Kemacetan di Jalintim Banyuasin
Kemacetan di Palembang-Betung, Sopir Truk Khawatir Sembako yang Diangkut Busuk
Kemacetan di Palembang-Betung. sopir truk pengangkut sembako mengaku khawatir Sembako yang Diangkut Busuk
Penulis: M. Ardiansyah | Editor: Yohanes Tri Nugroho
TRIBUNSUMSEL.COM, BANYUASIN- Ferry warga Jambi yang merupakan sopir truk pengangkut sembako berupa bawang merah, cabe dan juga buah salak, mengaku sudah satu hari satu malam terjebak macet di jalan Lintas Timur Palembang-Betung.
Truk yang dikendarainya, harus berhenti di SPBU Desa Rejodadi Kecamatan Sembawa Banyuasin, karena tidak bisa melanjutkan perjalanan.
Hal ini, karena kampas rem truk sebelah kiri hancur lantaran terlalu banyak mengerem.
"Sudah sehari semalam terjebak dan sekarang kampas rem hancur. Mau bagaimana lagi, pemilik barang yang ada di Jambi dan Medan sudah telepon terus," ujarnya ketika ditemui, Minggu (24/4/2022).
Karena rem kampas pecah, membuat Ferry memutuskan untuk berhenti di area SPBU.
Ia menyuruh kernetnya untuk ke Palembang guna membeli kampas rem baru agar bisa melanjutkan perjalanan.
Menurut Ferry, ia tidak mempermasalahkan mandi dan makan.
Karena, sebagai sopir truk hal tersebut bisa ditanggulangi dengan mandi dan istirahat di SPBU.
Makan juga bisa membeli nasi di warung nasi atau rumah makan.
Ia mencemaskan, barang yang diangkut ya merupakan barang yang mudah busuk.
Sudah sehari semalam, ia meyakini sudah cukup banyak barang yang diangkutnya mengering dan lama kelamaan akan membusuk.
"Kalau saya prediksi, buah salak itu sudah mulai membusuk. Karena, kepanasan dan lama berada di dalam bak mobil. Begitu pula dengan bawang. Tapi dengan kondisi seperti ini, tidak bisa juga lanjut," ungkapnya lirih.
Baca juga: Cerita Regi, Pemudik Asal Lubuklinggau 13 Jam Macet di Jalintim Palembang-Betung
Ia sangat yakin, ongkos barang-barang yang diangkutnya setelah sampai di tujuan akan dipotong.
Hal ini, karena barang yang dibawa pasti sudah banyak yang busuk.
"Ongkos di dua tempat ini Rp 11 juta. Kalau banyak busuk seperti ini, bisa saja kena potong sampai separuh. Belum lagi setor sama bos pemilik mobil, jadi terkadang kami hanya bawa pulang uang Rp 1 sampai Rp 2 juta. Itupun di bagi sama kernet," pungkasnya.