Fenomena Badai Matahari
Apa Arti Badai Matahari dan Dampaknya Bagi Bumi, Diprediksi Terjadi di Akhir Desember 2023
Para ahli memperingatkan fenomena badai Matahari berpotensi terjadi pada akhir tahun 2023.
TRIBUNSUMSEL.COM - Kalian pernah dengan istilah 'Badai Matahari'. Seperti yang kita tahu bahwa matahari adalah pusat tata surya dari galaksi Bima Sakti.
Ukuran matahari bisa sampai 109 kali lebih besar dibandingkan dengan diameter bumi
Matahari memiliki suhu sangat panas. Suhu matahari pada bagian inti berkisar 15 juta derajat Celsius, dan permukaannya memiliki suhu sekitar 5.500 derajat Celsius.
Tidak kebayang bagaimana nasib kita apabila bumi dekat dengan matahari, pastinya bumi makin panas dan dampaknya sangat besar bagi makhluk hidup seisi bumi.
Lantas bagaimana dengan 'Badai Matahari'?
Nah, Fenomena badai Matahari diprediksi dapat terjadi lebih cepat dari yang awalnya diperkirakan akan terjadi pada tahun 2025.
Baca juga: Antre Isi BBM di SPBU Pagaralam, Truk dan Fuso Makan Badan Jalan Bikin Macet
Para ahli memperingatkan, seperti dikutip dari Live Science via Kompas, Rabu ((12/7/2023), fenomena badai Matahari berpotensi terjadi pada akhir tahun 2023.
Potensi ini terjadi beberapa tahun lebih cepat dari prediksi awal, bahkan diperkirakan dampaknya jauh lebih dahsyat.
Awalnya, para ilmuwan memperkirakan, siklus matahari saat ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2025.
Matahari merupakan bola gas yang 'hidup dan bernapas', yang terus aktif.
Seperti dari kebanyakan proses alami di Bumi, aktivitas Matahari bersifat siklus atau berulang dalam jangka waktu tertentu.
Para ilmuwan menyebut siklus ini sebagai 'siklus Matahari' atau solar cycle, dikutip dari situs resmi NASA Jet Propulsion Laboratory.
Lantas, apa itu badai Matahari?
Seperti diberitakan Kompas.com sebelumnya, fenomena badai Matahari adalah lonjakan pelepasan energi Matahari melalui titik-titik tertentu karena terjadinya gangguan magnetik seiring tidak seragamnya kecepatan rotasi bagian-bagian permukaan Matahari dan antara permukaan dengan interior Matahari.
Ketidakseragaman kecepatan rotasi ini menyebabkan garis-garis gaya magnetik Matahari bisa saling berbelit dan membentuk busur yang menjulur keluar dari fotosfera.
Aktivitas di permukaan Matahari, di antaranya seperti jilatan api (solar flares) atau ledakan massa korona (CME), yang dapat meningkatkan energi yang dibawa oleh angin Matahari dan kecepatannya.
Selain itu, aktivitas Matahari tersebut juga dapat memengaruhi intensitas medan magnet antar planet (IMF).
Kendati magnetosfer atau salah satu lapisan atmosfer Bumi dapat membelokkan sebagian besar aktivitas Matahari yang dibawa oleh angin matahari, namun beberapa partikel yang dilontarkan oleh CME tetap dapat memasuki Bumi.
Partikel-partikel energik ini kemudian yang menyebabkan gangguan magnetik, yang selanjutnya diklasifikasikan sebagai fenomena badai geomagnetik atau sub-badai Matahari.
Badai Matahari yang memancarkan gelombang geomagnetik ini juga dapat menciptakan fenomena langit yang cantik, yakni yang dikenal dengan cahaya aurora di daerah kutub Bumi.
Akan tetapi, fenomena badai Matahari juga dapat sangat merusak dan berbahaya, yakni dapat menyebabkan cuaca antariksa yang merusak, terutama menyebabkan gangguan satelit hingga jaringan internet.

Fenomena badai geomagnetik dan sub-badai Matahari Badai geomagnetik Matahari diklasifikasikan sebagai fenomena 'berulang' dan 'tidak berulang'.
Artinya, badai Matahari yang teradi berulang, terkait dengan rotasi Matahari yang terjadi setiap 27 hari.
Fenomena badai tersebut dipicu oleh pertemuan Bumi dengan interplanetary magnetic field (IMF) ke arah selatan, yakni saat daerah bertekanan tinggi terbentuk oleh interaksi aliran angin matahari berkecepatan rendah dan tinggi yang ikut berotasi dengan Matahari.
Sementara badai tidak berulang yang paling sering terjadi selama solar minimum atau aktivitas minimum Matahari, yakni fase penurunan siklus matahari.
Fenomena badai yang tidak berulang sering terjadi selama maksimum matahari, ketika siklus matahari berada pada puncak yang tinggi.
Badai Matahari ini disebabkan oleh lontaran massa korona (CME) (kumpulan partikel bermuatan) dan, biasanya, pertemuan CME dengan gelombang kejut antar planet. Sedangkan, asal mula terjadinya substorm atau sub-badai matahari mirip dengan badai geomagnetik.
Hanya saja, substorm berlangsung singkat, sekitar dua sampai tiga jam dan lebih sering terjadi, rata-rata enam kali sehari.
Sub-badai ini terjadi selama fase utama pertumbuhan badai. Substorm hanya teramati di zona aurora, sedangkan badai magnetik adalah fenomena di seluruh dunia.
Sementara itu, peristiwa-peristiwa besar akibat aktivitas matahari di Matahari bersifat berulang dalam satu siklus.
Salah satu contohnya, bintik Matahari maksimum terjadi setiap 11 tahun sekali dan dapat berlangsung selama beberapa tahun.
Ketika kumpulan bintik matahari, yakni area gelap yang disebabkan oleh gangguan magnetik, tumbuh dengan cepat, dan berputar seperti badai, pelepasan energi yang sangat eksplosif akan menciptakan solar flare atau jilatan api matahari.
Energi solar flare ini pun bahkan dapat terlontar hingga sejauh 93 juta mil, yang menyebabkan banyak sistem di Bumi akan terpengaruh oleh energi dari aktivitas Matahari tersebut.
4 Dampak Badai Matahari
Apa yang terjadi jika badai Matahari benar-benar terjadi, dan apa saja dampak yang bisa dialami Bumi? Menurut Tzu-Wei Fang, peneliti di Pusat Prediksi Cuaca Antariksa NOAA berikut penejasannya.
1. Gangguan radio dan satelit
Fang mengatakan, apabila badai Matahari terjadi, maka badai tersebut akan dapat mengionisasi atmosfer Bumi bagian atas dan memicu gangguan pada sinyal radio dan satelit.
Pancaran energi dari badai Matahari yang dahsyat bisa memblokir koneksi Bumi dengan satelit, serta memungkinkan terjadinya pemadaman radio jarak jauh dan sistem GPS untuk sementara waktu.
2. Dampak badai Matahari pada paus
Dalam sebuah studi yang pernah dipublikasikan sebelumnya juga mengungkapkan dampak badai Matahari terhadap makhluk hidup di Bumi, salah satunya paus abu-abu.
Pasalnya, badai geomagnetik dari Matahari telah mengganggu migrasi paus abu-abu dan hewan lain yang selama ini navigasi migrasi mereka bergantung pada garis medan magnet Bumi.
Selain paus, hewan-hewan yang turut terkena dampak yakni penyu dan beberapa spesies burung.
3. Mengganggu jaringan listrik
Badai Matahari yang kuat juga dapat menghasilkan arus listrik di permukaan tanah.
Hal ini bisa memberi dampak negatif terhadap infrastruktur logam, misalnya kerusakan infrastruktur tersebut, termasuk jaringan listrik yang lebih tua dan jalur kereta api.
Paparan radiasi terhadap astronot
Fang menambahkan bahwa penumpang pesawat juga dapat terpapar oleh tingkat radiasi yang lebih tinggi selama badai Matahari terjadi.
Kendati tidak jelas apakah tingkat radiasi tersebut cukup tinggi untuk dapat menimbulkan dampak kesehatan, namun lonjakan radiasi akibat badai Matahari akan mempengaruhi secara signifikan pada astronot yang berada di dalam pesawat ruang angkasa.
Seperti para astronot yang saat ini berada di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) atau misi Artemis ke Bulan yang akan dilakukan dalam waktu dekat ini.
"Akibatnya, misi (luar angkasa) di masa depan harus mempertimbangkan siklus matahari," jelas Fang.
4. Potensi tabrakan satelit
Badai Matahari dapat berdampak pada atmosfer bagian atas yang terionisasi menjadi lebih padat.
Hal ini dapat menyebabkan tarikan yang lebih besar bagi satelit yang mengorbit Bumi.
Daya tarik yang semakin besar ini dapat mendorong satelit saling bertabrakan atau memaksa satelit keluar dari orbit.
Pada Februari 2022, sebanyak 40 satelit Starlink milik SpaceX terbakar di atmosfer Bumi dan jatuh ke Bumi, pada hari setelah diluncurkan.
Jumlah satelit semakin meningkat secara eksponensial dibandingkan dengan siklus Matahari sebelumnya.
Fang menyebut bahwa sebagian besar satelit dioperasikan oleh perusahaan swasta yang jarang memperhitungkan pengaruh cuaca antariksa dalam desain atau jadwa peluncuran satelit.
Artikel ini bersumber : https://www.kompas.com/sains/read/2023/07/11/080000123/apa-saja-dampak-badai-matahari-pada-bumi dan https://www.kompas.com/sains/read/2023/07/12/093000323/apa-itu-fenomena-badai-matahari
Baca berita menarik lainnya di Google News Tribun Sumsel
Fenomena Badai Matahari
Badai Matahari
Kapan Badai Matahari
Badai Matahari 2023
Matahari
Tribunsumsel.com
DAFTAR Harga BBM Pertamina Terbaru per 1 September 2025 di Seluruh Indonesia, Pertamax Turbo Turun |
![]() |
---|
Pernyataan Lengkap Sri Mulyani usai Rumah Dijarah 2 Kali, Minta Maaf, Ajak Jaga Indonesia |
![]() |
---|
Pos Polisi, Mobil dan Kantor DPRD Sumsel di Palembang Dibakar, Puluhan Orang Diamankan |
![]() |
---|
Status Dinonaktifkan, Segini Gaji DPR Diterima Ahmad Sahroni, Nafa Urbach, Uya Kuya & Eko Patrio |
![]() |
---|
Penjelasan Kodam II/Sriwijaya Soal Salah Tangkap Anggota TNI di Palembang yang Sedang Cari Makan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.