Polemik Pengungsi Rohingya di Aceh

Setelah Buang Nasi Bungkus, Warga Kini Geram Pengungsi Rohingya Ketahuan BAB Sembarangan di Tambak

Aksi pengungsi Rohingya kembali disorot setelah aksi buang makanan di laut. Kali ini mereka ketahuan buang air besar (BAB) sembarangan di tambak

AFP/CHAIDEER MAHYUDDIN - AFP/JONI SAPUTRA
Setelah Buang Nasi Bungkus, Warga Kini Geram Pengungsi Rohingya Ketahuan BAB Sembarangan di Tambak 

Diketahui kedatangan pengungsi Rohingya telah menimbulkan kegelisahan di tengah-tengah masyarakat lokal.

Seiring berjalannya waktu, warga Aceh semakin enggan menerima kedatangan para pengungsi Rohingya.

Penolakan ini muncul akibat perilaku para pengungsi yang dianggap tidak pantas di tengah masyarakat setempat.

Kelakuan mereka telah membuat geram warga, terutama di wilayah-wilayah yang menjadi tempat penampungan para pengungsi tersebut.

Terbaru para pengungsi menggunakan tambak warga setempat sebagai tempat buang air besar dan mandi.

Aksi para pengungsi Rohingya itu tentu membuat warga geram, mereka akhirnya dipindahkan secara paksa.

"Tentu saja, tindakan tersebut dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan potensi konflik antara pengungsi dan masyarakat lokal," terang Keuchik Gampong Batee Zakaria.

Ratusan Imigran Rohingya terdampar di Pantai Ujong Pie, Kecamatan Muara Tiga, Pidie, Senin (26/12/2022).
Ratusan Imigran Rohingya terdampar di Pantai Ujong Pie, Kecamatan Muara Tiga, Pidie, Senin (26/12/2022). (For Serambinews.com)

Namun, perlu diakui bahwa masalah ini mungkin merupakan hasil dari kurangnya persiapan infrastruktur dan koordinasi yang memadai dalam menanggapi kehadiran pengungsi.

Keuchik Zakaria menegaskan bahwa masyarakat sebelumnya menolak kedatangan etnis Rohingya.

Namun, mereka setuju untuk menampung sementara atas permintaan Pemerintah Kabupaten Pidie.

Dalam kondisi ini, mungkin perlu dipertanyakan apakah pemerintah setempat telah menyediakan infrastruktur yang memadai untuk menangani kebutuhan dasar pengungsi, seperti tempat buang air.

Sementara itu, Protection Associate UNHCR Yance Tamaela menjelaskan bahwa pihaknya telah berusaha mencari solusi bersama kepolisian dan tokoh masyarakat.

Meskipun ada kesepakatan untuk menempatkan pengungsi di tenda di pesisir, keluhan warga terkait perilaku pengungsi menunjukkan bahwa perlu tindakan lebih lanjut.

Dalam melihat permasalahan ini, perlu diambil pendekatan holistik.

Pertama, pemerintah setempat harus bekerja lebih keras untuk menyediakan fasilitas dasar, termasuk tempat buang air, sehingga pengungsi dapat hidup dengan layak tanpa mengganggu masyarakat setempat.

Halaman
123
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved