Berita Palembang

Siasati Harga Kedelai Tinggi, Pengrajin di Palembang Kecilkan Ukuran Tempe

Pengrajin tempe di Palembang terpaksa memperkecil ukuran tempe yang dibuat agar bisa menyiasati mahalnya harga kedelai.

Penulis: Hartati | Editor: Yohanes Tri Nugroho
TRIBUNSUMSEL.COM/HARTATI
Susilo, pengrajin tempe di lorong Asia Plaju Palembang tengah menyusun tempe yang diproduksinya. Dampak harga bahan baku mahal dia terpaksa mengecilkan ukuran agar bisa menekan biaya produksi,Minggu (6/3/2022). 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG- Harga kedelai masihberada di angka Rp 11.500 per kg sejak akhir Februari lalu sehingga membuat pengrajin tempe terpaksa memperkecil ukuran tempe yang dibuat agar bisa menyiasati mahalnya harga produksi.

Susilo, pengrajin tempe di sentra pembuatan tempe lorong Asia Plaju mengatakan sudah memproduksi tempe sejak 29 tahun lalu atau sejak 1993 saat harga kedelai masih Rp 800 per kg.

Setiap hari Susilo dibantu anak dan istrinya memproduksi 50 kg kedelai yang diolah menjadi tempe.

Tempe ini kemudian dijual ke pasar retail Jakabaring dan pasar Plaju.

Dia juga memiliki langganan memasok tempe ke asrama pondok pesantren yang dekat dengan rumahnya.

Ukurannya dikecilkan sedikit biasnya tempe batangan dengan panjang 38 cm itu diisi dengan kedelai yang sudah diberi ragi sebanyak 800 gram tapi kini diisi dengan berat 800 gram dikurangi dua garis atau 780 gram lebih.

"Produksi tetap 50 kg per hari tapi ukuran saja diperkecil tapi diperkecil nya dikurangi sedikit saja sebab kalau lebih kecil lagi malah takut tidak laku dan konsumen enggan beli," kata Susilo ditemui di rumah produksinya, Minggu (6/3/2022).

Produksi tempe dilakukan di dapur rumahnya setiap hari. Jadi dapurnya disulap menjadi dapur tempat memproses semua proses pengolahan tempe dari mulai merendam hingga tempe matang dari fermentasi dan siap dijual.

Diperlukan waktu empat hari agar tempe matang dan siap diolah juga dipasarkan. Dibutuhkan proses panjang yakni mulai dari kedelai direndam, dicuci, direbus, direndam kembali dan dicuci juga diberi ragi lalu dikemas. 

Setelah tempe dikemas maka proses pematangannya masih butuh waktu dua hari agar tempe benar-benar padat dan matang sempurna. 

Sejak harga kedelai naik permintaan tempe dikatakannya tidak selaris seperti sebelumnya. Bahkan pedagang gorengan yang biasa menjadi langganannya juga mengurangi permintaan tempe untuk diolah jadi tempe goreng.

Biasanya Susilo memasok 12 potong tempe pada setiap pedagang gorengan, namun sejak kedelai mahal dan minyak goreng sulit didapat permintaan tempe turun jadi hanya 10 potong saja.

Tempe yang dijual Susilo ini dibandrol Rp 8 ribu jika membeli dalam jumlah besar, namun jika membeli satuan dijual Rp 10 ribu per potong.

Mahalnya harga kedelai juga membuat pengrajin harus berhutang dulu bahan baku pada koperasi dan setelah tempe laku terjual barulah bahan baku dibayarkan. Biasanya bisa tempo hingga satu minggu pembayaran.

Dia berharap agar pengelolaan kedelai bisa diambil alih pemerintah seperti dulu sehingga harga kedelai bisa ditekan lebih terjangkau lagi seperti dulu saat Bulog mengatur peredaran kedelai.

Baca juga: Penumpang Depresi Coba Rebut Kemudi, Bus Rombongan Peziarah Asal Palembang Kecelakaan di Tol Dupak

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved