Harga Karet Palembang
Harga Karet di Palembang: Petani Karet Prabumulih Keluhkan Harga Turun, Ini Dampaknya
Harga Karet Palembang. Petani karet di kota Prabumulih sejak beberapa waktu lalu terus mengeluh, disebabkan harga karet mengalami penurunan.
Penulis: Edison | Editor: Yohanes Tri Nugroho
Laporan wartawan Tribun Sumsel Edison Bastari
TRIBUNSUMSEL.COM, PRABUMULIH - Para petani khususnya petani karet di kota Prabumulih sejak beberapa waktu lalu terus mengeluh, disebabkan harga karet mengalami penurunan.
Harga karet yang biasa dua mingguan Rp 13 ribu mengalami penurunan menjadi Rp 10 ribu per kilogram dan yang semingguan Rp 9-10 ribu turun menjadi hanya Rp 8000 per kilogram.
"Harga karet sekarang sudah pecah dari harga Rp 10 ribu, sekarang turun jadi Rp 8000 per kilogram sudah sejak berapa pekan lalu," ungkap Eliana, satu diantara petani karet ketika dibincangi, Rabu (10/8/2022).
Eliana mengatakan, akibat harga murah tersebut membuat pihaknya menjadi lesu untuk menyadap karet dan membuat kesulitan membayar angsuran pinjaman.
"Kalau biasanya harga Rp 10 ribu bisa untuk bayar angsuran pinjaman bank, kini turun-turun terus membuat kita kesulitan membayar angsuran pinjaman bank," katanya.
Petani karet di kawasan Kelurahan Gunung Ibul itu berharap harga karet kembali naik sehingga kesulitan untuk membayar pinjaman bank menjadi teratasi. "Kalau sekarang lesu pak nak betani karet, turun terus harganyo," lanjutnya.
Hal yang sama disampaikan Kalam yang merupakan petani karet di kawasan Desa Pangkul Kecamatan Cambai kota Prabumulih.
Menurut Kalam, harga karet memang mengalami penurunan dimana saat ini di harga Rp 8000 per kilogram untuk perminggu dari harga Rp 10 ribu lebih.
"Kalau sekarang susah kita harga turun terus, harapan kita harga makin naik tapi tiba-tiba malah turun terus," keluhnya.
Baca juga: Harga Karet Palembang: Harga Karet di Sumsel 11 Agustus 2022 Kembali Turun, Sudah 3 Berturut
Pria yang juga bertani nanas ini berharap harga karet makin naik sehingga bisa membantu petani disebabkan kebutuhan sehari-hari tidak terbantu meski pihaknya menanam buah nanas sebagai tumpang sari karet.
"Kalau harga karet tinggi kita fokus ke karet tapi karena harga terus turun terpaksa sambil nanam nanas, bisa jual nanas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," bebernya.