Berita Palembang
Warga Palembang Nyaman Beraktivitas Menggunakan LRT Sumsel, Nyaman dan Harga Terjangkau
LRT Sumsel yang ada di Palembang menjadi simbol modernisasi ibu kota provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).
Penulis: Arief Basuki Rohekan | Editor: Slamet Teguh
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - LRT Sumsel yang ada di Palembang menjadi simbol modernisasi ibu kota provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).
LRT Sumsel melintasi rel-kereta-layang tanpa balast dengan lebar sepur 1.067 mm (3 ft 6 in), yang membentang sepanjang 23,4 kilometer (14,5 mi) dengan 13 stasiun, dari Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II di ujung barat menuju Depo OPI Jakabaring.
Sedangkan dalam segi layanan transportasi, LRT Sumsel dipastikan menjadi moda transportasi publik yang aman dan nyaman bagi seluruh pengguna, termasuk anak-anak, perempuan, ibu hamil, lansia, dan penyandang disabilitas.
Sejumlah stasiun LRT Sumsel dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang. Antara lain toilet umum yang nyaman dan bersih, ruang P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan), area retail dan komersial, lift, eskalator, musala, nursery room, serta Pos Sahabat Perempuan dan Anak (Pos Sapa).
Tersedia pula bangku prioritas (priority seat) untuk penyandang disabilitas, orang tua, ibu hamil, dan anak-anak.
Sementara, fasilitas di dalam kereta antara lain peta jalur dan status posisi kereta, serta area khusus untuk meletakkan sepeda lipat/ non-lipat dan kursi roda.
Selain itu LRT Sumsel menghadirkan layanan yang terintegrasi, dengan pergerakan penumpang di moda transportasi publik Feeder.
Para pengguna LRT Sumsel sendiri mengaku sangat terbantu dengan hadirnya "kereta besi pucuk kepala tersebut" yang memudahkan aktivitas mereka, baik dalam bekerja atau kegiatan lainnya.
Seperti yang diungkapkan Mariyati (50), mengagumi kenyamanan yang ia rasakan di dalam LRT Palembang.
“Petugasnya ramah dan kita bisa lihat informasi transit bus dan angkot Feeder. Jadi, enggak bingung kalau mau lanjut ke tujuan lain,” katanya.
Menurut warga Kecamatan Seberang Ulu (SU) I ini, dengan harga yang terjangkau sebesar Rp 5.000 kecuali menuju Bandara SMB II Palembang, terdapat juga fasilitas yang memadai di setiap stasiun.
"Disini tersedia toilet, dan ada tempat istirahatnya, apalagi tidak panas atau bau keringet didalam kereta, " papar wanita yang memiliki usaha di Palembang Icon ini.
Hal senada Tri (20) salah satu mahasiswi PTS di kota Palembang, jika kehadiran LRT sangat membantunya dalam menempuh pendidikan.
"Pastinya lebih hemat kita naik LRT, dan terintegrasi dengan angkot Feeder yang masih gratis ke kampus. Selain itu sejumlah Stasiunnya dekat dengan Mall sehingga bisa berbelanja, " tuturnya
Ditambahkan Tri, ia tak memungkiri terkadang fasilitas yang ada masih kurang, seperti tangga lift yang kadang mati, namun hal itu tak menjadi masalah baginya.
"Kalau pelayanan bagus, tapi kadang tangga liftnya mati, jadi kasihan untuk orang tua dan anak-anak," pungkas warga Sukarame ini.
Baca juga: Menhub RI, Budi Karya Sumadi Puji Layanan LRT Palembang, Jadi Kota Percontohan
Baca juga: Eddy Santana Putra Janji LRT Bisa Dimanfaatkan Mahasiswa Unsri Indralaya Dengan Integrasi Multimoda
Manager Humas PTKAI Divre III Palembang Aida Suryanti menjelaskan, LRT Sumsel saat ini terus bertumbuh sebagai budaya baru bertransportasi yang modern, menjadi alternatif transportasi bagi masyarakat Sumatera Selatan khususnya kota Palembang.
"Jumlah perjalanan dan volume penumpang yang terus naik, merupakan indikasi bahwa LRT Sumsel telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam aktivitas sehari-hari, " tandas Aida.
Diterangkannya, sebagai operator LRT Sumsel, PT KAI Divre III bersama Balai Pengelola Kereta Api Ringan Sumsel (BPKARSS), dan pemangku kebijakan terus berkolaborasi dalam mengembangkan setiap potensi yang dapat mendukung peningkatan pengguna jasa LRT Sumsel.
"Optimalisasi 13 stasiun LRT dengan karakteristik yang berbeda-beda, merupakan salah satu potensi peningkatan pengguna jasa LRT Sumsel yang perlu dikelola dengan baik, " tandanya.
Selain itu, menjaga ketepatan waktu perjalanan, waktu tunggu antar stasiun (headway), integrasi moda, penambahan jumlah perjalanan pada situasi yang dibutuhkan, kemudahan memilih alat pembayaran untuk pembelian tiket.
"Termasuk perbaikan sarana dan penambahan fasilitas pendukung di stasiun-stasiun, merupakan komitmen yang harus konsisten dijaga, " tukasnya.
KAI Divre III Palembang selaku operator LRT Sumsel mencatat data pengguna LRT Sumsel hingga awal semester II dari tanggal 1 Januari sampai tanggal 26 Agustus 2024 berjumlah 2.728.815 penumpang atau mengalami peningkatan sebanyak 158.034 penumpang dibanding periode yang sama tahun 2023.
Rata-rata harian saat ini 11.418 penumpang dengan 3 stasiun tertinggi untuk naik turun penumpang adalah stasiun Asrama Haji 507.224 penumpang, kemudian stasiun Ampera dengan 420.683 penumpang dan stasiun DJKA dengan 386.039 penumpang.
Keberadaan LRT Sumsel dengan 13 Stasiun-stasiun LRT yang melewati ikon-ikon Kota Palembang, pusat perbelanjaan, fasilitas publik, transportasi modern yang nyaman dengan tarif yang terjangkau menjadikan LRT Sumsel alternatif transportasi yang dipilih masyarakat kota Palembang dalam beraktivitas.
Untuk jam operasional LRT Sumsel mulai pukul 05.06 sampai dengan pukul 20.43, dengan tarif terjangkau yaitu 5 ribu untuk antar stasiun non bandara dan 10 ribu untuk stasiun dari dan menuju stasiun Bandara.
Sementara Pengamat Kebijakan publik dari Universitas Sriwijaya (Unsri) Dr M Husni Tamrin mengatakan, Meskipun LRT Sumsel di Palembang diharapkan membawa banyak manfaat, kenyataannya implementasi belum sepenuhnya berjalan sesuai harapan.
"Rendahnya jumlah pengguna, tingginya biaya operasional, dan kurangnya integrasi transportasi masih menjadi tantangan besar," paparnya.
Dijelaskan Husni, pangkal persoalannya sudah terlihat sejak awal, dan rendahnya intensi pemerintah daerah.
"Bahkan ada kesan LRT lebih merupakan beban ketimbang solusi. Akibatnya, tampak kesan kuat pemerintah daerah baik provinsi maupun kota setengah hati dalam upaya mencari solusi, dan masih tetap berharap pada solusi Pusat, " paparnya.
Padahal diungkapkan Husni, banyak yang bisa dilakukan pemerintah daerah, diantaranya menata sistem transportasi kota, berkolaborasi dengan berbagai stakeholder, sehingga dapat meningkatkan utilisasi LRT dan jaringan transportasinya.
"Tanpa perhatian yang serius dan ikhtiar kolaboratif yang serius, semua dampak signifikan yang kita harapkan dapat terjadi hanya akan menjadi hiasan dokumen semata. Tidak kunjung wujud dalam realitas, " tandasnya.
Padahal selayaknya pemerintah daerah berkepentingan, bahkan berkewajiban untuk membenahi sistem penataan kota, termasuk sistem transportasi sehingga manfaat optimal dapat diraih.
"Untuk solusi jangka panjang memerlukan strategi yang lebih terpadu, mencakup perencanaan tata kota, edukasi publik, dan kebijakan transportasi yang mendukung agar manfaat ekonomi yang diharapkan dapat terwujud secara optimal, " tukasnya.
Sekedar informasi, pembangunan LRT Palembang sendiri berawal Presiden Jokowi datang ke Palembang dan melihat maket rancangan pembangunan light rail transit (LRT) melalui tayangan video.
Saat itu, Presiden Jokowi menceritakan proses awal rencana pembangunan LRT pada September 2015.
“Gubernur Sumsel (Alex Noerdin) menyampaikan kepada saya bahwa di Palembang sudah sebagian jalan itu macet, sehingga beliau mengusulkan agar dari airport menuju ke kota ada transportasi massalnya, dan saya setuju,” cerita Presiden.
Pada November, menurut Presiden, keluar Perpres untuk pembangunan LRT di Palembang.
“Dengan catatan LRT ini akan dipakai dalam jangka pendek utuk Asian Games 2018, tetapi dalam jangka panjang transportasi massal di semua kota di Indonesia sudah sangat diperlukan karena di semua kota besar pasti sudah sangat macet,” katanya.
Mengenai anggaran, Presiden menyampaikan bahwa jumlahnya kurang lebih Rp 7 triliun semuanya dari pemerintah pusat.
“Tanggung jawab penuh pemerintah daerah ada di pembebasan lahan, baik untuk jalurnya maupun utuk deponya. Semuanya tanggung jawab Pemprov (Sumsel),” jelas Presiden.
Pada 13 Maret 2018, Presiden Jokowi melakukan uji coba LRT dari Stasiun Bumi Sriwijaya menuju Stasiun Jakabaring, Palembang. Ia berharap LRT membentuk budaya baru bagi masyarakat.
"Ini adalah kereta ringan (LRT) yang pertama di Indonesia yang telah jalankan. Memang dalam rangka menyambut Asian Games 2018 tetapi juga dalam jangka panjang kita ingin memberikan pilihan alternatif pada masyarakat dan yang paling penting ini adalah membuat sebuah peradaban baru, budaya baru," ujar Presiden Jokowi kala itu..
Budaya baru yang diharapkan oleh Presiden RI akan terbentuk dengan adanya LRT diantaranya adalah budaya tepat waktu dan budaya mengantre.
"Baik budaya menggunakan transportasi massal yang aman dan nyaman, budaya tepat waktu, budaya antre yang ini akan terbangun setelah kereta ringan LRT Palembang ini nanti berjalan," jelas Presiden.
Keberadaan LRT , terbukti memberikan dampak yang signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat, Sumsel terutama Palembang, baik peningkatan konektivitas dan telah mendorong perekonomian.
Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News
Ikuti dan bergabung dalam saluran whatsapp Tribunsumsel.com
Akibat Korsleting Listrik, 1 Rumah di Kertapati Palembang Terbakar, Ketika Itu Pemilik Sedang Tidur |
![]() |
---|
Daftar Ruas Jalan di Palembang yang Bakal Diperbaiki, Pemkot Siapkan Pagu Anggaran Rp 145 M |
![]() |
---|
Akun Mobile Legend Hilang, Pemuda di Palembang Lapor Polisi, Awalnya Bakal Dibayar Pembeli Rp 3 Juta |
![]() |
---|
Camat IB I Palembang, Alexander Diusulkan Diganti, Usai Sebut DPRD Sumsel Tak Peduli Terhadap Dapil |
![]() |
---|
Gelar Pengobatan Gratis di Gandus Palembang, RMKE Juga Edukasi & Bagikan Makanan Bergizi ke Warga |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.