Peresmian Pelabuhan Sungai Palembang
Bisa Tampung Puluhan Kapal, Berikut Fasilitas 2 Pelabuhan Sungai di Palembang, Hari Ini Diresmikan
Dua pelabuhan sungai Palembang yang diresmikan memiliki kapasitas yang sangat besar, bisa menampung puluhan kapal.
Penulis: Fransiska Kristela | Editor: Vanda Rosetiati
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Dua pelabuhan sungai Palembang yang diresmikan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat ternyata memiliki kapasitas yang sangat besar, bisa menampung puluhan kapal.
Di Pelabuhan Sungai 16 Ilir sendiri terdapat dermaga SPBU yang memiliki luas 64 meter persegi, selain itu di pelabuhan ini ada dermaga penumpang yang berkapasitas 17 unit campuran yang terdiri dari Longboat 200PK, dan 400 PK serta Ketek.
Selain itu ada pula Dermaga Carter atau dermaga wisata yang memiliki kapasitas menampung 3 unit kapal campuran.
Untuk dermaga kedatangan mampu menampung sebanyak 12 unit kapal campuran. Sedangkan untuk dermaga Jukung yang memiliki luas 4316 meter persegi ini mampu menampung sebanyak 34 unit jukung, serta untuk dermaga Pinisi yang memiliki luas 1831m⊃2; memiliki kapasitas 2 unit.
Sedangkan untuk Pelabuhan Sungai 7 Ulu, untuk terminal penumpangnya mampu menampung 6 perahu dengan luas dermaga penumpang sebesar 146m⊃2; dan gedung penumpang sebesar 680m⊃2;.
Baca juga: Jawaban Ishak Mekki Ditanya Maju Calon Gubernur Sumsel 2024, Fokus ke DPR Perjuangkan di Depan Mata
Untuk terminal jukung di pelabuhan sungai 7 Ulu ini sendiri hanya berkapasitas untuk 2 jukung, sedangkan untuk dermaga nya hanya seluas 122m⊃2;.
Perbedaan ini lantaran di pelabuhan 16 Ilir terdapat pasar langsung yang mana masyarakat lebih banyak melakukan aktifitas di pelabuhan 16 Ilir ini.
Dari data yang didapat dari balai pengelola transportasi darat ada sebanyak 56 ketek, 51 longboat, 79 speedboat, dan 167 jukung. Sehingga total kendaraan angkutan sungai yang terdaftar dan memiliki dokumen laik laut ada sebanyak 353 angkutan.

Kepala Balai Pengelola Transportasi Darat, Denny Michels Adlan mengatakan setelah pelabuhan 7 Ulu ini diresmikan maka kapasitas dari kapal juga pasti akan bertambah dari jumlah kapasitasnya yang sekarang.
"Ini trayeknya sudah ada 35, di mana hariannya itu bisa mencapai 150 kapal belum lagi nanti jika 7 Ulu sudah ada maka kapasitasnya semakin banyak," katanya.
Dengan adanya pelabuhan ini menurutnya nantinya tidak akan ada lagi kapal yang menunggu dan masyarakat juga akan semakin nyaman.
Sementara mengenai adanya keluhan masyarakat terkait fasilitas seperti jembatan penyebrangan, pihaknya akan lakukan evaluasi.
"Kita minta untuk para nahkoda agar parkir sesuai dengan kapasitas dermaganya. Jangan membawa ketek namun parkir di dermaga barang," katanya
Karena jika salah dalam memarkirkan ataupun menambatkan angkutan tidak sesuai dengan kapasitas dermaga maka akan membuat penumpang susah untuk menyesuaikan pasang surutnya air.
" Untuk yang jukung bawa penumpang itu mau pasang surut seperti apa sudah bisa menyesuaikan dengan kondisi," bebernya.
Dirinya juga mengetahui bahwa pada saat kondisi air surut, penumpang yang membawa barang kesulitan karena untuk naik ke kapal harus melewati jembatan kayu non permanen yang cukup curam.
"Nanti kita akan evaluasi baiknya seperti apa, karena terlalu curam dan hanya pakai kayu. Soalnya ini aktif sekali kan, nanti evaluasinya secara teknis dan operasinya akan kita pikirkan," tutupnya.
Minta Buatkan Jembatan Penyeberangan
Dua pelabuhan di Palembang yakni Pelabuhan Sungai 16 Ilir dan Pelabuhan Sungai 7 Ulu diresmikan oleh Dirjen Perhubungan Darat, Sabtu (15/7/2023).
Kendati sudah diresmikan nyatanya kondisi dari pelabuhan sendiri menurut masyarakat masih ada beberapa hal yang perlu dievaluasi.
Serang atau sopir speedboat, Romi mengatakan kendati pelabuhan ini akan diresmikan, namun untuk fasilitas yang diberikan masih perlu ditambah.
"Bersyukur akhirnya pelabuhan ini diresmikan ya, namun lihat saja sendiri ini tidak ada jembatan permanen untuk penumpang turun ataupun naik ke speed boat," ujar Romi ditemui di dermaga jukung Pelabuhan Sungai 16 Ilir Palembang.
Romi mengaku, masyarakat yang sebagai penumpang banyak yang mengeluh dan merasa kesulitan saat akan naik ataupun turun dari speedboat.
Baik serang maupun penumpang berharap dibuatkan jembatan penyeberangan dari dermaga ke kapal.
"Banyak mereka yang masih mengeluh karena ini jembatan yang kami buat sendiri dari kayu kadang kalau hujan dan karena bahannya juga cuma kayu jadi licin," bebernya.
Bukan hanya takut tercebur karena licinnya jembatan non permanen saja, namun Romi mengaku sering juga dirinya membawa seorang penumpang yang sakit.
Tentu dengan kondisi penumpang yang sakit dirinya juga ikut merasakan bagaimana susahnya untuk turun dari speadboot menuju ke atas pelabuhan
Turut membenarkan seorang kuli panggul Aryo yang setuju dengan pendapat Romi. Dirinya sebagai kuli panggul terkadang merasa kesulitan saat membawa barang bawaan dari masyarakat yang akan diangkut ke kapal jukung.
"Itukan kalau mau memasukkan barang ke jukung harus pakai jembatan ya, dan ini ngga ada jembatan penghubung antara jukung dan pelabuhan jadi pakai kayu papan panjang ini untuk menuju ke sana," katanya.
Pada saat di coba oleh tribunsumsel jembatan tersebut kendatipun kuat namun itu terbuat dari kayu sehingga masih terasa was-was karena tidak ada pegangan di kiri dan kanan papan tersebut.
Sementara itu pengurus Jukung, Irsan mengatakan perlu adanya pos ataupun tempat untuk berteduh agar baik pars sopir ataupun pengurus bisa ada tempat berteduh.
"Iya disini ngga ada pos ataupun tempat untuk berteduh, jadi kalau panas tengah hari itu langsung bubar cari tempat berteduh sendiri-sendiri, semoga saja nanti pemerintah ada mau membuat fasilitas itu si," katanya.
Baca berita lainnya langsung dari google news
Silakan gabung di Grup WA TribunSumsel
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.