Berita Nasional

Cerita Leon Penambang Emas di Gorontalo, Suara Gemuruh Disangka Banjir Ternyata Longsor

Penambang Suwawa Gorontalo mengungkapkan detik-detik terjadi bencana longsong yang melanda tambang emas ilegal di Suwawa, Provinsi Gorontalo.

Penulis: Laily Fajrianty | Editor: Weni Wahyuny
TribunManado.co.id
Bencana longsong yang melanda tambang emas ilegal di Suwawa, Provinsi Gorontalo mengakibatkan Titik Bor (Tibor) 3 hancur lebur. 

TRIBUNSUMSEL.COM - Detik-detik terjadi bencana longsor yang melanda tambang emas ilegal di Suwawa, Provinsi Gorontalo, diungkap Leon, penambang emas.

Cerita Leon ini berdasarkan cerita yang didengarnya dari berbagai keluarga korban.

"Pada Sabtu (6/7/2024) malam hari, memang kondisi di sini sedang hujan lebat. Suara gemuruh dari gunung sering terdengar," ungkap Leon saat ditemui di titik bor 1 tambang Suwawa pada Rabu (10/7/2024) malam. Dikutip dari TribunGorontalo.com

Menurut pengakuan Leon, lokasi pertambangan itu memang sering terdengar suara gemuruh dari gunung terutama saat hujan lebat.

Suara gemuruh itu dinilai oleh masyarakat penambang sebagai tanda akan datangnya banjir.

Karena itu, para penambang tak berpindah tempat dari kamp mereka.

Artinya, para penambang salah memperkirakan soal kejadian longsor.

"Mungkin mereka para korban ini terkecoh, dan tak tahu akan terjadi longsor. Karena di sini tiap kali gemuruh dari gunung dan hujan lebat pasti akan banjir. Ini sesuai dengan pengalaman saya selama 30 tahun menambang di sini," ulas Leon.

Baca juga: Tolong Jemput Mayat Saya, Wasiat Syarif Usman Sebelum jadi Korban Longsor Tambang Emas Gorontalo

Bencana longsor melanda tambang emas ilegal di Suwawa, Provinsi Gorontalo, Minggu (7/7/2024) mengakibatkan Titik Bor 3 hancur lebur. Salah satu korban adalah Syarif Usman. Sebelum peristiwa terjadi, Syarif sempat sampaikan wasiat ke anak
Bencana longsor melanda tambang emas ilegal di Suwawa, Provinsi Gorontalo, Minggu (7/7/2024) mengakibatkan Titik Bor 3 hancur lebur. Salah satu korban adalah Syarif Usman. Sebelum peristiwa terjadi, Syarif sempat sampaikan wasiat ke anak (TRIBUN GORONTALO/HUSNUL PUHI)

Kata Tim SAR

Selain itu, Tim SAR merasakan suasana mencekam di Titik Bor 1 tambang emas ilegal Suwawa, Provinsi Gorontalo, Rabu (10/7/2024).

Sejak sore hari, para Tim SAR gabungan sering mendengar suara gemuruh dari pegunungan.

Berdasarkan pantauan langsung TribunGorontalo.com, suara gemuruh terdengar sampai tiga kali.

Suara gemuruh itu memaksa Tim SAR gabungan yang berada di lokasi berlarian menyelamatkan diri.

Baca juga: Update Terbaru Jumlah Korban Meninggal Dunia Longsor Tambang Emas di Gorontalo, 73 Orang Selamat

Hingga waktu istirahat dan tidur mereka tak nyenyak.

Insiden ini menambah ketegangan di tengah upaya evakuasi yang sedang berlangsung di area pertambangan itu.

Komandan Regu Tim Alpha Basarnas Gorontalo, Rezky Hasan menggambarkan situasi yang penuh ketegangan itu.

Sejak tim SAR gabungan melakukan pencarian di hari pertama, suara gemuruh longsor itu sering terdengar.

Tak hanya suara, bahkan material longsor berupa bebatuan besar sering berjatuhan di dekat titik bor 1.

Setiap malam, para tim evakuasi yang terdiri dari Basarnas, TNI, Polri hingga relawan tak bisa tidur nyenyak.

"Tak pernah kami tidur nyenyak di sini. Sejak pertama kali kami naik, tiap malam itu pasti was-was," cerita Rezky saat ditemui di titik bor 1, Rabu (10/7/2024) malam hari.

Puncaknya, pada Rabu kemarin suara gemuruh longsor terdengar sampai tiga kali. Pertama kali terdengar pada sore hari sekira pukul 17.30 Wita.

Suara kedua terdengar sekira pukul 20.00 Wita. Gemuruh itu terdengar lebih keras dari kejadian pertama.

Saat suara kedua berbunyi, para tim evakuasi lebih waspada. Bahkan sebagian personel tidak melanjutkan tidurnya.

Kemudian suara gemuruh longsor ketiga terdengar sekitar pukul 23.30 Wita. Ini merupakan yang paling keras dan paling lama.

Dari pantauan TribunGorontalo.com, lama suara gemuruh longsor ketiga itu hampir mencapai 10 detik.

Meski hanya sementara, namun para tim evakuasi sempat tunggang langgang keluar kamp.

"Tiap kali suara terdengar, pasti banyak personel yang berlarian untuk mencari tempat aman," kata Rezky.

Hal serupa dialami Danramil Bone Bolango, Lettu Inf Sampe Kamasa.

Ia sempat merasakan situasi tegang. Mereka siaga berlari dari kamp.

"Kami sudah tahu medannya berbahaya tapi malam itu benar-benar di luar dugaan. Setiap kali suara gemuruh terdengar, kami harus segera berlari ke tempat yang lebih aman," ungkapnya.

Dengan adanya suara gemuruh dan kondisi yang cukup mencekam itu, Tim SAR Gabungan memindahkan camp mereka ke tempat yang lebih aman.

Korban Tewas 27 Orang

Basarnas Manado, Sulawesi Utara kembali menyampaikan update pencarian korban tanah longsor di area pertambangan emas desa Tulabolo Timur Kecamatan Suwawa Timur Kabupaten Bone Bolango, Jumat (12/7/2024)

Humas Basarnas Manado Nuriadin Gamelang menjelaskan sampai saat ini sudah ada 325 korban.

Rinciannya, 27 orang meninggal dunia, selamat 282 orang dan dalam pencarian 17 orang.

"Upaya pencarian terus akan kami lakukan" jelasnya

Sebagian korban dievakuasi menggunakan helikopter milik Polri.

Proses Pencarian Dihentikan

Pencarian korban tambang emas ilegal di Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, dihentikan Sabtu 13 Juli 2024.

Kepala Kepala Pencarian dan Pertolongan (KPP) Gorontalo Heriyanto membenarkan hari ini proses pencarian akan ditutup.

Meskipun begitu, ia mengatakan sudah ada tim yang kembali ke TKP untuk terus melakukan pencarian korban.

"Pencarian akan ditutup hari ini. Karena Pemkab Bone Bolango dan Pemprov Gorontalo sepakat untuk melakukan penutupan pencarian di hari ketujuh," tegas dia saat ditemui di Posko SAR Terpadu.

Ia mengatakan sampai saat ini masih ada 15 korban yang dalam proses pencarian.

Namun, ia mengatakan belum bisa memastikan apakah 15 korban tersebut sudah meninggal dunia.

"Kita belum bisa pastikan. Karena pencarian masih berlangsung dan kami tak bisa bilang mereka sudah meninggal," ujarnya.

Heriyanto mengatakan pencarian para korban akan terus berkolaborasi dengan TNI dan Polri dan beberapa unsur lainnya.

Sementara itu Tim SAR gabungan menghentikan pencarian tersebut diputuskan bersama oleh Pemerintah Kabupaten Bone Bolango, Pemprov Gorontalo, Polda Gorontalo, Korem 133/NW, Basarnas, dan sejumlah forkopimda dan organisasi perangkat daerah (OPD).

"Dihentikan setelah tujuh hari tanggap darurat operasi pencarian, sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) Basarnas," ujar Pj Gubernur Gorontalo Rudi Salahudin, Jumat (12/7/2024).

Hal tersebut mempertimbangkan sejumlah indikator dalam proses pencarian.

"Tujuh hari ini sudah tidak efektif lagi dan tidak ada lagi tanda-tanda yang masih hidup," ungkapnya.

Tindak lanjut setelah penutupan pencarian menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Bone Bolango.

Baca juga berita lainnya di Google News

Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved