Angin Kencang di PALI
Cerita Fakihan Warga Transmigrasi di PALI, Pasrah Lihat Rumahnya Rusak Diterjang Angin Kencang
Angin deras saat hujan deras yang terjadi pada pada Minggu sore kemarin telah menyebabkan kondisi rumah warga Transmigrasi di PALI rusak.
Penulis: Apriansyah Iskandar | Editor: Shinta Dwi Anggraini
TRIBUNSUMSEL.COM, PALI -- Cerita Fakihan (25) warga Transmigrasi Sungai Jelike Tempirai Selatan Kecamatan Penukal Utara, Sumatera Selatan hanya bisa pasrah ketika melihat kondisi rumahnya yang porak-poranda setelah diterjang angin kencang saat hujan deras pada Minggu (13/10/2024) kemarin.
Angin deras saat hujan deras yang terjadi pada pukul 15.00 Wib pada Minggu sore kemarin telah menyebabkan kondisi rumah Fakihan rusak berat.
Tampak seluruh bagian atap rumah nya terbang tersapu angin, dan bagian batako penyangga atap roboh kedalam rumah.
Beruntung saat kejadian, warga Transmigrasi asal Gunung Kidul Yogyakarta tersebut sedang tidak berada di rumah.
Karena saat kejadian, dia bersama istrinya sedang mengantar kedua anaknya yang masih balita ke Posyandu yang berada di dusun Tempirai.
"Saat kejadian kemarin, saya bersama istri dan kedua anak saya sedang berada di Posyandu, kemudian ada kabar dari warga yang memberitahu kalau atap rumah saya rusak gara-gara angin, kejadiannya sekitar jam 3 sore kemarin," kata Fakihan saat ditemui yang hanya bisa pasrah melihat kondisi rumahnya rusak berat,Senin (14/10/2024).
Baca juga: BREAKING NEWS: 3 Rumah Warga Transmigrasi di PALI Rusak Diterjang Angin Kencang Saat Hujan Deras
Mendapati kabar tersebut, Fakihan langsung bergegas menuju rumahnya, dan saat sampai dirumah dirinya tertunduk lemas dan hanya bisa pasrah ketika melihat kondisi rumahnya yang sudah porak poranda.
"Saat sampai sudah banyak warga dirumah, dan saat melihat kondisi rumah saya, saya hanya bisa pasrah pak, semuanya sudah hancur, barang-barang didalam rumah sudah basah semua, termasuk pupuk untuk petani," ujarnya.
Namun Fakihan masih bersyukur karena saat kejadian dirinya bersama istri dan kedua anaknya sedang tidak berada dirumah.
"Ga bisa ngebayangin kalau saat kejadian kemarin ada dirumah, bisa-bisa kami sekeluarga menjadi korban, mengingat tembok batako penahan atap roboh keruang tamu, apalagi sehari-hari nya anak saya sering bermain diruang tamu,"ungkapnya.
Melihat kondisi rumahnya yang tak memungkinkan lagi didiami, Fakihan beserta istri dan kedua anaknya saat ini mengungsi ditempat warga transmigrasi lainnya.
Fakihan hanya bisa berharap, rumah yang telah dihuninya sejak tahun 2022 lalu, segera diperbaiki oleh pemerintah.
Karena dirinya tidak memiliki modal untuk memperbaiki rumah tersebut, sebab saat ini dia hanya bekerja serabutan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
Sementara lahan pekarangan yang diberikan pemerintah sebagai modal hidupnya menjadi warga transmigrasi belum menghasilkan apapun, dikarenakan sering terdampak banjir dan kekeringan sehingga menyebabkan gagal panen.
"Harapan saya mendapat uluran tangan pemerintah untuk memperbaiki rumah saya yang rusak ini, kalau tidak diperbaiki mau tinggal dimana lagi kami pak, kita disini kan perantau, sementara kita belum memiliki modal untuk memperbaiki nya. Sementara ini kita mengungsi dulu kerumah warga transmigrasi yang kosong," tuturnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.