Siswa SD di Kendari Dianiaya Wali Murid

Alasan Wali Murid di Kendari Aniaya Siswa SD hingga Pingsan, Marah Anaknya Jatuh Saat Main Bersama

Kronologi A (9), siswa SDN di Kendari mengalami pendarahan akibat kepalanya dibentur oleh wali murid kini harus dirawat di rumah sakit Santana Kendari

Penulis: Aggi Suzatri | Editor: Weni Wahyuny
Tribunnewssultra.com
Kronologi A (9), siswa SDN di Kendari mengalami pendarahan akibat kepalanya dibentur oleh wali murid kini harus dirawat di rumah sakit Santana Kendari 

A yang terus mengalami pendarahan di bagian kepala kemudian dilarikan ke rumah sakit Santana Kendari.

"Kemarin dia ke sekolah, keluar lagi darah terus kita bawa mi di rumah sakit. Hasil pemeriksaanya dokter karena mengalami benturan di kepala makanya harus dirawat, inap," kata Ningsih.

Di sisi lain, A tak ditanggung BPJS usai dianiaya oleh orangtua siswa lain hingga mengalami pendarahan dan dirawat di Rumah Sakit Santa Anna.

Ningsi mengatakan anaknya mempunyai BPJS.

Namun, karena ia korban kekerasan, pihak rumah sakit mengatakan tak bisa ditanggung BPJS.

"Adaji BPJS-nya tapi tidak bisa dipakai karena kekerasan, dia dikasih masuk di umum ini," tuturnya, Senin (13/11/2023).

Baca juga: Tangis Anak Andika Kangen Band Ketakutan Usai Diintimidasi Wali Siswa, Jatuh Sakit Hingga Trauma

Lebih lanjut, terduga pelaku berinisial K tidak mau ikut tanggung jawab terhadap biaya perawatan anaknya.

"Dia tidak mau tanggung jawab, dia enak-enak mencari uang, baru kita tidak mencari, terus ini anak tidak ditanggung BPJS karena alasannya korban kekerasan," jelasnya.

Ningsi pun lantas melaporkan aksi penganiayaan wali murid tersebut ke Polsek Kandai.

Kapolsek Kandai, AKP Slamet Raharjo membenarkan pihaknya telah menerima laporan dari orangtua berinisial ZI soal anaknya dianiaya oleh orangtua siswa lain.

"Benar telah datang seorang ayah bersama anaknya yang mengaku telah dianiaya di dalam sekolahnya dan yang melakukan penganiayaan adalah orangtua dari siswa lain," ujarnya, Senin (13/11/2023).

Slamet mengatakan , pada saat orangtua melapor tersebut, pihaknya baru memasukkan sebatas aduan dengan maksud untuk membuka peluang adanya musyawarah antara kedua belah pihak.

"Karena kebiasan di sini apalagi satu sekolah biasanya mereka menyelesaikannya dengan kekeluargaan," sambungnya.

Namun, melihat kondisi korban yang sudah masuk ke rumah sakit dan laporan orangtua pendarahan di hidungnya.

"Kita tingkatkan menjadi laporan polisi," lanjutnya.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved