Liputan Khusus Tribun Sumsel

LIPSUS: Bingung Bayar Kredit Mobil, Petani Resah Harga Sawit Terjun Bebas (1)

Beberapa petani yang membeli mobil secara kredit, kebingungan dengan turunnya harga sawit yang tiba-tiba. Terlebih, harus membayar kreditan mobil.

Editor: Vanda Rosetiati
DOK TRIBUN SUMSEL
Petani resah harga sawit terjun bebas. Harga sawit yang tiba-tiba turun drastis beberapa pekan terakhir ini membuat petani yang sudah membeli khususnya kredit mobil waswas bagaimana akan membayar angsuran kreditan. 
  • Sempat Rasakan Manisnya Hasil Panen

TRIBUNSUMSEL.COM, BANYUASIN - Baru mau senang dengan harga sawit yang mahal, petani di wilayah Kecamatan Muara Padang Kabupaten Banyuasin kembali mulai kelimpungan.

Hal ini, dikarenakan harga sawit yang tiba-tiba turun drastis beberapa pekan terakhir ini. Sehingga, sejumlah petani yang sudah membeli khususnya kredit mobil merasa waswas dengan harga yang turun saat ini.

Beberapa petani yang membeli mobil secara kredit, kebingungan dengan turunnya harga sawit yang tiba-tiba. Terlebih, harus membayar kreditan mobil yang baru diambil saat harga sawit sedang tinggi-tingginya.

"Saya kredit mobil pickup. Mobilnya digunakan untuk mengangkut sawit dari kebun ke tengkulak. Sekarang harga sawit malah turun, jadi bingung nanti mau bayar kreditnya," ujar seorang warga di desa Daya Utama yang enggan menyebutkan namanya, Sabtu (14/5/2022).

Turunnya harga sawit yang sangat drastis, membuatnya ketakutan. Padahal, buah sawit juga terbilang masih banyak. Inilah yang menjadi dilema, harga sawit turun serta masih ada kreditan mobil yang harus dibayar.

"Kalau saya kebunnya tidak lebar, jadi hanya bisa kredit. Memang banyak juga yang beli cash, tetapi mereka itu kebunnya luas. Tidak seperti saya yang hanya sedikit," pungkasnya.

Harga sawit yang semula Rp 3.000 sampai Rp 3.500 per kgnya, saat ini terjun bebas. Harga jual di kalangan petani saat ini hanya Rp 1.300 sampai Rp 1.400 per kgnya.
Ini yang membuat petani kembali lesu, karena harga sawit terjun bebas. Turunnya harga sawit sangat drastis dan dirasa sangat cepat.

Seperti diungkapkan sejumlah petani yang ada di Kecamatan Muara Padang Kabupaten Banyuasin. Menurut sejumlah petani, harga sawit sangat jatuh sampai Rp 1.300 dan tidak diketahui faktornya.

"Di Jalur 29, malah harga sawit turun drastis. Dari Rp 3.100 sekarang jadi Rp 1.300 per kg. Baru juga senang, sekarang sudah turun lagi," ujar Susi, petani sawit di Jalur 29 kawasan Muara Padang.

Turunnya harga sawit, menjadi pertanyaan para petani. Karena, turunnya harga sawit terbilang tidak wajar. Sehingga, membuat petani sawit takut harga sawit kian hari kian turun.

Terlebih, beberapa hari menjelang lebaran harga sawit bahkan pernah menyentuh harga Rp 700 per kgnya. Usai lebaran, kembali naik namun kenaikannya tidak signifikan. Hingga saat ini, harga sawit masih bertengger di harga Rp 1.300 sampai Rp 1.400 per kgnya.

"Itu jual ke pengepul, dihargai Rp 1.300 per kg. Mau tidak mau, pasti tetap dijual. Jumlah sawit yang dihasilkan juga mulai berkurang," ungkap petani sawit yang juga berdomisili di Jalur 29 Kecamatan Muara Padang, Banyuasin, Musi Andy.

Meski mengetahui harga sawit yang dipatok pemerintah, namun petani mengaku tidak dapat berbuat banyak. Mereka tetap terpaksa menjual sawit dengan harga yang telah ditentukan tengkulak.

Berencana Bentuk Asosiasi Petani Sawit Jalur

Turunnya harga sawit tiba-tiba, membuat petani mengambil langkah cepat. Mereka tidak mau, harga sawit tambah anjlok dan petani yang akan dirugikan.

Sekretaris Desa Daya Utama A Subdyo SP menuturkan, petani di Kecamatan Muara Padang sudah mengambil langkah untuk membentuk Asosiasi Petani Sawit Jalur. Dengan adanya asosiasi ini, setidaknya dapat mengakomodir keluhan petani.

"Sekarang, harga sawit kisaran Rp 1.300 sampai Rp 1.500 per kg. Padahal, sebelumnya harga sawit Rp 3.000 bahkan Rp 3.500 per kg. Ini yang jadi dilema, karena saya juga petani," ujarnya.

Lanjut Subdyo, di desanya juga saat harga sawit tinggi banyak warga yang membeli maupun kredit mobil. Berbagai jenis mobil yang di beli mulai dari Pajero, Fortuner, Innova, double cabin hingga pickup. Namun, yang jadi permasalahan muncul di warga membeli mobil dengan cara kredit.

Agar mobil tak ditarik dealer, menurut Subdyo ada warga yang sampai membuat mobil tersebut dijadikan travel. Hal ini, untuk membantu pembayaran kredit mobil.

"Kalau beli mobil seperti Innova, Rush atau yang sejenis minibus ada mulai ada dijadikan travel. Tetapi, yang kredit pickup hanya bisa digunakan untuk mengangkut barang. Makanya, ada yang mulai juga selain mengangkut sawit juga disewakan untuk mengangkut barang," katanya.

Padahal, harga sawit yang ditetapkan pemerintah Rp 3.300 per kg. Namun, kenyataannya harga sawit di lapangan yang dibeli di kalangan pengepul kisaran Rp 1.300 sampai Rp 1.500 per kg.

Dari itulah, mereka ingin membentuk Asosiasi Petani Sawit Jalur. Dengan harapan bisa mengakomodir keluhan dan juga membuat harga sawit bisa bertahan serta tak terjun bebas.

"Sudah pernah berdiskusi yang langsung di pimpin Camat, langkahnya membentuk Asosiasi Petani Sawit Jalur. Selain bisa mengakomodir petani, nantinya bisa juga ke kabupaten atau provinsi untuk koordinasi. Termasuk juga mungkin nanti ke Gapkindo," pungkasnya.

Bangun Rumah dari Sawit

Sebelum harga sawit jatuh, berkah dari tingginya harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit juga dirasakan para petani di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara). Harga buah sawit di tingkat petani di daerah ini sempat menyentuh harga tertinggi dalam sejarah mencapai Rp 3.500 per kilogram (kg).

Melambungnya harga buah penghasil minyak tersebut membuat perekonomian petani meningkat. Dari hasil panen buah sawit setiap dua pekan, banyak petani di daerah ini membangun rumah megah dan membeli mobil mewah.

Seperti yang dialami Irman, petani sawit di Kecamatan Karang Dapo, Muratara, mengaku ketiban rejeki berlimpah dari sawit. Ia kini tengah membangun rumah permanen cukup megah berukuran 8x12 meter persegi.

"Ahamdulillah waktu harganya tinggi beberapa waktu lalu bisa menyisihkan tabungan, rumah yang saya bangun ini alhamdulillah hasil dari sana (sawit). Bukan cuma saya, warga lain juga di sini yang ada kebun sawit bernasib sama, ada yang bangun rumah juga, beli mobil," kata Irman, Sabtu (14/5/2022).

Ia mengungkapkan memiliki perkebunan sawit lebih kurang seluas 5 hektare. Ia panen dua kali dalam sebulan. Setiap kali panen bisa mencapai 3 ton kadang lebih bila sawitnya tidak dilanda trek atau musim dimana terjadi penurunan produksi buah sawit masak.

"Kadang dapat tiga ton, kalau hasil itu tergantung dari kondisi juga, kalau musim trek, buahnya berkurang, kalau tidak trek kadang lebih tiga ton. Saya panen dua minggu sekali, kalau panen tiga ton saja sebulan enam ton, kalikan harga tiga ribuan saja sudah 18 juta sebulan," katanya.

Namun demikian, kata Irman, ia dan para petani sawit lainnya kini lesu lantaran harga komoditi tersebut turun di harga Rp 1.000-2000 per kg. Bahkan banyak pengepul saat ini tutup sementara membeli sawit petani dengan alasan karena stok melimpah.

"Sekarang lesu lagi buat harga turun ini, dari tiga ribuan turun jadi dua ribuan terus terjun bebas sampai di bawah seribu. Setelah lebaran ini mulai mau naik lagi sepertinya, tapi masih di bawah dua ribu, terus juga banyak RAM yang tutup, mudah-mudahan kembali normal seperti sebelumnya harga tinggi," harapnya. (ard/cr14)

Baca berita lainnya langsung dari google news

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved