Perempuan Dalam Islam
Bolehkah Perempuan Shalat Bersuara, Apa Hukum Shalat Tanpa Suara, Ini Penjelasan Buya Yahya
Bagaimana tata cara jika wanita itu shalat sendiri, bagaimana cara melafadzkan bacaan shalat. Bolehkah perempuan shalat bersuara atau sebaliknya.
Penulis: Vanda Rosetiati | Editor: Vanda Rosetiati
والله شرع أن نجهر في الفجر وفي الأولى والثانية من المغرب وفي الأولى والثانية من العشاء، فالمرأة كذلك تجهر جهراً يفيدها وينفع من حولها
"Dan Allah memerintahkan agar kita mengeraskan bacaan di shala fajar, dan di rakaat pertama dan kedua dari shalat maghrib dan isya’. Perempuan pun demikian; ia mengeraskan bacaan sehingga bacaan itu memberi faidah untuknya dan bermanfaat untuk orang sekitarnya.
Baca juga: Fatwa MUI, Bolehkah Perempuan Jadi Imam Shalat Sesama Perempuan, Lengkap Dalil Alquran dan Hadist
Hukum yang senada juga disebutkan dalam Kitab Shahih Shifatu Shalatin:
واما المرأة فأن كانت تصلي خالية أو بحضرة نساء اورجال محارم جهرت بالقراءة سواء صلت بنسوة او منفردة وان صلت بحضرة اجنبي اسرت
"Adapun perempuan, jika salat ditempat sepi, di hadapan perempuan lain atau laki-laki yang mahram, maka boleh mengeraskan bacaan, baik salat berjemaah dengan perempuan lain atau sedirian. Namun jika salat di hadapan laki-laki lain yang bukan mahramnya, maka hendaknya membaca dengan pelan."
Dengan demikian, perempuan juga masih memilki hak yang sama dalam mengeraskan bacaan ketika menjadi imam dalam shalat jahriyah. Mengeraskan suara itu hanya agar terdengar oleh jemaah dan menandakan sebuah perpindahan dari satu rukun ke rukun yang lainnya, bukan suara lantang atau teriak-teriak.
Itulah tadi pembahasan mengenai bolehkah perempuan shalat bersuara, apa hukum shalat tanpa suara, ini penjelasan dari Buya Yahya. Semoga informasi yang disampaikan memberikan manfaat. Wallaahu a'lam bishshowab.
Baca berita lainnya langsung dari google news.