Hari Bumi

Hari Bumi 2024, Bagaimana Progres Penanganan Perubahan Iklim di Indonesia dan Dunia ?

Pada Desember 2024 lalu, Presiden Joko Widodo hadir dalam KTT Asia Zero Emission Community (AZEC) yang digelar di Kantor Perdana Menteri Jepang, Tokyo

|
Editor: Weni Wahyuny
googledoodle
Google Doodle memperingati Hari Bumi pada 22 April 2024. Bagaimana dengan penanganan perubahan iklim di indonesia, bahkan dunia ? 

TRIBUNSUMSEL.COM - Hari Bumi atau Earth Day kembali diperingati pada Senin (22/4/2024) hari ini.

Diketahui, Hari Bumi diperingati setiap tanggal 22 April.

Peringatan Hari Bumi tak lepas dari bahasan soal perubahan iklim, tak terkecuali Indonesia.

Bagaimana langkah pemerintah Indonesia, bahkan dunia dalam menghadapi perubahan iklim ini ?

Pada Desember 2023 lalu, Presiden Joko Widodo hadir dalam KTT Asia Zero Emission Community (AZEC) yang digelar di Kantor Perdana Menteri Jepang, Tokyo.

Dalam sambutannya, Presiden Jokowi memaparkan sejumlah hal yang dapat dijadikan panduan AZEC untuk menghadapi perubahan iklim di masa mendatang.

Salah satunya adalah pengakuan beragam jalur transisi energi.

"Setiap negara miliki strategi transisi energi yang unik dan berbeda karena disusun sesuai kondisi nasional. Indonesia sendiri memiliki Indonesian Way of Just Energy Transition melalui pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) dan penguatan upaya dekarbonisasi," kata Jokowi di akun X (dulu Twitter) @jokowi pada 18 Desember 2023 lalu.

Panduan kedua, lanjut Jokowi adalah dukungan pendanaan inovatif.

Perkiraan kebutuhan pendanaan transisi energi ASEAN mencapai USD29,4 Triliun hingga tahun 2050 mendatang.

"Karena itu, diperlukan scaling up pendanaan berkelanjutan sehingga transisi energi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan bermanfaat bagi rakyat," ungkapnya.

Jokowi menjelaskan, Indonesia juga telah miliki berbagai pembiayaan inovatif yang kredibel seperti mekanisme transisi energi, sukuk dan obligasi hijau, serta bursa karbon.

"Melalui panduan tersebut, saya berharap AZEC dapat menjadi platform yang dengan semangat kolaborasi dapat mengambil bagian konkret dalam upaya pengurangan emisi," kata Jokowi.

Perubahan iklim telah menjadi isu signifikan karena dampaknya akan menyebabkan masalah baru bagi peradaban manusia, entah secara perlahan atau melalui kejadian yang ekstrim, yang akan menyebabkan kerugian dan kerusakan tidak hanya secara ekonomi – (pendapatan dan aset fisik) namun juga non ekonomi (individu, masyarakat, dan lingkungan) (Loss and Damage Online Guideline, UNFCCC.INT).

Terlebih lagi, kenaikan suhu global di atas 2 derajat pada tahun 2100 akan berdampak pada manusia, flora fauna, dan ekosistem (Reuters, 2021), yang berarti semua negara akan beresiko terkena dampak perubahan iklim, dan diperlukan adanya ambisi kolektif untuk aksi iklim yang merefleksikan Kontribusi yang Ditetapkan Secara Nasional (Nationally Determined Contribution, NDC) tiap negara sebagaimana ditetapkan oleh Persetujuan Paris (2015).

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved