Berita Muratara

Alasan Petani Cabai di Muratara Tak Bahagia Saat Harga Tembus Rp 100 Ribu Per Kg

Disaat harga Cabai melambung tinggi, petani cabai di Muratara justru mengaku tak bahagia. Ini Alasannya

Penulis: Rahmat Aizullah | Editor: Yohanes Tri Nugroho
TRIBUNSUMSEL.COM/RAHMAT
Pertanian cabai di Desa Noman Baru, Kecamatan Rupit, Kabupaten Muratara. Harga cabai di daerah ini sekarang mahal, tembus Rp 100 ribu per kg 

Laporan Wartawan TribunSumsel.com, Rahmat Aizullah 

 

TRIBUNSUMSEL.COM, MURATARA - Harga cabai di pasar-pasar tradisional atau kalangan di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) melambung tinggi. 

Harganya mencapai Rp 90 ribu sampai 100 ribu per kilogram (kg). 

Padahal biasanya harga standar cabai berkisar antara Rp 30-35 ribu per kg. 

"Cabai naik lagi harganya, tadi beli ke pasar 90 ribu sekilo, ada juga yang jual 100 ribu," kata ibu rumah tangga, Ningsih, Kamis (16/6/2022). 

Ia mengungkapkan harga cabai mulai merangkak melonjak sejak sebulan terakhir, namun fluktuatif atau naik turun. 

Sementara untuk harga Rp 100 ribu per kg baru berlangsung sepekan ini.

"Sebenarnya sudah lama (naik), tapi kadang naik kadang turun, nah kalau harga 100 ribu ini sudah sekitar seminggu lah kira-kira," katanya. 

Sementara itu, di saat harga melambung tinggi ini, petani cabai justru mengaku tak bahagia. 

Menurut petani, meskipun harga cabai mahal, mereka tidak mendapat keuntungan yang lebih. 

"Walaupun mahal mas, kami petani begini-beginilah, jangankan mau dapat untung banyak, sisip dikit rugi," kata Imam, petani cabai di Desa Noman Baru, Kecamatan Rupit. 

Ia mengungkapkan tekanan yang dirasakan petani adalah mahalnya harga pupuk dan kebutuhan pertanian lainnya. 

Dari hitung-hitungan petani, harga cabai yang mahal terkadang tidak sebanding dengan modal yang dikeluarkan sejak penanaman hingga panen. 

"Kami beli pupuk yang tadinya harganya 600 ribu, kini sudah 900-950 ribu. Kalau tidak dikasih pupuk ya tidak bagus pertumbuhan cabainya," kata dia. 

Baca juga: Update Kasus Bawaslu Muratara, JPU Limpahkan ke Pengadilan, Total 8 Tersangka

Imam menambahkan, dampak dari mahalnya harga pupuk membuat dirinya harus mengurangi luasan lahan garapan penanaman cabai. 

"Biasanya kami garap sampai satu hektare, nah sekarang cuma seperempat hektare saja, kebutuhan mahal. Kalau kebutuhan bisa ditekan, masih bisalah harga cabai murah," ujar Imam

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved