Teladan Rasulullah SAW

Arti Al Amin adalah, Gelar yang Diberikan kepada Nabi Muhammad SAW, Sifat Teladan Nabi dan Kisahnya

Nabi Muhammad SAW menyandang gelar Al-Amin dikarenakan keteladanan Rasulullah, sikap amanah, dapat dipercaya dan jujurnya

Penulis: Lisma Noviani | Editor: Lisma Noviani
tribunsumsel/welly triyono
Arti Al Amin adalah, Gelar yang Diberikan kepada Nabi Muhammad SAW, Sifat Teladan Nabi dan Kisahnya 

TRIBUNSUMSEL.COM --Arti Al Amin adalah, Gelar yang Diberikan kepada Nabi Muhammad SAW, Sifat Teladan Nabi dan Kisahnya.

Arti Al Amin adalah dapat dipercaya. Gelar ini spesial diberikan kepada Nabi Muhammad SAW semasa beliau masih hidup, oleh penduduk Mekkah.

Nabi Muhammad SAW menyandang gelar Al-Amin dikarenakan keteladanan Rasulullah, sikap amanah, dapat dipercaya dan jujurnya atau dikenal dengan sifat siddiq, tabligh, amanah, fathonah.

Dan dengan akhlak baik dan teladan ini yang menarik hati seorang perempuan bernama Khadijah yang kemudian menjadi istri Nabi Muhammad SAW.

Sikap keteladanan Rasulullah ini telah dibuktikan dalam berbagai situasi. Orang-orang menyadari bahwa Rasulullah adalah sosok yang jujur, ketika beliau berdagang beliau akan berkata apa adanya mengenai kondisi barang dagangannya.

Nabi Muhammad juga akan mengatakan hal sesungguhnya jika barangnya memiliki cacat atau terjadi hal-hal yang mempengaruhi dagangannya.

Selain itu Nabi Muhammad juga tidak mengambil laba atau keuntungan dalam menentukan harga jualannya.

Beliau juga begitu amanah dalam menyampaikan barang sesuai kualitas yang diinginkan pelanggan serta terkenal begitu baik hati ketika melakukan dagang.

Hal ini telah menjadi kebiasaan Rasulullah untuk selalu bersikap baik, amanah serta jujur dan membuat banyak orang percaya dan mencontoh beliau.

Kisah Pemberian Gelar Al-Amin
dikutip dari gramedia.com, Pada suatu masa, ketika Nabi Muhammad memasuki umur 35 tahun pernah terjadi suatu insiden yang cukup besar dan merugikan di Mekkah.

Pada kala itu terjadi banjir bandang yang cukup besar di Masjidil Haram dan merusak Ka’bah. Oleh sebab itu, para orang Quraisy ingin memperbaiki Ka’bah yang sempat rusak.


Seusai perbaikan Ka’bah, terjadi suatu perselisihan yang cukup besar diantara orang-orang Quraisy ini terkait siapa orang yang layak untuk meletakan Hajar Aswad.

Perselisihan ini pun menemukan titik terang ketika akhirnya seorang kaum tertua di sana yakni Abu Umayyah bin Mughirah memberikan solusi.

Beliau berkata bahwa siapapun yang melangkahkan kaki pertama kali ke pintu as-Shofa maka dialah yang akan menentukan peletakan Hajar Aswad nantinya.

Seolah sudah menjadi takdir dari Allah SWT, orang pertama yang melewati pintu tersebut adalah Nabi Muhammad SAW.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved