ya begitu Mas," ujarnya. 

Hingga hari ini, gubuk milik Pak Nurdin tidak pernah tersentuh bantuan dari pemerintah.

Sebagai guru yang hidup seorang diri dan penuh kekurangan, Pak Nurdin juga tidak pernah menerima bantuan sosial dari pemerintah.  

"Saya hanya satu kali mendapatkan bantuan BLT senilai Rp 300.000. Itu beberapa tahun yang lalu," ingatnya.

Artikel ini telah tayang di Tribunmadura.com dengan judul Kronologi Pemuda di Sumenep Bakar Motor Guru Honorer, Ancam Bunuh Korban Pakai Parang

(*) 

Baca juga berita lainnya di Google News

Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com

Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved