Berita BPK Wilayah VI

Selendang Mudawaroh, Seni Hiasan Tangan nan Menggurat Zaman

Sumatra Selatan memiliki banyak seni hiasan tangan yang bertahan melintas abad, salah satunya adalah selendang mudawaroh. Seni itu terus diwarisi hing

Editor: Moch Krisna
Selendang Mudawaroh, Seni Hiasan Tangan nan Menggurat Zaman - Alat-dan-bahan-untuk-membuat-selendang-mudawaroh-klin.jpg
BPK Wilayah VI
Alat dan bahan untuk membuat selendang mudawaroh klingkan milik Cek Ita, salah satu pembuat selendang mudawarah yang masih bertahan hingga saat ini
Selendang Mudawaroh, Seni Hiasan Tangan nan Menggurat Zaman - Selendang-Mudawarah-Sulaman-Klingkan.jpg
(Dokumentasi MBK I-BPK VI, 2023)
Selendang Mudawarah Sulaman Klingkan, Koleksi Museum Sultan Mahmud Badarudin II

TRIBUNSUMSEL.COM -- Sumatra Selatan memiliki banyak seni hiasan tangan yang bertahan melintas abad, salah satunya adalah selendang mudawaroh. Seni itu terus diwarisi hingga menjadi ruh nan menghidupi ruang-ruang kehidupan. Kini, tugas kita bersama untuk menghidupi gagasan kolaboratif agar seni ini tidak punah di tengah kepungan zaman.

Seni hiasan tangan sulaman kelingkan dimulai pada awal abad ke -14 Masehi sewaktu Tanah Melayu terkenal sebagai pusat perdagangan. Sulaman kelingkan Palembang masih terus dipertahankan dengan pembuatan selendang mudawaroh sulaman kelingkan Palembang yang berupa penutup kepala bagi wanita-wanita yang pulang menunaikan ibadah haji. Ada pula selendang yang berbentuk serupa dan dinamakan kain Misfa, di mana kain tersebut umum digunakan oleh siapapun meski pemakai tersebut belum melakukan ibadah haji. Umunnya, selendang Mudawaroh sulaman kelingkan berbentuk segi empat dengan ukuran 90x90 cm, 100 x 100 cm, 120 x 120 cm. 

Proses yang diperlukan untuk menyiapkan hiasan sulaman kelingkan pada selendang mudawaroh ini dimulai dengan pembuatan atau penyepuhan benang emas. Hingga saat ini proses pembuatannya masih diturunkan kepada anak cucu pengrajin selendang mudawaroh sulaman kelingkan, tepatnya di Kelurahan 11 Ulu, Palembang. Pembuatan benang emas dilakukan oleh pengrajin dengan keahlian khusus.

Setelah benang emas siap, barulah proses penyulaman dimulai. Motif selendang mudawaroh sulaman kelingkan didominasi dengan motif Matahari dan tumbuh-tumbuhan seperti, Flora (Mawar, Cempaka, Tanjung), Buah (nanas). Inilah yang menjadi keunikan dan kekhasan selendang mudawaroh sulaman kelingkan di mana dalam proses pembuatannya masih mempertahankan cara yang diturunkan dari nenek moyang dahulu, seperti pembuatan benang emas produksi sendiri maupun proses penyulaman dan motif yang tetap dipertahankan dari zaman dahulu hingga sekarang.

Kendala pelestarian

            Sayangnya, terdapat beberapa kendala dalam pembuatan selendang mudawaroh sulaman kelingkan, salah satunya adalah kurangnya sumber daya manusia dan kelangkaan bahan untuk pembuatan selendang tersebut. Tradisi mengenakan selendang mudawaroh di Kota Palembang pun mulai ditinggalkan seiring dengan sulitnya bahan baku serta tidak banyaknya masyarakat yang paham cara pembuatan warisan Budaya Sumatra Selatan, khususnya Kota Palembang ini.

Zainab, salah satu sosok yang saat ini masih bertahan menekuni pembuatan kain yang masuk dalam kategori penetapan kerajinan tradisional Sumatra Selatan ini menuturkan, selendang mudawaroh diharapkan tetap lestari hingga anak cucunya nanti. Upaya saat ini yang telah dilakukan adalah dengan membagikan kemampuan dan pengetahuannya kepada generasi muda. Namun ia menyadari upayanya ini tidak dapat dilakukan sendiri. Dukungan pemerintah dan masyarakat sangatlah penting.

Dalam kesempatan yang sama, Zainab atau yang akrab disapa dengan cek Ita menceritakan sulitnya mendapatkan bahan baku berupa benang khusus yang beberapa kali harus dibelinya dari luar negeri. Bahkan beberapa tahun terakhir dia sering mendapatkan permintaan untuk mengajarkan bahkan mengenalkan makna simbol yang tergambar dalam selendang mudawaroh ini dari negara-negara tetangga serumpun melayu.

Upaya pelestarian yang harus dilakukan

Selendang mudawaroh sendiri sah ditetapkan sebagai Warisan Budaya TakBenda Provinsi Sumatra Selatan pada tanggal 7 Desember 2021 dengan nomor sertifikat penetapan 0019/F4/KB.04.04/2021. Namun sepertinya dengan penetapan tidak cukup untuk dijadikan upaya pelestarian satu-satunya. Perlu mulai dipikirkan langkah strategis lainnya khususnya yang bersifat kolaboratif.

Kolaborasi antar pemangku kepentingan pada satu sisi memang terdengar klise, namun masih menjadi unsur penggerak utama, baik unsur pemerintah dengan pemerintah, ataupun juga menggandeng sektor swasta untuk berperan dalam upaya pelestarian budaya. Berikutnya, kolaborasi antara generasi di mana generasi muda sudah saatnya diberi tugas sebagai penggagas ataupun inisiator. Generasi muda dianggap sebagai komponen penting yang perlu dilibatkan dalam upaya pelestarian dan diharapkan dapat mengemas atau mengenalkan informasi terkait warisan budaya dengan cara yang menarik sehingga mampu mengajak lebih banyak lagi masyarakat dalam upaya pelestarian warisan Budaya. Memperkenalkan budaya dengan cara yang menarik sekaligus pemanfaatan media sosial untuk menjangkau promosi budaya yang lebih luas lagi dapat menjadi salah satu alternatif.

Seperti kita ketahui bersama, selendang mudawaroh yang merupakan Warisan Budaya Takbenda kategori kerajinan tradisional ini merupakan salah satu warisan budaya yang lahir dari kelengkapan pakaian tradisional perempuan melayu. Artinya, menjadikan warisan budaya ini tidak hanya penting bagi Sumatra Selatan akan tetapi juga bagi masyarakat melayu pada umumnya. Ini menjadi kekuatan tersendiri bagi upaya pelestarian, di mana keberagamannya dapat saling melengkapi melalui proses kerja sama antara masyarakat serumpun melayu untuk mencapai tujuan pelestarian secara kolektif.

(Penulis : Ajeng Wulandari, Pamong Budaya Ahli Muda BPK Wilayah VI)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA
    KOMENTAR

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved