Berita Derap Nusantara

Sosok Maria Vitasari, Intan Baru di Kancah Para-Atletik Nasional

Dalam usianya yang baru menginjak 15 tahun, Vitasari sukses merebut medali emas nomor lari 100 meter T37-38 putri dengan catatan waktu 15,72 detik.

Editor: Sri Hidayatun
DOKUMENTASI ANTARA
Di cabang olahraga para-atletik Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) 2024, Solo, sosok atlet asal Jawa Tengah, Maria Magdalena Vitasari, sangat mencuri perhatian. 

Vitasari sendiri sejak SD menempuh pendidikan di sekolah luar biasa (SLB) milik Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Surakarta. Kini, dia duduk di kelas tiga SMP D YPAC.

NPC sendiri tidak buru-buru mengikutsertakan Vitasari ke ajang-ajang besar. Winarno menyebut, pihaknya mau atletnya itu berkembang sesuai dengan kemampuannya.

Itulah kenapa, kata dia, Vitasari terlebih dahulu berkompetisi di kejuaraan pelajar tingkat provinsi, nasional lalu ke kompetisi daerah yang tidak berbatas umur sebelum menuju Peparnas 2024.

"Ketika memutuskan Vitasari ikut Peparnas, kami pun memanggilnya ke pelatda (pemusatan latihan daerah-red)," tutur Winarno.

Di pelatda yang berlangsung selama enam bulan itulah NPCI Jateng lebih fokus dalam mengasah performa Vitasari.

Setiap hari, Vitasari dan para atlet para-atletik lain wajib menjalani latihan pada pagi dan sore, kecuali Sabtu yang hanya pagi hari dan Minggu libur.

Sesi latihan pagi dilaksanakan pada pukul 06.30 WIB-09.00 WIB. Kemudian, pada sore hari, latihan berlangsung pukul 15.30 WIB-17.30 WIB.

Selama pelatda, semua atlet tinggal di penginapan yang ditentukan. Pertemuan dengan orang tua, keluarga atau kerabat lain hanya bisa dilakukan pada hari libur atau Minggu.

"Selama melakukan itu, Vitasari hampir tidak pernah mengeluh. Alhamdulillah sekarang kualitas larinya semakin bagus," kata Winarno.

Meski demikian, pelatih yang khusus menangani lari jarak pendek para-atletik itu menyebut selalu ada tantangan dalam melatih atlet disabilitas.

Khusus untuk Vitasari, Winaro dan timnya harus memberikan metode latihan yang menyesuaikan dengan kondisi atlet dengan cerebral palsy yang geraknya terbatas.

Kemudian, menu latihan dan fisik mesti sering diulangi demi menemukan sinkronisasi tubuh yang pas agar kecepatan lari meningkat.

"Misalnya teknik, ya, mesti di-'drill' (dilatih-red) berulang terus. Jadi lebih intens latihannya," sebut Winarno.

Tantangan selanjutnya adalah bagaimana menjaga suasana hati (mood) para atlet termasuk Vitasari yang memasuki periode remaja.

Untuk itu, Winarno menyebut dirinya selalu menjalin kedekatan dengan atlet dan rutin memberikan motivasi supaya semangat latihan mereka terus terjaga.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA
KOMENTAR

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved