Kisah G30SPKI

Peltu Rosadi Lihat Brigjen Supardjo Sembunyi di Para : Kalau Manusia Menyerah, Kalau Bukan Ditembak

Seperti ditulis dalam buku Komunisme di Indonesia Jilid V Penumpasan Pemberontakan PKI dan Sisa-sisanya (1965-1981) terbitan Pusjarah TNI bekerja sama

Editor: Moch Krisna
IST
Kisah Brigjen Supardjo Salah Satu Pentolan G30SPKI Ditangkap Tim Kalong Usai Menghilang 2 Tahun 

Anwar Sanusi pun sedang dalam kejaran operasi Kalong. Ia mengganti namanya dengan Udin alias M. Amin yang dilengkapi pula dengan kartu penduduk. Keduanya sama-sama sedang berusaha untuk bersembunyi di daerah Halim.

Dalam perjalanan dari Cilincing ke sekitar Halim, Supardjo dijemput oleh Syawaludin (anggota PKI) di Kramatjati. Kemudian Syawaludin mengantarkan Supardjo ke rumah Kopral Udara Sutarjo di Kompleks Dwikora, Halim.

Tenyata kedatangan Supardjo tercium oleh intel-intel Kalong yang dikerahkan mencarinya. Sebagai unsur pelaksana operasi “Kalong” Komandan Kodim 0501 Letkol Sudjiman, mengadakan koordinasi dengan Pangkowilu V dan Komandan Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma.

Kepada Kapten Inf. Suroso diperintahkan memimpin tim “Kalong” dengan tujuh orang anggotanya sekaligus mengadakan koordinasi dengan Komandan Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma Kolonel Rusman.

Dari hasil koordinasi dengan Pangkowilu V Komodor Udara Saleh Basarah menugaskan empat orang intelnya dipimpin oleh Letnan Udara I : Moch. Tohir dan delapan orang Polisi Angkatan Udara (Pol-AU) dipimpin oleh Kapten Udara Wihardono dan Letnan Udara I Basuki, untuk diperbantukan dalam pelaksanaan operasi. Keikutsertaan unsur AURI sangat penting mengingat daerah yang akan dimasuki adalah Pangkalan Udara Halim.

Untuk menyesuaikan keadaan, anggota Angkatan Darat yang tergabung dalam tim operasi “Kalong” mengenakan seragam Angkatan Udara. Maksudnya agar penghuni rumah di Kompleks Halim tidak curiga terhadap orang luar yang datang memasuki Halim. Demikian juga kendaraan yang digunakan adalah Jeep Nissan milik AURI.

Tepat pada pulul 03.00 tanggal 12 Januari 1967 subuh, di suatu tempat di dekat Kompleks Halim, Kapten Inf. Suroso memberikan komando agar semua anggota menaiki dua buah Jeep Nissan AURl yang sudah dipersiapkan.

Tetapi di tengah perjalanan salah satu kendaraan itu mogok. Berkat jasa seorang anggota AURl yang ikut dalam Tim, berhasil dicari kendaraan lain sebagai pengganti Jeep yang mogok itu. Akhirnya perjalanan dapat dilanjutkan.

Mendekati arah sasaran, mereka diperintahkan turun dan menyusun formasi. Menurut perkiraan Supardjo tidak akan menyerah begitu saja karena ia mempunyai sepucuk senjata jenis AK.

Ada dua rumah yang menjadi sasaran yang diperkirakan tempat persembunyian Supardjo. Sasaran pertama yakni rumah Kopral Yatimin. Ketika diadakan penggerebekan dan penggeledahan rumah itu kosong.

Kapten Suroso yakin kemungkinan besar Supardjo ada di rumah yang kedua yakni rumah Kopral Udara Sutarjo.

Tepat pukul 05.00 rumah kedua digerebek. Kapten Suroso, Peltu Rosyadi, Lettu Udara Basuki dan Lettu Udara Moch. Tohir memasuki rumah Kopral Udara Sutarjo. Ketika ditanya, Kopral Sutarjo mengatakan tidak kenaI dengan Brigjen. Supardjo.

Kemudian Kapten Suroso memerintahkan anak buahnya untuk memeriksa rumah tersebut.

Di dalam rumah didapati tulisan-tulisan, guntingan pengumuman serta koran-koran yang ditempelkan didinding tembok kamar, bunyinya antara lain “Eks Brigjen Supardjo segera tangkap hidup atau mati”.

Selain itu di salah satu sudut kamar yang lain tergantung sebuah kemeja berwarna putih.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved