Berita Nasional

AKBP Buddy Alfrits Tewas di Rel Kereta, Keluarga Curiga Ada Peran Mafia Narkoba, Kompolnas Bereaksi

Alasan keluarga meyakini ada peran mafia narkoba dibalik tewasnya AKBP Buddy Alfrits Towoliu Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Timur

TribunJakarta.com/Bima Putra
Keluarga menduga ada peran mafia narkoba dibalik tewasnya AKBP Buddy Alfrits Towoliu di Rel Kereta, Kompolnas bereaksi 

TRIBUNSUMSEL.COM - Penyebab pasti kematian Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Timur AKBP Buddy Alfrits Towoliu hingga kini masih menjadi misteri.

Meski begitu, keluarga meyakini kematian AKBP Buddy Alfrits Towoliu tidak terlepas dari campur tangan mafia narkoba yang sedang ditanganinya.

Keluarga tak sependapat dengan pernyataan polisi yang menyebut AKBP Buddy Alfrits Towoliu diduga sengaja mengakhiri hidup dengan cara menabrakkan diri ke kereta api.

Reaksi keluarga AKBP Buddy Alfrits Towoliu membuat Kompolnas buka suara.

Baca juga: Sosok Denzbagus, Motovlog Terkenal yang Meninggal Karena Kecelakaan Usai Kopdar di Lampung

Komisioner Kompolnas, Poengky Indarti turut berkomentar terkait kematian AKBP Buddy.

"Saat ini Polres Jakarta Timur dan Polda Metro Jaya sedang menyelidiki apakah kematian Kasat Narkoba Polrestro Jakarta Timur akibat bunuh diri atau akibat lainnya. Mohon ditunggu hasil penyelidikannya," kata Poengky, Minggu (30/4/2023).

 

 

Poengky pun menyarankan kepolisian untuk bertindak profesional dalam menangani perkara ini.

Termasuk, jika hasil penyelidikan nanti menyimpulkan jika AKBP Buddy ternyata dibunuh oleh jaringan narkoba seperti kecurigaan pihak keluarga.

"Jika almarhum meninggal karena dibunuh jaringan narkoba seperti yang diduga keluarga almarhum, maka aparat Kepolisian harus segera bergerak melakukan lidik sidik secara profesional berdasarkan scientific crime investigation untuk menemukan pelaku dan memproses hukum pelaku," ujar Poengky.

"Tetapi jika hasil penyelidikan menyatakan almarhum meninggal karena dugaan bunuh diri maka lidik sidik akan dihentikan," sambung dia.

Dugaan Keluarga

Diketahui, keluarga Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Timur menduga kematian AKBP Buddy Alfrits Towoliu terkait dengan kasus yang sedang ditangani.

Dugaan ini karena beberapa saat sebelum jasad Buddy ditemukan di perlintasan rel kereta api dekat Stasiun Jatinegara, korban sempat mendapat telepon dari seseorang tidak dikenal.

Panggilan telepon itu diduga membuat Buddy yang sedang berada di Mapolres Metro Jakarta Timur untuk mendekorasi ruang barunya memilih pergi dengan menggunakan taksi online.

AKBP Buddy Alfrits Towoliu Kasatnarkoba Polres Metro Jakarta Timur ditemukan tewas ditabrak kereta
AKBP Buddy Alfrits Towoliu Kasatnarkoba Polres Metro Jakarta Timur ditemukan tewas ditabrak kereta (Tribun Palu)

Dalam hal ini pihak keluarga menilai sosok yang menghubungi Buddy sebelum kejadian bukan orang sembarang, karena membuat perwira menengah itu memilih pergi tidak dengan mobil pribadi.

Bahkan pada Sabtu (29/4/2023) sekira pukul 09.00 WIB Buddy dan seorang keponakanya sedang berada di Mapolres Metro Jakarta Timur untuk mendekorasi ruang barunya sebagai Kasat Narkoba.

"Apa karena jabatan baru ini mungkin diduga dia mau sidik (penyidikan). Karena Kasat Narkoba, kalau sidik kan berhadapan dengan mafia," kata Paman Buddy, Cyprus, Sabtu (29/4/2023).

Menurut pihak keluarga ada kemungkinan Buddy sudah meninggal terlebih dahulu sebelum tertabrak kereta api (KA) 320 Tegal Bahari lalu jasadnya dibiarkan di rel untuk menghilangkan barang bukti.

Mereka juga menolak hasil penyelidikan sementara Polda Metro Jaya bahwa Buddy memilih mengakhiri hidup karena semasa hidup tidak memiliki riwayat masalah kejiwaan, maupun ekonomi.

"Kami menduga mungkin sudah ada perbuatan sebelumnya. Dibunuh baru dibuang di tengah rel kereta. Namanya salah satu cara menghilangkan jejak," ujarnya.

Cyprus meminta kepada publik tidak menduga Buddy bunuh diri karena jajaran Ditreskrimum Polda Metro Jaya dan Satreskrim Polres Metro Jakarta Timur masih melakukan penyelidikan.

Pihak keluarga meyakini penyebab kematian korban baru dapat dipastikan setelah sosok yang menelepon Buddy beberapa saat sebelum meninggal dunia terungkap.

"Siapa yang menelpon yang terakhir itu. Dari menelpon sampai dia berangkat itu enggak sampai satu jam meninggal. Handphonenya sekarang diamankan penyidik sebagai barang bukti," tuturnya.

Dugaan Polisi

Berdasarkan keterangan saksi, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko kesimpulan sementara korban diduga mengakhiri hidup dengan sengaja.

"Sejauh ini ada satu saksi dari pihak masinis dalam hal ini, akan diambil keterangan. Didapatkan untuk sementara hasil dari langkah-langkah yang kita lakukan, ini patut diduga bunuh diri," ujar

Berdasarkan informasi yang dihimpun, kejadian diduga terjadi sekitar pukul 09.30 WIB.

Saat itu masinis kereta api Tegal Bahari yang mengarah dari Jakarta menuju Tegal menginformasikan orang tertabrak kereta.

Informasi disampaikan pada Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) dan disampaikan ke Stasiun Jatinegara.

Informasi tersebut kemudian diterima petugas yang kemudian melakukan pengecekan.

Petugas itu menemukan jasad korban di tengah rel dengan kondisi mengenaskan.

Karena menghalangi kereta yang akan lewat, petugas kemudian memindahkan ke sisi rel.

Adapun barang-barang korban yang ditemukan di antaranya iPhone 13, dompet, uang tunai Rp 850 ribu, dan jam tangan.

Perhatikan Kesehatan Mental Anggota

Selain soal penyebab kematian, Poengky pun meminta Polri untuk memberikan pendampingan mental kepada para anggotanya untuk mengantisipasi adanya personel yang depresi dan berujung bunuh diri.

Untuk di tahun 2023 saja, ujar Poengky, sudah ada empat kasus polisi diduga bunuh diri yakni di Samosir, Sumatera Utara, Gorontalo, Banten dan terakhir yang dilakukan AKBP Buddy meski dengan motif yang berbeda-beda.

"Kami melihat bahwa polisi juga manusia biasa yang mempunyai beragam masalah dalam kehidupannya.

Oleh karena itu sangat penting bagi pimpinan untuk memperhatikan tidak hanya fisik atau jasmani anggota, melainkan juga perlu merawat mental atau psikis anggota," ujar Poengky.

Menurut Poengky, kesehatan mental prajurit menjadi hal yang harus diperhatikan.

Terlebih selama bekerja, para polisi ini berada dalam tekanan yang cukup tinggi.

"Apalagi bagi mereka yang dalam melakukan tugasnya harus menghadapi tekanan tinggi, misalnya harus menghadapi para pelaku kejahatan.

Penting sekali pemeriksaan rutin fisik dan psikologi, serta menyediakan tempat konseling bagi anggota," tuturnya.

Dia berharap level konseling untuk para personel polri diberikan sampai ke tingkat polres.

Setahu saya Psikolog masih belum ada di level polres.

Mengingat beban kerja dan tingkat stress anggota tinggi, sebaiknya pimpinan polri dapat menyediakan psikolog untuk konseling di tiap Polres," ujarnya.

Artikel ini telah tayang di Tribun Jakarta

Baca artikel menarik lainnya di Google News

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved