Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior
Senioritas di Kampus STIP Jakarta, Alumni Ungkap Pengakuan: Telan Duri Ikan Hingga Disundut Rokok
Fakta praktik senioritas di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta ternyata sudah sering terjadi.Hal tersebut sempat dikuak oleh sejumlah alum
TRIBUNSUMSEL.COM -- Fakta praktik senioritas di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta ternyata sudah sering terjadi.
Hal tersebut sempat dikuak oleh sejumlah alumni STIP ditengah kasus terbaru akan tewasnya Putu Satria Ananta Rustika (19).
Melansir dari Kompas.com, Selasa (7/5/2024) seperti pengakuan salah satu alumni laki-laki pernah mendapatkan tindak kekerasan.
Alumni tersebut mengaku disundut kepalanya menggunakan rokok hingga terluka.
"Saya dulu aja waktu praktik kena kekerasan sama alumni STIP, kepala saya disundut rokok," kata alumni yang tak mau disebutkan namanya itu.
Selain itu, ada juga mantan taruna STIP yang disebut tidak melanjutkan kuliahnya lantaran mengaku tak kuat dengan senioritas masa pendidikan.

"Sharing dari cerita teman tiga tahun lalu, bela-belain gap year buat ngejar masuk situ (STIP), udah masuk satu tahun benar-benar enggak ada kabar. Pas cerita lagi, dia keluar dari sana karena benar-benar enggak kuat sama seniornya," kata narasumber lain yang juga tak mau disebut namanya.
Katanya, selama menjalani pendidikan, taruna tersebut pernah dipaksa oleh senior untuk menelan duri ikan, dilukai tangannya menggunakan garpu, dan lainnya.
"Dia cerita banyak tapi intinya pernah disuruh nelan duri ikan, tangan dia sering luka gara-gara garpu yang diselipin di jari, terus sama seniornya sengaja ditarik. Jadi, kaya kegesek gitu," sambungnya.
Tak hanya itu, mantan taruna STIP tersebut juga mengaku pernah diperintah senior untuk mencuri jas atau baju milik teman sekamarnya secara diam-diam. Sementara alumni lain yang juga minta dirahasikan identitasnya menentang pernyataan Ketua STIP Ahmad Wahid yang menyebut tak ada kekerasan di dalam kampus.
Menurutnya, sampai saat ini aksi perpeloncoan masih terjadi di STIP. "Di berita, Ketua STIP bilang enggak ada kekerasan di dalam kampus. Tapi, kenyataannya, di dalam STIP masih ada perpeloncoan setiap hari yang siswanya enggak berani berkoar-koar di luar," tutupnya.
Tak ada perpeloncoan
Menanggapi kasus penganiayaan ini, Ketua STIP Jakarta Ahmad Wahid buka suara.
Wahid mengatakan, kejadian tersebut merupakan masalah pribadi antara pelaku dan korban, bukan karena perpeloncoan.
"(Budaya perpeloncoan) sudah tidak ada, sudah kita hilangkan. Jadi (kasus penganiayaan Putu) ini murni person to person," ungkap Wahid dikutip dari YouTube Kompas TV, Sabtu (4/5/2024).
Wahid mengeklaim, saat ini sudah tidak ada budaya perpeloncoan di sekolah yang ia pimpin.
"Di sini (STIP Jakarta) sebenarnya tidak ada perpeloncoan. Jadi kita sudah hapus semua perpeloncoan karena itu penyakit turun-temurun," jelas Wahid.
"Saya sendiri sudah setahun di sini (STIP), itu semua (budaya perpeloncoan) sudah saya hapus, enggak ada lagi," imbuhnya.
Rekaman CCTV
Rekaman CCTV yang memperlihatkan detik-detik Putu Satria Ananta Rustika (19) mahasiswa di sekolah tinggi ilmu pelayaran (STIP) Jakarta pingsan usai dianiaya senior beredar.
Dalam video tersebut, Putu kondisi sudah tak sadarkan diri terlihat dibopong oleh lima orang taruna.
Adapun salah seorang taruna yang ikut membopong yakni Tegar Rafi Sanjaya (21) kini ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan.
Tampak situasi di sekitar pada saat itu terdapat beberapa taruna STIP lainnya, namun mereka terlihat hanya halu lalang begitu saja.
Adapun terkait hal ini sebelumnya polisi juga telah menerangkan mengenai kronologi sebelum, sesaat dan setelah insiden penganiayaan yang dialami oleh Putu Satria pada Jum'at (3/5/2024) pagi lalu.
Kasat Reskrim Polres Jakarta Utara, AKBP Hady Saputra Siagian menjelaskan, saat itu, mahasiswa tingkat dua sedang ada kegiatan belajar mengajar.
Sedangkan, mahasiswa tingkat satu tengah berkegiatan olahraga.
Korban bersama keempat teman sejawatnya hendak menuju ke kamar asrama untuk memanggil rekan-rekannya yang tertinggal atau tidak mengikuti kegiatan olahraga.
Namun, saat hendak kembali untuk mengikuti kegiatan olahraga, korban bersama keempat rekannya bertemu dengan empat orang senior tingkat dua.
Para senior itu mengajak lima orang juniornya ke toilet lantaran melihat korban dan keempat temannya melakukan kesalahan lantaran mengenakan pakaian olahraga.
"Begitu turun, ketemu sama tingkat dua, mungkin ada yang salah, silihatnya menggunakan pakaian olahraga, dipanggil senior-seniornya itu," kata Hady, Sabtu (4/5/2024) lalu.
"Diajak (senior), 'ayo ikut saya'. Ketika bertemu antara taruna tingkat satu dengan taruna senior tingkat dua, melihat ada yang salah, (junior) suruh ikut ke kamar mandi," tambah Hady.
Selanjutnya, lima orang junior termasuk korban berada di dalam toilet bersama empat orang senior.
Saat itu, tersangka Tegar Rafi Sanjaya (21) sempat menyampaikan kalimat 'mana yang paling kuat?' kepada para juniornya.
Kemudian, korban yang merasa bahwa dia adalah ketua kelompok dari mahasiswa tingkat satu mengatakan, 'saya yang paling kuat'. Setelah itu penindakan dari senior terhadap juniornya terjadi.
"Penindakan yang dilakukan ini menggunakan kekerasan tangan kosong, tidak menggunakan alat apa-apa, jadi pemukulan menggunakan tangan kosong," kata Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Pol Gidion Arif Setyawan, kepada wartawan, Sabtu malam.
Adapun tindakan kekerasan dilakukan secara eksesif dan berakibat fatal.
Sekira pukul 07.55 WIB, korban menjadi orang pertama yang mendapatkan pemukulan dari tersangka.
Gidion mengatakan, pemukulan di bagian ulu hati korban dilakukan sebanyak 5 kali. Hal tersebut berlangsung hingga korban pingsan dan terjatuh.
Karena panik, para senior alias mahasiswa tingkat dua STIP Jakarta itu meminta empat orang mahasiswa tingkat satu keluar dari toilet.
"Di kamar mandi itu ada 5 orang (junior), korban adalah yang mendapatkan pemukulan pertama dan yang empat (rekannya) belum sempat (ditindak senior)," ucapnya.
Mengetahui korban pingsan, tersangka bersama beberapa rekan satu tingkatnya panik dan membawa korban ke ruang kelas, yang berada di samping toilet tempat kejadian perkara (TKP).
Ia mengatakan, tersangka melakukan penyelamatan dengan memasukkan tangan di bagian mulut, sehingga mengakibatkan organ vital korban tidak mendapatkan asupan oksigen.
"Menurut tersangka nih ya, penyelamatan (dengan cara) memasukkan tangan di mulut untuk menarik lidahnya. Tapi itu justru yang menutup saluran (pernapasan), korban meninggal dunia," jelas Gidion.
(*)
Tribunsumsel.com
STIP Jakarta
Putu Satria Ananta Rustika
Tegar Rafi Sanjaya
Mahasiswa STIP Jakarta Tewas Dianiaya Senior
Tewas Dianiaya Senior, Terkuak Isi Grup Chat STIP ANGKATAN 66, Diduga Palsukan Kematian Putu Satria |
![]() |
---|
Amarah Warga Bakar Foto Tegar Tersangka Penganiayaan Taruna STIP Putu Satria Usai Upacara Pengabenan |
![]() |
---|
Kecewanya Ibu Putu Satria Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Pelaku Tak Ada Permintaan Maaf |
![]() |
---|
Fakta Baru Putu Satria Tewas Dianiaya Senior, Pernah Curhat ke Pacar Sering Dipukul: Sakit Dadaku |
![]() |
---|
Imbas Kasus Putu Tewas Dianiaya Senior, Penerimaan Mahasiswa Baru STIP 2024 Resmi Ditiadakan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.