Berita Travel
Legenda Desa Tanah Priuk Musi Rawas, Pertarungan Saudara Ipar Bering Kecik VS Depati Jalak Rogong
Desa Tanah Periuk, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan memiliki sejarah yang menarik diketahui oleh masyarakat.
Penulis: Eko Mustiawan | Editor: Shinta Dwi Anggraini
TRIBUNSUMSEL.COM, MUSI RAWAS -- Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) memiliki 186 Desa dan 13 Kelurahan yang tersebar di 14 Kecamatan.
Setiap wilayah atau setiap desa di Musi Rawas, memiliki cerita rakyat dan sejarah masing-masing, salah satunya adalah Desa Tanah Periuk Kecamatan Muara Beliti.
Desa Tanah Periuk memiliki sejarah yang menarik diketahui oleh masyarakat. Lantas, bagaimana sejarah Desa Tanah Periuk.
Pamong Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Musi Rawas, Emiliana menjelaskan sejarah Desa Tanah Periuk di Kecamatan Muara Beliti.
Desa Tanah Priuk dulunya dikenal sebagai Dusun Ulak Kebur Tanjung Kemoneng yang dibatasi Sungai Kelingi.
Dusun ini diperintah oleh seorang pemimpin yang sangat terkenal bernama Depati 'Elang Ranau'.
Konon ceritanya di bawah kepemimpinan Depati Elang Ranau kehidupan rakyat begitu aman tenteram, dan kehidupan mereka sangat berkecukupan, saling bantu membantu satu sama lainnya.
Karena memiliki kesaktian yang sangat hebat, Depati Elang Ranau dapat berubah wujud menjadi seekor burung elang besar dan berwarna hitam.
Karena kehebatannya, Depati Elang diberi gelar oleh penduduk dusun yaitu 'Depati Elang Ranau'.
Setelah Depati Elang Ranau wafat, kepemimpinannya di Dusun Ulak Kebur Tanjung Kemoneng digantikan oleh salah satu depati dan juga mempunyai kesaktian yaitu 'Depati Jalak Rogong'.
Depati Jalak Rogong mempunyai kehebatan dan kesaktian yang tidak kalah dengan Depati Elang Ranau.
Dia mempunyai seorang adik perempuan yang bernama Kademong, ia adalah seorang gadis yang sangat cantik jelita, berambut panjang.
Kademong dipinang oleh seorang bujang yang berasal dari Bengkulu bernama 'Bering Kecik' yang juga mempunyai kesaktian yang luar biasa.
Jalak Rogong dan keluarga besarnya menerima lamaran tersebut, dan sepakat untuk melakukan persedekahan pernikahan Kademong dengan Bering Kecik.
Banyak tamu undangan yang berdatangan diantaranya Gindo Kuat dari Dusun Taba Pingin, Ki Jogel dari Selangit dan tamu lainnya.
Sebelum menghidangkan makanan para ibu-ibu memasak makanan, pada saat memasak sayur ternyata garamnya habis.
Maka diberitahukan kepada Depati Jalak Rogong bahwa garamnya habis. Sedangkan pada zaman itu garam hanya ada di Palembang.
Kemudian Depati Jalak Rogong mohon diri kepada tamu undangan untuk ke Sungai Kelingi, dengan sangat cepat mengambil perahu untuk menuju ke Palembang dengan tujuan membeli garam.
Dengan kesaktian yang sangat hebat, sehingga ke Palembang dapat dijangkau dengan waktu yang sangat singkat.
Bahkan, pada saat sayur (gulai) sedang mendidih, Depati Jalak Rogong telah kembali lagi dengan membawa garam yang diperlukan.
Beberapa tahun kemudian Kademong dan Bering Kecik menghadap kepada kakaknya dengan maksud meminta tanah baru sebagai tempat tinggal mereka dengan tujuan ingin mandiri.
Jalak Rogong pun memberikan tanah yang berada di Lubuk Kupang. Tak lama kemudian Kademong dan Bering Kecik pun pindah ketempat yang baru.
Karena, Desa tersebut sangat subur, banyak pula penduduk dari Ulak Kebur Tanjung Kemoneng yang ikut berpindah ke Dusun ( Desa) Lubuk Kupang.
Lama-kelamaan dusun semakin ramai, Bering Kecik pun ditunjuk untuk memimpin dusun tersebut.
Bering Kecik memiliki seorang adik laki-laki bernama Bujang Kurap mempunyai rambut yang sangat panjang dan kesaktian terutama dapat terbang.
Bering Kecik ingin memperluas daerahnya, kemudian dia kembali mengajukan permohonan kepada kakak iparnya Depati Jalak Rogong meminta penambahan tanah kekuasaan.
Namun keinginan Bering Kecik tidak dapat dikabulkannya dan menimbulkan sengketa antara Bering Kecik dan Depati Jalak Rogong.
Sejak itulah terjadi permusuhan antara Bering Kecik dan Depati Jalak Rogong, dan permusuhan itupun semakin meruncing.
Depati Jalak Rogong pun berpikir untuk menanyakan letak kelemahan adik iparnya Bering Kecik melalui adik kandungnya Kademong.
Pertanyaan itu ditulis Depati Jalak Rogong' melalui surat untuk adiknya yang dimasukkan ke dalam buluh (bambu), lalu dihanyutkannya ke Sungai Kelingi, tempat biasa adiknya mandi.
Pada saat Kedemong mandi, bambu tersebut berputar-putar mengelilingi Kademong, merasa heran dan penasaran maka buluh tersebut diambilnya dan di dalam buluh tersebut terdapat surat.
Setelah membaca surat dari kakaknya itu Kademong merasa sangat sedih yang manakah yang harus dia pilih keduanya merupakan orang yang sangat disayanginya seperti kata pepatah.
Bering Kecik yang sangat mencintai istrinya, menceritakan kelemahannya, nyawanya dititipkan di padang rumput antara Ulak Kebur Tanjung Kemoneng dengan Lubuk Kupang pada Sebatang alang-alang merah yang tumbuh di batu, untuk dapat membunuhnya, maka ambil Bemban Burung pancung sekali dan dicolek (Jejalkan) dengan kotoran ayam (Tai ayam ) setelah itu baru ditikamkan pada alang-alang merah tumbuh di batu yang bergoyang walaupun tidak ada angin.
Setelah mendapat cerita suaminya, Kademong memberitahukannya ke Jalak Rogong.
Setelah itu, keesokan harinya perang pun berlanjut, Depati Jalak Rogong menjalankan pesan adiknya, benar saja terdengar pekik kematian dari Bering Kecik.
Namun, yang terdengar suaranya saja, sedangkan jasad kasarnya tidak diketahui tempatnya.
Dalam pekiknya Bering Kecik bersumpah bahwa:
1. Rahasia suami jangan semuanya diungkapkan.
2. Apabila diantara orang yang berasal dari Ulak Kebur Tanjung Kemoneng beristrikan atau bersuamikan orang Lubuk Kupang, maka hidupnya tidak akan selamat.
Beberapa tahun kemudian, Depati Jalak Rogong meninggal dunia, maka keadaan Desa Ulak Kebur Tanjung Kemoneng tidak aman lagi.
Konon kabarnya hantu-hantu selalu bergentayangan mengganggu penduduk, maka penduduk desa pindah atau mengungsi ke sebelah utara desa yang sekarang merupakan Desa Tanah Periuk (Lubuk Mati) di aliran sungai kelingi yang terletak di sebelah timur Siring agung.
Namun pada tempat pemukiman yang baru tidak aman pula. Kemudian mereka pindah lagi ke arah selatan untuk mencari tempat pemukiman baru.
Tidak beberapa lama, mereka berjalan ke arah selatan diantara rombongan, ada yang menemukan tanah liat putih yang bisa dibuat periuk dan alat-alat rumah tangga lainnya.
Setelah diuji coba ternyata memang benar tanah liat putih tersebut bahan untuk dibuat periuk.
Dari penemuan itu semua rombongan sepakat menetap di sana, maka desa yang ditempati itu disebut atau dinamakan Desa Tanah Periuk sampai dengan sekarang.
Untuk menggantikan Depati Jalak Rogong sebagai pemimpin diangkat lah seseorang yang dianggap sakti ialah Jago Pati.
Jago Pati ialah seorang dukun sakti, sehingga ia dihormati oleh penduduk sampai ia meninggal dunia.
Kuburannya sampai sekarang dianggap oleh penduduk setempat sebagai tempat keramat seperti halnya kuburan Depati Jalak Rogong dan Depati Elang Ranau.
Baca artikel menarik lainnya di Google News
Ikuti dan bergabung di saluran WhatsApp Tribunsumsel
Bendung Perjaya OKU Timur Jadi Tumpuan Pedagang Ikan Hasil Tangkapan dari Sungai Komering |
![]() |
---|
Kafe Apung Kopi AD, Sensasi Ngopi Sambil Menikmati Jembatan Ampera di Sungai Musi Palembang |
![]() |
---|
Green Paradise Pagar Alam Jadi Surga Tersembunyi di Kaki Gunung Dempo, Top 10 Tempat Wisata Sumsel |
![]() |
---|
Mengenal 'Mengantar Petulung' Budaya OKU Selatan yang Kini Banyak Dimodifikasi , Tergerus Zaman |
![]() |
---|
Nikmati Madu Trigona Langsung Dari Sarang, LBC Bee Breending Center Musi Rawas Jadi Wisata Edukasi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.