Berita Ogan Ilir

Makna Hari Ibu Bagi Letty Silaban, Single Parent yang Jadi Penambal Ban di Indralaya OI

Suami Letty Silaban telah meninggal dunia tiga tahun lalu, sehingga wanita asal Tapanuli Utara itu harus mencari nafkah sendirian. 

TRIBUNSUMSEL.COM/AGUNG
Letty Silaban, Single Parent yang Jadi Penambal Ban saat ditemui di lapak miliknya di Indralaya, Rabu (22/12/2021). 

TRIBUNSUMSEL.COM, INDRALAYA - Ekspresi senyum terpancar dari wajah Letty Silaban, seorang wanita yang bekerja menjadi penambal ban di Indralaya, Ogan Ilir. 

Meski sedang sibuk melayani pengendara yang memerlukan jasanya, Letty dengan ramah melayani wawancara seputar Peringatan Hari Ibu. 

Letty, wanita 44 tahun ini biasa membuka lapak tambal ban di kilometer 34 jalan lintas Palembang-Kayuagung, tepatnya di Kelurahan Indralaya Indah, Kecamatan Indralaya. 

Setiap hari mulai pagi pukul 09.00 hingga pukul 18.00, Letty mengais rezeki untuk keluarganya. 

"Cari rezeki untuk anak-anak. Yang penting halal," kata Letty kepada TribunSumsel.com yang datang ke lapak tambal ban miliknya, Rabu (22/12/2021). 

Letty mengaku sebagai single parent atau orang tua tunggal bagi keempat anaknya. 

Suami Letty telah meninggal dunia tiga tahun lalu, sehingga wanita asal Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara itu harus mencari nafkah sendirian. 

"Suami sudah meninggal. Tinggal dan saya anak-anak empat orang," tutur Letty seraya tersenyum seolah menegaskan bahwa dia baik-baik saja. 

Keterampilan menampal ban didapatkan Letty dari mendiang suaminya. 

Sang suami juga sempat menjadi penambal ban saat kedua pasutri itu membuka lapak di Indralaya, empat tahun lalu. 

Kini, pekerjaan menambal ban diteruskan Letty dengan peralatan yang dimilikinya, diantaranya alat press, kompresor dan kunci berbagai ukuran untuk bongkar-pasang ban.

Letty mengaku menjalani pekerjaannya ini dengan senang hati karena dapat bermanfaat bagi anak-anak yang dicintainya. 

Dalam sehari, Letty dapat mengumpulkan uang sebesar Rp 70 ribu dari pekerjaannya itu. 

"Selama pandemi bisa dapat Rp 70 ribu. Sebelumnya, bisa Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu," ungkap Letty sambil sesekali menyeka keringat di dahinya. 

Suka-duka selama menjadi penambal telah dialami Letty yang tinggal di wilayah Desa Tanjung Seteko, Kecamatannya Indralaya ini. 

Mendapat cacian dan makian dari pelanggan yang tidak sabar menunggu proses tambal ban, sudah biasa dialami Letty. 

Baginya, perlakuan tersebut dianggap hanya angin lalu karena dia berniat mencari nafkah, bukan merugikan orang lain. 

"Kalau dimarah pelanggan, dimaki, anggap biasa saja. Namanya juga orang beda-beda karakter," ujar Letty. 

Baca juga: Hari Ibu, Cerita Sumiati Antarkan Enam Anak Jadi ASN dari Jualan Ayam di Pasar Inpres Lubuklinggau

Sebagai single parent, Letty berharap keempat anaknya kelak dapat berguna bagi bangsa dan negara. 

Pada peringatan Hari Ibu, Letty memandang bahwa wanita terutama yang seperti dirinya harus tegar dalam perjuangan melanjutkan hidup. 

"Kalau bicara Hari Ibu, kita harus semangat. Hidup terus berlanjut, harus dijalani karena jika punya niat baik maka di ujung sana bakal mendapat kebaikan," kata Letty sambil terus melanjutkan aktivitasnya. 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved