Berita Ogan Ilir

Mengenal Tari Mapak Raje, Tari Menyambut Kedatangan Tamu Acara, Diciptakan Oleh Nasrullah Tahun 2005

Kabupaten Ogan Ilir di Sumatera Selatan terkenal dengan segudang kearifan lokal yang sangat melekat dengan ciri khas daerah tersebut.

Penulis: Agung Dwipayana | Editor: Slamet Teguh
Instagram @pancawijayaakbar.
Pertunjukan Tari Mapak Raje menyambut kedatangan Presiden Joko Widodo di Ogan Ilir pada Oktober 2023 lalu 

TRIBUNSUMSEL.COM, INDRALAYA - Kabupaten Ogan Ilir di Sumatera Selatan terkenal dengan segudang kearifan lokal yang sangat melekat dengan ciri khas daerah tersebut.

Salah satu kesenian dari Ogan Ilir yakni Tari Mapak Raje yang biasa dipertunjukkan pada pergelaran acara yang diadakan oleh lembaga, institusi pemerintahan maupun swasta.

Meski sering ditampilkan diberbagai pertunjukan seni, masih banyak masyarakat Ogan Ilir yang belum mengetahui asal-usul Tari Mapak Raje.

Tari Mapak Raje merupakan tarian yang biasa dibawakan pada saat acara tertentu sebagai pembuka sekaligus sambutan kepada raja maupun tamu kehormatan.

Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Ogan Ilir, Drs. Khairul Kaswan menerangkan, Tari Mapak Raje diciptakan pada tahun 2005.

"Kate 'Mapak' artinya menyambut. Sedangkan 'Raje' adalah raja. Tari Mapak Raje untuk menyambut kedatangan raja maupun tamu kehormatan di Ogan Ilir," terang Kaswan kepada wartawan di Indralaya, Rabu (24/7/2024).

Tari Mapak Raje berawal dari kesepakatan enam kecamatan di Ogan Ilir yakni Indralaya, Tanjung Batu, Rantau Alai, Tanjung Raja, Pemulutan dan Muara Kuang.

Keenam kecamatan tersebut memiliki sejumlah kesamaan terkait budaya dan karya seni.

"Seperti kata 'Mapak' yang dipakai di Kecamatan Indralaya khususnya di Sakatiga. Kemudian di Muara Kuang juga," jelas Kaswan.

Baca juga: Yani Yadin Penyanyi Dangdut Asal Ogan Ilir Siap Luncurkan Single Kedua Cerita Rahasia, Akui Grogi

Baca juga: Peringatan ke-64 Hari Bhakti Adhyaksa, Polres Ogan Ilir Mantapkan Sinergi Dengan Kejari

Pada Tari Mapak Raje, penari utama membawa tepak sirih dan penari lainnya membawa mangkuk berisi bunga, ramuan untuk dikunyah tamu.

Kemudian disusul gerakan baris berbanjar ke depan dari para penari.

Gerakan ini diambil dari olahraga tradisional di Ogan Ilir yakni lomba bidar di sungai.

Properti yang dibawa penari adalah perhiasan kuningan hasil kerajinan masyarakat Tanjung Batu.

"Dalam mangkuk kuningan ada bunga untuk ditabur. Disamping agar harum, juga menceritakan kerajinan merangkai bunga untuk marhabah dari Desa Lubuk Sakti di Kecamatan Indralaya," papar Kaswan.

Songket yang dipakai para penari Mapak Raje berjumlah 12 orang itu adalah hasil kerajinan enam kecamatan tersebut.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved