Liputan Khusus Tribun Sumsel

LIPSUS: Dulu Lauk Ayam Sekarang Telur, Mahasiswa Rantau Terdampak BBM Naik, Uang Saku Berkurang (1)

Mahasiswa perantauan di Palembang merasakan dampak negatif dari kenaikan harga BBM bersubsidi. Uang saku tidak berubah sementara biaya hidup meningkat

Editor: Vanda Rosetiati
DOK TRIBUN SUMSEL
Liputan khusus Tribun Sumsel, mahasiswa perantauan di Palembang merasakan dampak negatif dari kenaikan harga BBM bersubsidi. Uang saku tidak berubah sementara biaya hidup meningkat, Rabu (14/9/2022). 

"Saya tidak ingin mengantre panjang untuk mengisi Pertalite di pom, saya biasanya mengisi di eceran saja," ucap Ibnu yang uang bulanannya Rp 1,5 juta.

Ibnu bercerita kalau dari dampak makanan biasa-biasa saja, sekarang juga masih bisa kadang-kadang makan lauk ayam, tapi porsinya saja yang dikurangi.

"Biasa saya kadang makan siang dan sore, ini siang saja cukup. Untuk sore nya biasa cuman ngemil dan ngopi," ucapnya.

Turun ke Jalan

Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tidak hanya dirasakan oleh masyarakat yang memiliki ekonomi rendah tapi juga mahasiswa dan driver ojek online. Dampak kenaikan di awal September tahun 2022 ini telah memicu aksi unjuk rasa tolak kenaikan BBM.

Aksi unjuk rasa pasca kenaikan BBM tahun ini di Palembang pertama pada Senin (5/9) lalu. Aksi unjuk rasa dilakukan oleh aliansi Mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang di depan kantor DPRD Sumsel.

Dengan membawa sejumlah banner berukuran besar yang bertuliskan, kenaikan BBM yang berlaku dalam hitungan jam dan hitungan jam rakyat menderita.

"Kenaikan harga BBM telah membuat rakyat gelisah dan sengsara sepanjang perjalanan kami konvoi banyak masyarakat yang mengepalkan tangannya mendukung aksi hari ini, artinya masyarakat juga menolak kenaikan harga BBM, " ujar Anwar salah seorang koordinator mahasiswa dalam orasinya.

Mereka menuntut untuk menemui perwakilan DPRD Sumsel untuk bisa menandatangani tuntutan mahasiswa agar disampaikan ke pemerintah pusat.

Kemudian aksi kedua dilakukan oleh aliansi Cipayung Plus, Organda, dan mahasiswa di Palembang yang rencananya berlangsung di depan kantor Gubernur Sumsel pada Rabu (7/9).
Malah justru para pengunjuk rasa mengalihkan aksinya ke Simpang Charitas.

Mereka pun membakar ban sebagai bentuk protes terhadap kebijakan naiknya harga BBM. Polisi yang semula berjaga di sekitar Kantor Gubernur Sumsel juga bergerak ke simpang Charitas

Massa aksi mengungkapkan harga BBM naik sangat menyengsarakan rakyat.

"Di sini kami menggambarkan bahwa rakyat Indonesia marah atas kebijakan kenaikan harga BBM,” ujarnya menjelaskan mengapa membakar ban di aksi tersebut.

Kericuhan terjadi ketika aparat polisi yang berjaga di sekitar kantor Gubernur dan Simpang Charitas hendak membubarkan dan memadamkan api. Cek-cok terjadi antara kedua pihak, dan situasi kian memanas.

Buntut dari aksi tersebut sebanyak 26 orang diamankan dan digiring ke Polrestabes Palembang, karena melakukan aksi provokatif saat menjalankan aksi unjuk rasa.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved