Petani Inovatif HUT Tribun Sumsel
Sehari Satu Hektare Bisa Selesai, Inovasi Cara Tanam Jagung Pakai Alat Otok-otok
Petani yang ada di Kecamatan Tanjung Lago Banyuasin terutama petani jagung memanfaatkan mesin otok-otok, dalam satu hari bisa satu hektare.
Petani jagung di Desa Telang Sari Kecamatan Tanjung Lago Banyuasin, lebih memilih menanam jagung bisi satu ketimbang bisi dua. Hal ini, karena kontur tanah yang memiliki asam yang tinggi dan tidak efektif ditanam jagung bisi dua.
Sehingga, seluruh petani jagung di sini memilih untuk menanam bisi satu dan hasilnya juga dianggap memuaskan. Alasan petani jagung yang menanam jagung bisi satu, karena mereka pernah menanam jagung bisi dua.
Tetapi, hanya satu tongkol jagung yang besar. Sedangkan, satu tongkol lagi tidak membesar. Satu tongkol yang berbuah besar, juga dianggap tidak efektif karena buahnya tidak begitu bagus. Dari itulah, petani jagung disini memilih menanam jagung bisi satu.
"Modalnya per hektare Rp 10 juta. Petani di sini, tinggal mengupah orang untuk menanam begitu juga panen. Karena taman menggunakan alat otok-otok tadi, sedangkan panen menggunakan komben panen jagung. Jadi tinggal menunggu, jagung sudah ada di depan rumah," ujar Tamrin.
Setidaknya, dari mulai tanam hingga waktu panen, membutuhkan waktu selama lebih kurang lima bulan. Usai masuk masa panen, hanya dengan menggunakan alat komben panen jagung dalam sehari bisa selesai satu hektare.
Bila sudah berada di dalam karung, petani baru akan melakukan penjemuran. Penjemuran inilah, yang masih menggunakan cara tradisional. Jagung di jemur di bawah teriknya matahari, lebih kurang selama dua hari.
Usai jagung dianggap kering, barulah pengepul datang untuk mengambil jagung-jagung milik petani.
"Alhamdulillah, permintaan jagung dari pulau Jawa juga cukup tinggi. Kami juga diberitahu dari Pemkab Banyuasin, bila ada kerjasama dengan pihak lain di pulau Jawa, terkait jagung kering. Inilah, membuat kami juga merasa tenang karena memang sudah ada pasarnya sendiri," ungkapnya.
Namun, ada juga kendala yang biasanya dihadapi petani jagung. Kendala ini, pastinya dihadapi seluruh petani. Menurut Tamrin Fauzi, kendala yang dihadapi pastinya masalah pupuk yang mahal dan juga sering kosong.
Dari itulah, petani jagung di sini menyiasatinya dengan menggunakan pupuk organik baru ditambah pupuk kimia. Sehingga, musim tanam bisa tetap berjalan meski pupuk subsidi pemerintah telat datang ataupun kosong.
"Kami disini, terus berupaya dan selalu rapat antara kelompok tani ketika muncul kendala. Tujuannya agar bisa mencari solusi, seperti pupuk. Jadi, sama-sama bisa menghasilkan dan juga menghasilkan panen yang banyak," pungkasnya.(ard)
Baca berita lainnya langsung dari google news.