Berita Oku Timur

Harga Gabah Turun Drastis, Petani OKUT Harapankan Pemerintah Melakukan Penyerapan Gabah

Petani di Kabupaten OKU Timur mengharapkan peran serta pemerintah daerah dalam menanggulangi hasil produksi panen padi yang melimpah.Pasalnya saat i

Penulis: CHOIRUL RAHMAN | Editor: Moch Krisna
Tribunsumsel.com/Choirul Rahman
Petani di Kabupaten OKU Timur mengharapkan peran serta pemerintah daerah dalam menanggulangi hasil produksi panen padi yang melimpah, Selasa (16/04/2024). 

Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Choirul Rahman


TRIBUNSUMSEL.COM, MARTAPURA - Petani di Kabupaten OKU Timur mengharapkan peran serta pemerintah daerah dalam menanggulangi hasil produksi panen padi yang melimpah.

Pasalnya saat ini harga padi atau Gabah Kering Panen (GKP) anjlok atau turun drastis dari Rp 6.000 per kilogram sekarang mencapai Rp 3.800 sampai Rp 4.000 per kilogram.

Supaino salah satu petani padi di Desa Negeri Agung, Kecamatan Buay Pemuka Peliung mengatakan, bahwa pemerintah seharusnya melakukan penanggulangan atau penyerapan hasil panen dari petani sehingga harga jual gabah dapat stabil.

"Jika begini harga gabah hanya Rp 4.000 per kilogram. Itu saja jarang yang beli, ini yang membuat kami bingung. Jadi hasil panen ini nanti akan dikeringkan sendiri," katanya, Selasa (16/04/2024).

Lanjut kata dia, jika seperti para tengkulak yang bermain dengan leluasa karena pemerintah tidak turun tangan.

"Pemerintah itu seharusnya mempersiapkan untuk penanggulangan banjir padi seperti tahun ini. Dimana pemerintah dapat membangun gudang besar untuk penyerapan gabah dari petani," ujarnya.

Lebih lanjut ia menerangkan kalau pemerintah ikut campur dalam proses panen raya ini mudah-mudahan harga gabah bisa stabil.

"Karena jika pemerintah turun tangan dalam pembelian atau penyerapan gabah maka para tengkulak akan mengikuti harga dari pemerintah. Kami petani merasa dipermaikan karena tengkulak menerapkan harga gabah yang rendah. Kalau mau diterima ya kalau tidak ya sudah," ungkapnya.

Sementara, Ruslan Komarudin petani padi di Kelurahan Paku Sengkunyit, Kecamatan Martapura menyampaikan, bahwa harga gabah pada panen kali ini hanya Rp 3.800 sampai Rp 4.000 per kilogram.

Harga gabah ini turun drastis dari sebelumnya yang mencapai Rp 6.000 per kilogram.

"Saya mengelola sawah seluas satu hektar kurang dikit, dengan harga gabah yang murah seperti saat ini saya menjual separuh. Lalu sisanya disimpan buat makan kedepannya," ujarnya.

Dia berharap, harga gabah bisa dinaikan minimal harga Rp 5.500 per kilogram, supaya petani bisa menyeimbangi dengan kebutuhan dan modal saat tanam, apalagi pupuk sangat sulit.

"Sebab pupuk sekarang ini dijatah seberapa pun luas lahannya cuma 50 kilogram urea dan 50 kilogram ponshka. Jadi kami terpaksa beli pupuk tambahan non subsidi," tuturnya.

Selain itu, pemerintah juga harus turun tangan langsung ke lapangan guna mengecek ketersediaan pupuk dan jangan hanya menerima laporan dan data-data saja.

"Karena pupuk subsidi saja sekarang harga di pengecer tebus Rp 150.000 urea seberat 50 kilogram. Jadi kami sangat berharap pemerintah atau instansi terkait untuk benar-benar mengecek secara langsung pendistribusian hingga harga pupuk subsidi di tingkat pengecer," pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved