Berita UMKM
Kisah Pakde Markam, Penjual Bakso Kaki Lima Legendaris di PALI, Sudah Berjualan Sejak 43 Tahun Lalu
Pakde Markam demikian dia dipanggil, telah berjualan bakso setiap hari selama 43 tahun.
Penulis: Apriansyah Iskandar | Editor: Slamet Teguh
TRIBUNSUMSEL.COM,PALI - Nama Markam, pria berusia 68 tahun ini tidak asing lagi di kalangan warga Kecamatan Talang Ubi Kabupaten PALI Sumatera Selatan.
Dia terbilang pedagang bakso kaki lima yang legendaris di kawasan Komperta Pendopo Talang Ubi.
Pakde Markam demikian dia dipanggil, telah berjualan bakso setiap hari selama 43 tahun.
Waktu yang tidak sebentar. Tetapi dia menjalaninya dengan sabar dan penuh suka cita.
Gedung Pesos eks bioskop yang berada dikawasan Komperta Pendopo Kecamatan Talang Ubi Kabupaten PALI menjadi saksi bisu perjuangan Markam mengais rejeki melalui usaha bakso yang telah ditekuninya sejak tanggal 1 Januari 1981 sampai dengan saat ini.
Warung bakso kaki lima dengan tenda bongkar pasang beratap terpal bewarna biru yang disanggah dua tiang penyanggah dari kayu berada diseberang jalan tepat didepan bangunan tua bernama Pesos bekas bioskop jaman PT Stanvac Indonesia, disanalah tempat Markam mangkal setiap harinya.
Warung bakso itu dibuka oleh Markam bersama istrinya bernama Ayana (56) sejak pukul 7 pagi sampai dengan pukul 12 siang dari hari Senin sampai dengan Sabtu.
Meski tampak sederhana, warung bakso ini tetap ramai dikunjungi pembeli dalam setiap harinya.
Bakso Markam bisa bertahan lama karena telah melekat erat dengan hati masyarakat.Tak jarang pembeli yang datang menceritakan telah menikmati bakso ini sejak masa kakek nenek hingga cucu.
Selama 43 tahun jajanan bakso ini menjadi primadona di hati masyarakat dan tidak pernah sepi pembeli.
Pria kelahiran Pendopo 11 Juli 1956 itu, memang sudah terkenal dengan cita rasa baksonya yang khas dan cara dia melayani pelanggannya dengan rama. Sehingga dia dan pelanggan mudah sekali akrab.
Kemampuannya dalam meracik bumbu bakso yang dilengkapi dengan resep rahasia hingga sekarang membuat cita rasa bakso nya tetap terjaga.
Meski varian bakso dengan mie kuning dan sayuran untuk toppingnya tampak sederhana, ditambah dengan gorengan sebagai pelengkap.
Namun yang menariknya, pentol bakso biasa dijual berbentuk bulat, berbeda dengan bakso markam yang pentol baksonya sudah dibelah dan di iris- iris sehinggah tekstur nya lembut di mulut dan kuah dengan citarasa yang khas lebih meresap dan memanjakan lidah para penggemar.
Harganya juga ramah dikantong, dibandrol hanya Rp 5000 untuk setiap mangkoknya.
Sebelum menekuni jualan bakso, Ayah dari dua orang anak ini mengaku bahwa sebelumnya dia pernah bekerja sebagai Office Boy (OB) di rumah sakit PT Stanvac yang berada dikawasan tersebut.
Namun pada tahun 1980, Pakde Markam terkena pengurangan pekerja atau PHK, dari situlah kisah nya berjualan bakso bermulai.
"Usai tidak lagi kerja di rumah sakit, saya berjualan sayuran di karawang, dari situlah cerita-cerita dengan tukang bakso bahwa untung jualan bakso agak lumayan, jadi dari situlah saya kepikiran ide untuk berjualan bakso,"kata Markam, Kamis (7/11/2024).
Baca juga: Melihat Proses Pembuatan Batik Khas PALI, Miliki Motif yang Tak Kalah Indahnya Dengan Batik Lain
Baca juga: Warga Desa Muara Sungai PALI, Manfaatkan Kotoran Sapi Untuk Biogas Rumah Tangga dan Pupuk Organik
Sehingga pada awal Januari tahun 1981, Markam memutuskan untuk pulang kembali ke Talang Ubi untuk berjualan bakso dikawasan Gedung Bioskop Pesos Komperta Pendopo.
Awalnya Markam berjualan bakso sendirian, waktu pertamakali berjualan Markam masih bujangan dan belum berumah tangga.
Barulah pada tahun 1990 saat dia sudah berumah tangga, Istrinya Ayana membantu berjualan setiap harinya.
Suka duka dan tantangan perubahan zaman juga dirasakan oleh Markam bersama istrinya menekuni usaha tersebut.
Tak terhitung sudah berapa ribu bahkan ratusan ribu porsi bakso dalam mangkok-mangkok yang disajikan terjual dikawasan tersebut.
Bahkan dalam sehari, ketika bioskop dikawsan itu masih beroperasi, dalam berjualan Bakso Markam dapat menghabiskan mie sebanyak 12 kilogram.
"Tapi kalau soal keuntungan, meski dulu sangat ramai, keuntungan masih sedikit, karena harga bakso masih harga 250 rupiah per mangkok, tidak seperti sekarang Rp 5 ribu permangkok," ujarnya.
Dia juga mengatakan, sekitar tahun 1990 baru keuntungan nya berjualan bakso mulai mengalami peningkatan.
Pada waktu itu, biasanya Markam mendapatkan Omzet penjualan bakso Rp 300 ribu dalam satu minggu.
Kalau sekarang meski kadang tak menentu, tapi alhamdulillah rata-rata saat ini kalau dapat Rp 200 ribu dalam setiap harinya ada,"ungkapnya.
Markam juga sangat bersyukur, pembeli bakso nya sampai saat ini masih banyak yang datang.
Selain pelanggan yang datang dari masyarakat sekitar Talang Ubi, ada juga pelanggan yang datang dari luar daerah yang menyempatkan mampir, membeli bakso dagangan nya sambil mengenang masa- masa bersekolah di kawasan tersebut.
Dimana tempat berjualan Markam dekat juga dengan kawasan sekolah, sehingga para alumni yang pernah bersekolah ketika datang menyempatkan mampir ditempat dia berjualan.
"Ada juga yang datang bilang, apa kabar pak Markam, masih inget sama aku, dia bilang dulu pernah makan disini, sekarang dia sudah di Batam, dia mengatakan jaman dulu dia sering makan lupa bayar, oleh karena itu dia datang dan ngasihkan uang ke saya, tapi saya tidak tahu dan tidak ingat. Pernah juga saat saya sedang ke prabumulih ada juga pelanggan yang memberi saya uang ketika bertemu," tuturnya.
Ketika pertamakali berjualan, Markam setiap minggu nya harus pergi ke Palembang untuk membeli pentol bakso, dikarenakan di Talang Ubi belum ada penjualnya.
Dikarenakan menyita waktu dan keuntungan nya sedikit, sehingga akhirnya Markam membuat pentol bakso sendiri.
Ketika ditanya, kenapa pentol bakso yang dijualnya sudah dalam bentuk di belah atau di iris-iris menjadi potongan kecil.
Dia mengatakan dari awal memang selalu di iris-iris terlebih dahulu oleh nya sebelum disajikan, hal itu dulu nya dikarenakan permintaan pembeli agar anak- anak lebih muda memakan nya.
"Sebelumnya beli bakso nya ke palembang, karena untung nya sedikit akhirnya bikin sendiri, takarannya 1 kilo daging 2 kilo sagu. Kalau pentol bakso nya kenapa telah di belah, memang dari pertamakali jualan sudah dibelah,dikarenakan banyak pembeli minta di belah biar anak-anak mudah makan nya," terangnya.
Meski penghasilan tak menentu, namun dari hasil berjualan bakso tersebut, Markam mampu menguliahkan kedua anaknya di Universitas Sriwijaya sampai dengan selesai.
Bahkan berkat ketekunan dan kesabaran nya dalam berjualan bakso, Markam bersama istrinya juga berencana akan menjalankan ibadah haji ke tanah suci pada tahun 2028 nanti.
"Kalau haji sudah lama daftar, mestinya berangkat sama istri pada tahun 2026 nanti, karena Covid 19 kemarin jadi tertunda 2 tahun antrian nya, dan akan berangkat tahun 2028 nanti,"Imbuhnya.
Selain itu, dia juga mengatakan sebelum menjalankan ibadah haji nya tercapai, dalan waktu dekat ini pada Selasa 12 November 2024 nanti, Markam bersama istrinya akan berangkat menjalankan ibadah Umroh.
Dia juga selalu bertekad untuk jangan ada perasaan menyerah dalam ikhtiar untuk menjadi tamu Allah di Tanah Suci. Demikian tekad yang diyakininya selama ini.
Selain tekun dalam menjalankan usaha nya, Markam selalu rajin untuk menabung, menyisihkan keuntungan yang didapat hasil jualan nya dan menjauhi hutang piutang.
"Alhamdulillah, walau tidak seberapa, yang penting tekun, jangan patah semangat rezeki Allah yang nentukan, kalau nabung dari dulu memang selalu nyisihkan hasil dari jualan, karena sudah niat untuk menjalankan ibadah ke tanah suci, hari Selasa nanti sama istri mau pergi umroh dulu, semogah dimudahkan," ucapnya.
Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News
Ikuti dan bergabung dalam saluran whatsapp Tribunsumsel.com
Kisah Salim, Masih Bertahan Jadi Pembuat Mainan Kapal dan Pesawat Gabus Khas 17 Agustus di Palembang |
![]() |
---|
Emas Kawin Dijadikan Modal, Fadli Sukses Rintis Percetakan di Palembang, Beromzet Ratusan Juta/Bulan |
![]() |
---|
Kemplang Panggang Tata, Perjuangan Warga OKU Timur dari Warung Kecil Hingga Beromzet Jutaan Per Hari |
![]() |
---|
Keluar dari Zona Nyaman Usahawan Muda di Lahat ini Berhasil Kembangkan Usaha Beromzet Ratusan Juta |
![]() |
---|
Tambah Lini Produk Ada Singkong Meledak dan Churros Biar Makin Komplit |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.