Berita Muratara
BBM Subsidi di SPBU Muratara Cepat Habis, Diduga Ulah Mobil Ngepok Tangki Bensin Modifikasi
Warga di Muratara mengeluhkan ketersediaan BBM subsidi di sejumlah SPBU cepat habis, diduga ulah mobil ngepok isi bensin pakai tangki modifikasi.
Penulis: Rahmat Aizullah | Editor: Vanda Rosetiati
TRIBUNSUMSEL.COM, MURATARA - Warga di Kabupaten Musirawas Utara (Muratara) mengeluhkan ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) di sejumlah SPBU cepat habis.
Warga menyebut cepat habisnya BBM bersubsidi di Muratara seperti pertalite dan solar di sejumlah SPBU diduga ulah mobil 'ngepok' yang menggunakan tangki modifikasi.
Mobil ngepok menurut warga adalah mobil yang membeli BBM di SPBU dalam jumlah banyak melebihi ketentuan yang ada dalam aturannya.
Menurut warga, mobil ngepok ini biasanya sudah dimodifikasi untuk menimbun, entah menggunakan jeriken, drum atau tangki siluman.
"Minyak di SPBU itu cepat habis diduga buat mobil ngepok itu lah, berapa banyak pun stok di SPBU habis, tidak cukup-cukup," ujar warga, Ahmad, pada TribunSumsel.com, Senin (5/9/2022).
Ia mengungkapkan mobil ngepok membeli BBM bersubsidi di SPBU biasanya untuk dijual lagi eceran dengan harga mahal.
Baca juga: Ongkos Pangkalan Balai ke Palembang Belum Naik, Sopir Angdes: Kami Belum Bisa Naikkan Sepihak
Selian itu, mobil ngepok juga diduga untuk menyuplai operasional mesin galian C pasir atau penambangan emas tanpa izin (PETI).
"Pertama untuk dijual lagi, eceran-eceran itu beli di SPBU itulah, beli dari mana lagi. Terus juga diduga untuk mesin galian C atau PETI liar, diduga ya," kata Ahmad.
Ia menambahkan, sebenarnya tak mempermasalahkan orang membeli BBM subsidi di SPBU untuk dijual lagi terutama di desa-desa yang jauh dari jangkauan SPBU.
Tetapi, kata Ahmad, yang menjadi masalah adalah ketika BBM subsidi di SPBU cepat habis diduga ulah mobil ngepok milik para pedagang eceran yang berada di sekitaran SPBU.
"Kalau untuk dijual di desa-desa yang jauh dari SPBU tidak masalah lah, nah yang jadi masalah yang dekat-dekat SPBU itu, patut kita duga mereka beli di SPBU itulah," katanya.
"Misalnya di SPBU Rupit, SPBU lain juga, lihat sendiri di sekitaran SPBU Rupit itu banyak sekali pedagang minyak eceran, walaupun kita tidak bisa memastikan mereka beli di SPBU itu, tapi kan diduga," tambah Ahmad.
Sementara itu, salah seorang pemilik kios BBM eceran di sekitaran SPBU Rupit mengaku membeli BBM subsidi di SPBU tersebut sudah mengikuti aturan.
"Kami jual minyak ini cuma nak nyari makan, bukan nak kayo. Kami beli jugo idak nyalahi aturan, kami pakai mobil, bukan jeriken, belinyo jugo sekali antre," ujar pengecer.
Sebelumnya, petugas SPBU Rupit, Hamka mengatakan tidak mengetahui darimana para pengecer BBM subsidi di sekitaran SPBU tersebut mendapat BBM.
Ia menegaskan SPBU Rupit menjual BBM sesuai aturan, batasannya, serta tidak melayani jeriken, drum, atau mobil bertangki modifikasi.
"Kalau itu tidak tahu kami mereka dapat darimana, kadang kami kosong mereka tetap ada, yang jelas kita jual sesuai aturan, ada batasnya, tidak boleh pakai jeriken, drum, apalagi tangki modifikasi," katanya.
Hamka juga menegaskan bahwa di SPBU Rupit tidak mengisi BBM pada malam hari.
BBM jenis solar maupun pertalite biasanya tiba di SPBU Rupit pada malam hari, namun akan diisi ke kendaraan pembeli pada esok paginya.
Hamka mengakui ketersediaan BBM subsidi jenis pertalite dan solar di SPBU Rupit sering cepat habis.
"Memang cepat habis pak, karena banyak orang beli, BBM masuk ke SPBU kita ada jadwalnya," kata dia.
Hamka menjelaskan, pertalite dan solar subsidi masuk ke SPBU Rupit masing-masing sebanyak tiga kali dalam seminggu dengan kuota 8 ton atau 8.000 liter.
"Delapan ton itu biasanya habis dalam waktu delapan jam, sehari habis, itulah kadang besoknya kosong, nunggu masuk lagi, karena ada jadwalnya masuknya," kata dia.
Baca berita lainnya langsung dari google news.