Berita PALI

Nugal Tradisi Gotong Royong Bertanam Padi Jelang Musim Hujan, Budaya Lokal Petani di PALI

Nugal adalah menanam padi di ladang dengan cara membuat lubang kecil dengan batang kayu yang ujungnya diruncingkan dan ditancapkan ke permukaan tanah.

Editor: Vanda Rosetiati
SRIPO/REIGAN
Gotong royong para petani melakukan kegiatan Nugal membuka lahan dengan menanam padi secara gotong royong. 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALI - Tradisi turun temurun gotong royong masyarakat sebelum memasuki musim hujan, beberapa petani di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) melakukan Nugal atau memanam padi darat atau padi yang tidak memerlukan perairan atau hanya mengandalkan turunnya air hujan.

Tradisi Nugal atau menugal biasanya dilakukan saat memasuki musim penghujan tiba yang merupakan budaya kearifan lokal untuk menjaga tradisi budaya nenek moyang, juga dapat menunjang ekonomi ditengah pandemi saat ini.

Salah satu petani, Riyadi (49) warga Desa Semangus, Kecamatan Talang Ubi, Kabupaten PALI menerangkan bahwa, kegiatan nugal ini merupakan budaya turun menurun sejak zaman dahulu.

Dijelaskan, Nugal adalah menanam padi di ladang dengan cara membuat lubang kecil dengan batang kayu yang ujungnya telah diruncingkan dan ditancapkan ke permukaan tanah sebagai tempat benih padi ditanam.

Menurutnya, menanam padi dengan cara nugal memang merupakan salah satu tradisi yang sudah ada sejak zaman nenek moyang dulu hingga sekarang.

"Kita lakukan untuk menjaga dan melestarikan budaya kearifan lokal kita hingga tidak akan punah ditengah kemajuan zaman yang semakin modern. Untuk padi sendiri yang digunakan benihnya yang masih berupa padi hasil panen tahun sebelumnya," ujar Riyadi, Minggu (7/11/2021).

Selanjutnya, jelas Ayah tiga orang anak ini, biasanya para pria membuat lubang dan sedangkan ibu-ibu menaburkan benih dilubang tugal yang sudah dibuat oleh para kaum pria.

"Ibu-ibu menaburkan benih, kalau daerah kita menyebutnya mengicir. Biasanya sesudah panen padi ini nanti sekitar empat sampai enam bulan, akan dilanjutkan dengan menanam bibit batang karet, untuk dijadikan kebun." tambahnya

Untuk tahun ini, dijelaskan petani karet ini, kendala yang dialami adalah saat membuka lahan, dimana pemerintah dan instansi lainnya melarang untuk membakar lahan tetapi hingga saat ini belum memberikan solusi.

"Kalau buka lahan sekarangkan dilarang membuka secara membakar, jadi sampai sekarang belum ada solusi. Jadi kita melakukannya dengan sedikit-demi sedikit, jadi tidak terlalu menimbulkan asap. Tetapi kendalanya, lahan belum selesai dibuka rumput sudah tumbuh subur dilahan yang sudah dibersihkan," jelasnya.

Dirinya juga menjelaskan bahwa menugal ini selain untuk bercocok tanam, kegiatan ini juga merupakan suatu bentuk sederhana untuk menjalin tali silaturahmi antar sesama masyarakat di dalam desa untuk menciptakan budaya gotong royong.

"Dengan adanya kegiatan seperti ini, selain menambantu ekonomi ditengah pandemi, tingkat persaudaraan kita antar sesama masyarakat bisa lebih kuat lagi." Katanya.

"Kita juga berharap kegiatan seperti ini bisa terus berkelanjutan hingga nanti, karena masyarakat Kabupaten PALI ini merupakan satu keluarga yang selalu menjunjung tinggi kebudayaan," ujarnya.(cr2)

Baca juga: Nenek Sona Menangis Haru Didatangi Bupati Askolani, Terima Hadiah Bedah Rumah dari Pemkab Banyuasin

Baca berita lainnya  langsung dari google news

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved