Liputan Khusus Tribun Sumsel

LIPSUS: Besar Pasak Daripada Tiang, Buruh Harap UMK Naik, Sejajar Harga Kebutuhan Pokok (1)

Ibarat peribahasa 'besar pasak daripada tiang', banyak buruh harus hidup pas-pasan atau bahkan kekurangan karena upah kerja yang dinilai rendah.

Editor: Vanda Rosetiati
TANGKAP LAYAR TRIBUN SUMSEL
Ibarat peribahasa 'besar pasak daripada tiang', banyak buruh harus hidup pas-pasan atau bahkan kekurangan karena upah kerja yang dinilai rendah. 

TRIBUNSUMSEL.COM, INDRALAYA - Tak sampai dua bulan lagi, tahun 2022 akan berakhir dan resolusi di tahun depan sudah ada di benak para buruh di Indralaya, Ogan Ilir.

Salah satu yang menjadi harapan para kaum buruh adalah perencanaan keuangan yang lebih baik di tahun mendatang.

Namun alih-alih punya manajemen keuangan yang baik, para buruh yang merupakan golongan ekonomi menengah ke bawah direpotkan dengan kewajiban memenuhi kebutuhan pokok.

Ibarat peribahasa 'besar pasak daripada tiang', banyak buruh di Ogan Ilir yang harus hidup pas-pasan atau bahkan kekurangan karena upah kerja yang dinilai rendah.

"UMK (Upah Minimum Kabupaten/Kota) setahu saya menyesuaikan UMP (Upah Minimum Provinsi) Rp 3 jutaan. Kalau untuk kondisi sekarang, sangat tidak cukup," kata Bunhar, seorang buruh di Indralaya kepada TRIBUN, Sabtu (5/11/2022).

Kondisi yang dimaksud Bunhar yakni sebagian besar harga kebutuhan pokok yang naik.

Sementara upah per bulan sebagai buruh di sebuah pabrik pengolahan hasil pertanian yang hampir mencapai Rp 3 juta, tak cukup memenuhi kebutuhan bersama istri dan keempat anaknya.

Menurut Bunhar, pos pengeluaran dari upah per bulan sudah ditentukan untuk sejumlah kebutuhan.

"Pos pengeluaran untuk makan, biaya sekolah, jajan anak, kebutuhan dapur. Syukur-syukur bisa nyisa dikit untuk istri, itu sudah dibagi anggarannya," ungkap Bunhar.

Ketika harga kebutuhan pokok naik, maka pos pengeluaran kebutuhan lain akan terganggu dan hal inilah yang membuat Bunhar memutar otak.

"Uang jaman sekarang kalau disebut nominalnya, kayaknya hebat betul jutaan. Tapi sebenarnya kurang kalau mau ikut UMK," keluh pria 41 tahun ini.

Dilanjutkannya, kenaikan UMK dari tahun ke tahun tak terlalu signifikan, berbanding terbalik dengan harga kebutuhan pokok yang selalu meroket.

Untuk mengatasi UMK yang tak sesuai dengan kenaikan harga kebutuhan pokok, Bunhar tak jarang harus gali lubang tutup lubang.

Saat sedang terdesak, kasbon menjadi 'jalan ninja' Bunhar agar asap dapur tetap ngebul dan mengatasi anak yang merengek minta jajan.

"Bukannya saya ngarang, memang tidak cukup kalau UMK sekarang. Orang yang lain juga banyak ngeluh, tapi sabar saja," kata dia.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved