Deklarasi Anies Cak Imin di Surabaya

Mengenal Hotel Majapahit Surabaya Tempat Deklarasi Anies-Cak Imin, Memiliki Sejarah Penting

Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar alias Anies-Cak Imin akan deklarasi sebagai bakal calon presiden dan wakil presiden siang ini, Sabtu (2/9/2023).

|
Editor: Rahmat Aizullah
Kompas/Bahana Patria Gupta
Pemuda menyerbu Hotel Yamato dalam rekonstruksi peristiwa perobekan bendera merah putih biru pada 19 September 1945 di Jalan Tunjungan, Kota Surabaya, Jawa Timur, Senin (19/9). 

TRIBUNSUMSEL.COM - Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar alias Anies-Cak Imin akan dideklarasikan sebagai bakal calon presiden dan wakil presiden siang ini, Sabtu (2/9/2023), pukul 14.00 WIB.

Lokasi deklarasi Anies-Cak Imin sengaja dipilih di Hotel Majapahit, Jalan Tunjungan, Surabaya, Jawa Timur (Jatim).

Hotel Majapahit Surabaya disebut merupakan tempat bersejarah di Indonesia.

Tempat penginapan ini dahulunya dikenal bernama Hotel Yamato.

Bersejarah karena di hotel ini arek-arek Suroboyo menunjukkan aksi heroik dengan merobek bendera Belanda agar Merah Putih bisa berkibar di Nusantara pada 1945.

Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PKB, Syaiful Huda mengatakan, hotel ini sengaja dipilih sebagai lokasi deklarasi Anies-Cak Imin karena mempunyai arti tersendiri.

Mereka ingin mengambil semangat peristiwa perobekan bendera Belanda kala itu.

"Di situlah arek-arek Suroboyo menunjukkan aksi heroik dengan merobek bendera Belanda agar Merah Putih bisa berkibar di Nusantara,” kata Syaiful Huda dalam siaran pers, dilansir dari Tribunnews.com.

Huda mengatakan, Anies dan Muhaimin akan mewarisi semangat arek-arek Surabaya pada 1945 dalam pertarungan Pemilihan Presiden 2024.

Huda menambahkan acara deklarasi siang ini akan digelar secara sederhana dan khidmat.

Sejarah Hotel Yamato

Pada 19 September 1945 atau 78 tahun lalu terjadi peristiwa bersejarah yang dikenal dengan Insiden di Hotel Yamato.

Kejadian tersebut yaitu saat arek-arek Surabaya menggeruduk Hotel Yamato, di Surabaya, Jawa Timur.

Mereka menurunkan bendera merah putih biru milik Belanda, merobek warna biru sehingga menyisakan kain merah dan putihnya saja.

Latar Belakang Peristiwa Hotel Yamato

Insiden Hotel Yamato terjadi karena Belanda dinilai melakukan tindakan provokatif yaitu mengibarkan bendera merah putih biru di hotel tersebut.

Peristiwa ini juga dipengaruhi gagalnya perundingan antara Soedirman (residen Surabaya) dan WVC Ploegman untuk menurunkan bendera Belanda triwarna (merah, putih, biru).

Massa di luar hotel yang mengetahui situasi perundingan tidak berjalan baik segera mendobrak masuk ke Hotel Yamato.

Sebagian pemuda berebut naik ke atas hotel untuk menurunkan bendera Belanda.

Siapakah yang merobek bendera Belanda di Hotel Yamato?

Dikutip dari Kompas.com, Hariyono yang awalnya bersama Soedirman, kembali ke dalam hotel dan ikut memanjat tiang bendera bersama Kusno Wibowo.

Keduanya lalu berhasil menurunkan bendera Belanda, merobek bagian warna birunya.

Lalu mereka mengereknya kembali ke puncak tiang menjadikannya bendera merah putih.

Kronologi Insiden Hotel Yamato

Usai proklamasi kemerdekaan, Pemerintah Indonesia gencar menginformasikan kepada rakyat soal makna kemerdekaan.

Bendera Merah Putih ditetapkan sebagai bendera nasional dan pemerintah melakukan sosialisasi bendera negara ke semua wilayah.

Pada 18 September 1945, para Sekutu dan Belanda dari Allief Forces Netherlands East Indies (AFNEI) datang di Surabaya.

Mereka ditempatkan di Hotel Yamato, Jalan Tunjungan 65, Surabaya.

Sejak saat itu, Hotel Yamato dijadikan sebagai markas Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees atau Bantuan Rehabilitasi untuk Tawanan Perang dan Interniran.

Kemudian, pada 19 September 1945 pukul 21.00 WIB, sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan WVCh Ploegman mengibarkan bendera Belanda (merah, putih, dan biru) di atas hotel.

Keesokan harinya, arek-arek Surabaya yang melihat bendera Belanda berkibar, marah dan murka.

Belanda dianggap tak menghargai usaha rakyat Indonesia yang telah memproklamasikan kemerdekaan.

Tak pelak, hal itu memicu amarah dari arek-arek Surabaya yang berbuntut pada ketegangan dengan orang-orang Belanda di Hotel Yamato karena bendera itu.

Pertempuran 10 November 1945

Setelah insiden di Hotel Yamato, pertempuran mempertahankan Kemerdekaan RI masih belum usai.

Pada 27 Oktober 1945 meletuslah pertempuran pertama antara Indonesia melawan AFNEI.

Bermula dari serangan-serangan kecil, lama-kelamaan serangan berubah menjadi serangan umum yang memakan banyak korban.

Akhirnya, Jenderal DC Hawthorn meminta Presiden Soekarno untuk meredakan situasi dengan mengadakan gencatan senjata.

Namun, gencatan senjata gagal dilakukan.

Ditambah lagi dengan kejadian tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby yang diikuti dengan keluarnya ultimatum 10 November oleh pihak Inggris.

Oleh karena itu, terjadilah pertempuran Surabaya terbesar dan terberat di sepanjang sejarah.

Untuk mengenang momentum tersebut, tanggal 10 November ditetapkan sebagai Hari Pahlawan. (*)

Sumber: Tribunnews.com/Kompas.com

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved