Berita OKU Timur

Harga Karet Naik, Produksi GetahTurun 50 Persen di Musim Kemarau, Per Hektar 40 Kilogram

Harga karet naik, produksi getah karet justru turun 50 persen di musim kemarau. Produksi getah karet per hektar 40 kilogram.

Penulis: CHOIRUL RAHMAN | Editor: Vanda Rosetiati
TRIBUN SUMSEL/CHOIRUL ROHMAN
Harga karet naik, produksi getah karet justru turun 50 persen di musim kemarau. Produksi getah karet per hektar 40 kilogram. 

TRIBUNSUMSEL.COM, MARTAPURA - Harga karet naik, produksi getah karet justru turun 50 persen di musim kemarau.

Penurunan produksi getah karet di musim kemarau ini membuat sejumlah petani karet di OKU Timur mengeluhkan kondisi tersebut.

Akibat produksi getah karet per hektar yang sedikit, pendapatan petani dari penjualan karet pun turun drastis. 

Saat kemarau ini rata-rata untuk dua minggu, petani karet mendapatkan uang antara Rp 760 ribu hingga Rp 1 juta untuk tiap satu hektare lahan yang mereka punyai.

Jika kondisi tidak kemarau hasil getah yang diproduksi dalam seminggu setiap per hektarenya mampu menghasilkan 100 kilogram.

Baca juga: Daftar Nama Camat di Kabupaten Muratara Terbaru September 2023, Lengkap Alamat 7 Kecamatan

Namun saat ini hanya mampu mendapatkan getah 50 kilogram bahkan ada yang dalam satu hektare itu hanya menghasilkan 40 kilogram dalam satu minggu.

"Memasuki musim kemarau ini biasa kami sebut musim trek, jika kondisi seperti ini maka tetesan getah pada sayatan kulit batang karet menjadi sangat sedikit," kata Nanang salah seorang petani karet di Desa Burnai Mulya, Kecamatan Semendawai Timur, Kamis (21/09/2023).

Dikatakannya, akibat kondisi seperti ini membuat petani menjadi malas menyadap karet, karena pendapatan sangat sedikit.

Soalnya, produksi getah turun hingga 50 persen dibandingkan saat normal.

"Saat ini hasil yang kami dapat hanya sekitar 50 kilogram, biasanya mencapai 90 sampai 100 kilogram setiap satu minggu. Dengan hasil itu kami berbagi lagi dengan pemilik, sehingga hasilnya sekarang sangat sedikit," tuturnya.

Dalam dua pekan petani mengantongi uang penjualan karet berkisar antara Rp 760 ribu hingga Rp 1 juta untuk tiap hektare lahan.

Jumlah ini sangat jauh dibandingkan kondisi normal tidak kemarau yang bisa mencapai dua kali lipat sebesar Rp 2 juta per dua minggu per hektare lahan.

Tambah Nanang, biasanya puncak musim trek terjadi pada Bulan Oktober dan hal ini membuat produksi getah karet menurun hingga 50 persen.

Meski demikian, para petani karet tetap bertahan dengan kondisi yang cukup sulit.

"Sudah hasil menurun harga karet juga masih relatif murah. Tentu hal ini sangat menyulitkan kita selaku buruh sadap karet," jelasnya.

Sementara, Wardoyo salah satu tengkulak karet mengaku, memang kalau musim kemarau seperti ini produksi getah cendrung menurun yang diakibatkan cuaca yang panas dan membuat getah yang keluar cepat kering serta macet

"Kondisi seperti membuat banyak petani karet mengeluh dan juga ada yang tidak menyadap karet karena getah karet berkurang dari hari biasa. Kebanyakan petani karet mencari pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," ucapnya.

Lanjut kata dia, untuk harga karet dalam minggu ini memang mengalami kenaikan, namun produksi getah karet menurun.

Untuk karet harian satu kilogramnya Rp 7.000. Sedangkan untuk yang dua minguan di harga Rp 9.500 sampai Rp 10.000 per kilogramnya.

"Namun kalau musim kemarau seperti ini harga getah malah cenderung naik, mengingat produksi getah menurun. Selain hasil getah berkurang ditambah banyak petani karet yang engan menyadap karetnya karena hasil yang menurun," pungkasnya.

Baca berita lainnya langsung dari google news

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved