Arti Kata Bahasa Arab
Arti Tauhid Uluhiyah, Tauhid Rububiyah, Tauhid Asma Wa Sifat, Jenis-jenis Tauhid dalam Islam & Dalil
Dalam Islam, tauhid terdiri dari tiga macam atau jenis. Yaitu Tauhid uluhiyah, tauhid rububiyah dan tauhid wa sifaat, penjelasan dan dalil dalilnya
Penulis: Lisma Noviani | Editor: Lisma Noviani
TRIBUNSUMSEL.COM --Tauhid adalah ilmu tentang mengesakan Allah. Tauhid berasal dari kata kerja wahhada yang artinya menjadikannya satu.
Dalam Islam, tauhid terdiri dari tiga macam atau jenis. Yaitu Tauhid uluhiyah, tauhid rububiyah dan tauhid wa sifaat.
Berikut penjelasan dan contohnya
1. Tauhid Uluhiyah
Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah SWT dalam mengerjakan ibadah, seperti shalat, puasa, zakat, berkurban, berserah diri, dan berharap pada-Nya.
Tauhid jenis ini bertujuan agar manusia mengetahui bahwa hanya Allah SWT semata yang berhak disembah dengan benar. Sehingga, hal ini menjadikan manusia tunduk, taat, dan mengikuti perintah-Nya.
Ayat Al-Qur'an yang menerangkan tentang tauhid uluhiyah termaktub dalam surah An Nahl ayat 36.
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ رَّسُوْلًا اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَۚ فَمِنْهُمْ مَّنْ هَدَى اللّٰهُ وَمِنْهُمْ مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلٰلَةُ ۗ فَسِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَانْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِيْنَ - ٣٦
Artinya:
"Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah, dan jauhilah tagut", kemudian di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul)."
Semua ibadah ini dan lainnya harus dilakukan hanya kepada Allah semata dan ikhlas karena-Nya, dan ibadah tersebut tidak boleh dipalingkan kepada selain Allah.
Sungguh, Allah tidak akan ridha jika dipersekutukan dengan sesuatu apapun. Apabila ibadah tersebut dipalingkan kepada selain Allah, maka pelakunya jatuh kepada syirkun akbar (syirik yang besar) dan tidak diampuni dosanya. [Lihat An-Nisaa/4: 48, 116][2]
2. Tauhid Rububiyah
Tauhid rububiyah adalah meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya pencipta, pemilik, dan pengendali alam raya. Dia dapat menghidupkan dan mematikan dengan takdir-Nya serta dapat mengendalikan seluruh alam semesta dengan sunah-sunah-Nya.
Memahami tauhid rububiyah bertujuan agar manusia mengakui tentang keagungan Allah SWT atas semua makhluk yang diciptakan-Nya. Allah SWT berfirman dalam surah Al Mu'minun ayat 86-87:
قُلْ مَنْ رَّبُّ السَّمٰوٰتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ - ٨٦ سَيَقُوْلُوْنَ لِلّٰهِ ۗقُلْ اَفَلَا تَتَّقُوْنَ - ٨٧
Artinya: "Katakanlah, "Siapakah Tuhan yang memiliki langit yang tujuh dan yang memiliki 'Arsy yang agung?" Mereka akan menjawab, "(Milik) Allah." Katakanlah, "Maka mengapa kamu tidak bertakwa?"
Tauhid Rububiyyah mengharuskan adanya konsekuensi untuk melaksanakan Tauhid Uluhiyyah (beribadah hanya kepada Allah saja).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Wahai manusia, baribadahlah kepada Rabb-mu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa. Dia-lah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap. Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rizki untukmu, karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” [Al-Baqarah/2: 21-22]
Allah memerintahkan kita untuk bertauhid Uluhiyyah, yaitu menyembah dan beribadah hanya kepada-Nya. Dia Subhanahu wa Ta’ala menunjukkan dalil kepada mereka dengan tauhid Rububiyyah, yaitu penciptaan-Nya terhadap manusia dari yang pertama hingga yang terakhir, penciptaan langit dan bumi serta seisinya, diturunkannya hujan, ditumbuhkannya tumbuh-tumbuhan, dikeluarkannya buah-buahan yang menjadi rizki bagi para hamba. Maka, sangat tidak pantas bagi kita jika menyekutukan Allah dengan selain-Nya; dari benda-benda ataupun orang-orang yang mereka sendiri mengetahui bahwa ia tidak bisa berbuat sesuatu pun dari hal-hal tersebut di atas dan lainnya.
Maka, jalan fitrah untuk menetapkan tauhid Uluhiyyah adalah berdasarkan tauhid Rububiyyah. Karena manusia pertama kalinya sangat bergantung kepada asal kejadiannya, sumber kemanfaatan dan kemudharatannya. Setelah itu berpindah kepada cara-cara bertaqarrub kepada-Nya, cara-cara yang bisa membuat Allah ridha serta menguatkan hubungan antara dirinya dengan Rabb-nya. Maka, tauhid Rububiyyah adalah pintu gerbang dari tauhid Uluhiyyah.
3. Tauhid Asma wa Sifat
Tauhid asma wa sifat adalah beriman kepada nama-nama Allah SWT dan sifat-Nya, sebagaimana termaktub dalam Al-Qur'an dan sunnah rasul-Nya.
Mempelajari tauhid yang artinya beriman kepada nama Allah dan sifat-Nya ini bertujuan untuk mengetahui bahwa apa yang Allah SWT sifatkan untuk dirinya adalah benar (haq) dan mutlak. Allah SWT berfirman:
اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۗ لَهُ الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰى - ٨
Artinya: "(Dialah) Allah, tidak ada tuhan selain Dia, yang mempunyai nama-nama yang terbaik." (QS. Taha: 8).m
Macam-macam tauhid asma wa sifat
1. Dzat
Bentuk mengesakan Allah SWT adalah dengan meyakini bahwa Tuhan tidak beranak dan tidak juga diperanakkan, sebagaimana dalam firman Allah yang berbunyi:
قُلْ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدٌۢ
Arab-Latin: qul huwallāhu aḥad, allāhuṣ-ṣamad, lam yalid wa lam yụlad, wa lam yakul lahụ kufuwan aḥad
Artinya: "Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." (QS. Al-Ikhlas : 1 - 4)
2. Nama dan Sifat
Mensucikan nama dan sifat Allah artinya memandang sempurna semua yang Allah lakukan kepada makhluk-Nya termasuk kemarahan-Nya, pemberian azab kepada makhluk-Nya yang berbuat keburukan, dan mendatangkan musibah pada umat manusia. Artinya, sebagai makhluk kita perlu untuk percaya dengan ketinggiannya.
Allah SWT berfirman dalam surat Ar-Rum ayat 27:
وَهُوَ ٱلَّذِى يَبْدَؤُا۟ ٱلْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُۥ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ ۚ وَلَهُ ٱلْمَثَلُ ٱلْأَعْلَىٰ فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ
Arab-Latin: Wa huwallażī yabda`ul-khalqa ṡumma yu'īduhụ wa huwa ahwanu 'alaīh, wa lahul-maṡalul-a'lā fis-samāwāti wal-arḍ, wa huwal-'azīzul-ḥakīm
Artinya: "Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. Dan bagi-Nya-lah sifat yang Maha Tinggi di langit dan di bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
3. Kemampuan
Nama-nama yang ada dalam asmaul husna merupakan bukti betapa banyaknya kemampuan Allah yang tidak dimiliki oleh makhluk-Nya. Semua hal yang terjadi di alam semesta tidak lain adalah karena kemampuan-Nya yang sangat dahsyat.
أَلَآ إِنَّ لِلَّهِ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۖ قَدْ يَعْلَمُ مَآ أَنتُمْ عَلَيْهِ وَيَوْمَ يُرْجَعُونَ إِلَيْهِ فَيُنَبِّئُهُم بِمَا عَمِلُوا۟ ۗ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌۢ
Arab-Latin: Alā inna lillāhi mā fis-samāwāti wal-arḍ, qad ya'lamu mā antum 'alaīh, wa yauma yurja'ụna ilaihi fa yunabbi`uhum bimā 'amilụ, wallāhu bikulli syai`in 'alīm
Artinya: "Ketahuilah sesungguhnya kepunyaan Allahlah apa yang di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia mengetahui keadaan yang kamu berada di dalamnya (sekarang). Dan (mengetahui pula) hati (manusia) dikembalikan kepada-Nya, lalu diterangkan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu." (QS. An-Nur : 64)
4. Sucikan Allah
Tanda seseorang sudah beriman kepada Allah SWT lewat tauhid asma wa sifat ini adalah dengan mensucikan Allah dari segala nama dan sifat yang tidak layak bagi-Nya. Hal tersebut sesuai firman Allah SWT:
سُبْحَٰنَهُۥ وَتَعَٰلَىٰ عَمَّا يَقُولُونَ عُلُوًّا كَبِيرًا
Arab-Latin: Sub-ḥānahụ wa ta'ālā 'ammā yaqụlụna 'uluwwang kabīrā
Artinya: "Maha Suci dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka katakan dengan ketinggian yang sebesar-besarnya." (QS. Al-Isra : 43)
Itulah Arti Tauhid Uluhiyah, Tauhid Rububiyah, Tauhid Asma Wa Sifat, Jenis-jenis Tauhid dalam Islam & Dalil. (lis/berbagai sumber)
Baca juga: Arti Laqad Kana Lakum Fi Rasụlillahi Uswatun Hasanah, QS Al Ahzab Ayat 21 Suri Teladan Ada pada Nabi
Baca juga: Arti Wama Tawfiqi Illa Billah Alaihi Tawakkaltu Wa Ilaihi Unib, Kalimat Penutup Pidato atau Sambutan
Baca juga: Arti La Takhudzuhu Sinatuw Wala Naum, Kutipan Ayat Kursi, Allah tidak Mengantuk dan tidak Tidur
Baca juga: Doa Memohon Berakhlak Mulia seperti Rasulullah dan Artinya Allahumma Ahsanta Khalqi FaHassin Khuluqi
ajaran tauhid adalah ajaran
penjelasan Tauhid Asma wa sifat
Tauhidul Asma wash-shifat
Tauhid Asma Wa Sifat contoh
Tauhid Asma Wa Sifat artinya
contoh tauhid rububiyah dan uluhiyah dalam kehidup
perbedaan tauhid rububiyah dan uluhiyah
Tauhid Rububiyah artinya
Tauhid Rububiyah
Tauhid Uluhiyah artinya
Tauhid Uluhiyyah
tauhid tentang keesaan allah
sifat ketauhidan adalah
ajaran ketauhidan berisi tentang
tauhid adalah
dalil tentang tauhid
Tribunsumsel.com
Tribunnews.com
Arti Allahumma Inni Audzubika Min Adzabi Jahannam Wamin Adzabil Qabri Wamin Fitnatil Mahya Wal Mamat |
![]() |
---|
Arti Allahumma Sholli Alaihi, Ya Robbi Sholli Alaihi Wassalim dan Shallallahu Alaihi Wassallam |
![]() |
---|
Arti Wa Barik Ala Sayyidina Muhammad Wa Ala Ali Sayyidina Muhammad, Bagian dari Bac aan Shalawat |
![]() |
---|
Arti Kata Sayyidina Muhammad, Ala Sayyidina Muhammad, Hikmah Mengucapkannya Saat Bershalawat |
![]() |
---|
Arti Shollu Alan Nabi Muhammad, Sholli Alan Nabi dan Cara Menjawabnya, Seruan untuk Bersholawat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.