Arti Kata Bahasa Arab

Arti Asmaul Husna Ya Wadud, Allah Maha Mencintai Hamba-HambaNya, Berikut Dalil dan Fadilahnya

Sesungguhnya Allah Yang menciptakan (makhluk) dari permulaan & menghidupkannya (kembali). Dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Mencintai hambanya

Penulis: Lisma Noviani | Editor: Lisma Noviani
Grafis MG Tribunsumsel.com/Dimas/Rafli
Arti Asmaul Husna Ya Wadud, Allah Maha Mencintai Hamba-HambaNya, Berikut Dalil dan Fadilahnya. 

Sesungguhnya Dia-lah Yang menciptakan (makhluk) dari permulaan dan menghidupkannya (kembali).

Dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Mencintai hamba-hamba-Nya [al-Burûj/85:13-14].


Dalam tulisan Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MA mengatakan, Imam Ibnu Fâris rahimahullah dan Ibnul Atsîr  rahimahullah menjelaskan bahwa asal kata nama Wadud secara bahasa berarti al-mahabbah (kecintaan).

Demikian pula Syaikh ‘Abdur Rahmân as-Sa’di rahimahullah menerangkan bahwa asal kata nama ini berarti al-mahabbah ash-shâfiyah (kecintaan yang murni).

Imam Ibnul Atsîr rahimahullah dan Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa nama Allâh Azza wa Jalla  Al-Wadûd bisa berarti al-maudûd (yang dicintai), sehingga pengertiannya menjadi Allâh Azza wa Jalla  itu dicintai dalam hati para kekasih-Nya (hamba-hamba-Nya yang taat kepada-Nya). Juga bisa berarti al-wâdd (yang mencintai), artinya Allâh Azza wa Jalla mencintai hamba-hamba-Nya.

Syaikh ‘Abdur Rahmân as-Sa’di rahimahullah berkata: “Makna al-Wadûd yang termasuk nama-nama Allâh Azza wa Jalla (yang maha indah) adalah bahwa Dia mencintai hamba-hamba-Nya yang beriman dan mereka pun mencintai-Nya[9] , sesuai firman-Nya:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَنْ يَّرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِيْنِهٖ فَسَوْفَ يَأْتِى اللّٰهُ بِقَوْمٍ يُّحِبُّهُمْ وَيُحِبُّوْنَهٗٓ ۙاَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ اَعِزَّةٍ عَلَى الْكٰفِرِيْنَۖ يُجَاهِدُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَلَا يَخَافُوْنَ لَوْمَةَ لَاۤىِٕمٍ ۗذٰلِكَ فَضْلُ اللّٰهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ

Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari (meninggalkan) agamanya, maka kelak Allâh akan mendatangkan suatu kaum yang Allâh mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah-lembut terhadap orang-orang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allâh, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.

Itulah karunia Allâh, diberikan-Nya kepada siap yang dihendaki-Nya, dan Allâh Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui  [al-Mâidah/5:54].

Syaikh ‘Abdur Rahmân as-Sa’di t ketika menafsirkan firman Allâh Azza wa Jalla :

وَهُوَ الْغَفُورُ الْوَدُودُ

Dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Mencintai hamba-hamba-Nya [al-Burûj/85:14].

Beliau berkata,  “Dialah (Allah Azza wa Jalla ) yang dicintai para wali-Nya (hamba-hamba-Nya yang taat kepada-Nya) dengan kecintaan yang tidak serupa (tidak ada bandingannya) dengan apapun (di dunia ini).

Sebagaimana Dia tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya dalam sifat-sifat keagungan, keindahan, (kesempurnaan) makna dan perbuatan-perbuatan-Nya, maka kecintaan kepada-Nya di hati hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya sesuai dengan itu semua, (yaitu) tidak sesuatu pun dari bentuk-bentuk kecintaan yang menyamainya.


Oleh karena itu, kecintaan kepada-Nya adalah landasan pokok peribadatan (kepada-Nya), dan kecintaan ini mendahalui dan melebihi semua kecintaan (lainnya). 

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved