Berita Muratara

Tambang Emas Liar Muratara Dilema Pemerintah, Antara Sungai Keruh dan Nasib Penambang

Tambang emas liar Muratara jadi dilema pemerintah, antara keluhan warga Sungai Keruh dan nasib penambang.

Penulis: Rahmat Aizullah | Editor: Vanda Rosetiati
TRIBUN SUMSEL/RAHMAT AIZULLAH
Tambang emas liar Muratara jadi dilema pemerintah, antara keluhan warga Sungai Keruh dan nasib penambang. Sungai Rupit tampak keruh di Kabupaten Muratara, Sabtu (28/1/2023). 

TRIBUNSUMSEL.COM, MURATARA - Tambang emas liar Muratara jadi dilema pemerintah, antara keluhan warga Sungai Keruh dan nasib penambang.

Penyelesaian masalah air sungai keruh akibat aktivitas penambangan emas liar di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) hingga kini belum teratasi dengan baik.

Walaupun pemerintah daerah setempat mengklaim telah berupaya maksimal menyelesaikan permasalahan itu, namun nyatanya air sungai masih keruh pekat.

Padahal air sungai Rupit dan sungai Rawas digunakan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari, seperti mandi, mencuci pakaian, dan lain-lain.

"Terus kami berupaya dengan segala kekuatan yang ada. Kita tidak bisa menyelesaikannya dalam waktu tertentu," kata Bupati Muratara, Devi Suhartoni dalam cuitannya di medsos dilihat TribunSumsel.com, Sabtu (28/1/2023).

Baca juga: Tampang Wanita Muda Pelaku Penipuan Rp 406 Juta di Musi Rawas, Dilimpahkan ke Kejari Lubuklinggau

Dia mengakui persoalan sungai keruh merupakan salah satu dari sekian masalah yang dihadapi masyarakat di daerah ini.

Devi menyebut sungai menjadi keruh akibat aktivitas penambangan emas tanpa izin (PETI) di sungai Tiku, sungai Minak, dan wilayah Ulu Rawas.

"Dalam hati paling dalam sama menjerit melihatnya," ujar Devi.

Menurut dia, masalah ini menjadi dilema karena satu sisi para penambang emas rakyat beralasan mencari makan.

Namun di sisi lain, dirinya diprotes oleh masyarakat karena merasakan dampak air sungai keruh.

"Alasan mereka cari makan, tapi air sungai menjadi keruh, nah orang yang manfaatin air sungai marah juga sama saya," katanya.

Meski air sungai keruh akibat aktivitas tambang emas liar Muratara, warga masih menggunakan air sungai untuk beragam aktivitas, Sabtu (28/1/2023).
Meski air sungai keruh akibat aktivitas tambang emas liar Muratara, warga masih menggunakan air sungai untuk beragam aktivitas, Sabtu (28/1/2023). (TRIBUN SUMSEL/RAHMAT AIZULLAH)

Devi menambahkan, karena kondisi air sungai keruh sehingga sejak awal dia menjabat bupati langsung digratiskannya berlangganan PDAM.

"Sejak awal saya dilantik saya tegaskan seluruh pelanggan PDAM tidak usah bayar, sampai sekarang gratis semuanya," kata Devi.

Sebelumnya, Devi mengatakan sudah memberikan arahan langsung kepada para penambang agar berhenti beroperasi.

"Masyarakat ribut air keruh kotor karena dompeng di hulu sungai, kami sudah tahu itu, kami sudah memberi arahan agar mereka setop," katanya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved